BAB 28

1.2K 56 0
                                    


"Maya".

"Hey sayang".

Maya lalu mengecup bibir Bara dan sedetik kemudian ia melepaskan kecupannya. Maya melangkah masuk, walau sang pemilik apartemen belum mempersilahkannya masuk.

Bara masih tidak percaya apa yang dilakukan Maya terhadapnya. Tadi wanita itu menelfon dirinya mananyakan keberadaanya, beberapa menit kemudian, wanita itu datang dan mengecup bibirnya, kini wanita itu masuk kedalam apartemennya begitu saja.

Bara tersenyum atas prilaku Maya yang tidak terduga saat ini. Bara menutup pintu itu kembali. Ia melangkah mendekati Maya. Bara ingin tertawa melihat Maya.

Bara menatap wajah cantik kekasihnya itu, ingin sekali memeluk tubuh rampingnya. Tapi ia mencoba menahannya.

"Kenapa May" tanya Bara, ia mencoba tenang.

"Kamu membawa kekasih kamu?".

"Iya kenapa?".

"Tapi saya tidak suka kamu denganya Bar" Maya kembali menyulut emosi.

"Bukankah dari awal kamu sudah tahu saya mempunyai kekasih" ucap Bara.

"Tapi jangan membawa, kekasihmu itu di hadapan saya".

Bara melipat tangannya di dada, "ini sudah kesekian kalinya saya, membawa Regina makan malam bersama keluarga saya, May".

"Kenapa saya tidak tahu?".

"Ya, mungkin waktunya tidak bersamaan dengan kamu dan Wira. Sementara saya juga harus bolak balik London Jakarta. Kemungkinan tidak bertemu kamu".

"Saya tidak suka kamu dengan Regina" timpal Maya.

"Apa yang membuat kamu tidak suka?".

"Dia lebih cantik dari saya, Bar" ucap Maya, Maya lalu duduk di sofa.

Bara tidak bisa menahan lagi, tawa itu seketika meledak. Oh Tidak, Maya tidak suka karena wanita itu lebih cantik dari dirinya.

"Ini sama sekali tidak lucu, Bar".

Bara menghentikan tawanya dan lalu duduk di samping Maya. Maya sungguh menggemaskan jika seperti ini. Bara memutar bahu Maya, agar menghadap dirinya, di tatapnya wajah cantik itu.

"Kamu jauh lebih cantik, dari pada Regina" ucap Bara.

"Gombal".

"Kamu percaya saya".

"Tidak".

"Kenapa?".

"Kalian akan menikah, bagaimana saya tidak panas. Laki-laki yang saya cintai akan menikah dengan wanita lain. Menyebalkan sekali mendengarnya".

Bara menarik nafas, "Saya hanya tidak ingin terjadi kesalah pahaman antara saya dan orang tua saya, atas kejadian kemarin. Makanya saya membawa Regina".

"Tapi tetap saya tidak suka kebersamaan kalian".

Bara tersenyum, ia mengelus rambut lurus Maya. Bara tahu, Maya cemburu emosinya sedang naik. Tapi entahlah ia suka Maya seperti ini. Terlihat jelas wanita itu sangat mencintainya.

"Kamu cemburu".

"Jelas saja saya cemburu, kamu dan dia begitu serasi. Kamu tampan dan dia cantik. Saya tidak ingin dia merebut kamu dari saya".

Bara mengerutkan dahi, bukankah Maya sudah merebut dirinya dari Regina. Bara menahan tawa, ia memegang dagu Maya. Mata bening itu begitu cantik.

"Kamu sangat menggemaskan jika seperti ini".

"Tapi posisi saya, sekarang lagi marah sama kamu" sungut Maya.

"Benarkah?".

"Iya saya benci kamu dan, saya ingin sekali mencekik Regina saat ini juga".

"Jangan lakukan itu sayang, berbahaya" ucap Bara, ia sengaja melanjutkan alur cerita yang dibuat Maya.

"Biarkan saja, saya akan membuangnya ke hutan agar di mangsa singa".

"Kamu sadis sekali, sayang".

"Sudah seharusnya dia di makan oleh sekawanan singa itu Bar".

"Tapi itu berbahaya loh sayang, di Jakarta tidak ada hutan".

"Ada kok" timpal Maya.

"Dimana?".

"Taman Safari, ada hutan tuh disana ada singanya juga. Saya akan membawanya kesana".

"Itu di Bogor sayang, bukan di Jakarta".

"Tapi itu tidak terlalu jauh Bar".

Bara tersenyum, Oke sekarang, emosi Maya sedang tidak setabil. Pembicaraannya sudah melantur jauh. Bara lalu memeluk tubuh ramping itu. Bara mengecup puncak kepala Maya. Dikecupnya puncak kepala itu berkali-kali.

Maya nelangsa dalam hati, emosinya kembali teratur. Pelukkan Bara begitu nyaman dan menenangkan. Bara melonggarkan pelukkanya, ia mengecup kening Maya. Dikecupnya segenap hati dan perasaanya.

"Saya menyanyangi kamu May".

Maya tersenyum mendengar penuturan Bara. "Saya juga sayang kamu Bar, saya masih tidak rela kamu bersama madam medusa itu".

"Sudahlah tidak apa-apa. Itu hanya sekali saja saya membawa Regina. Saya pastikan tidak membawa Regina jika berhadapan dengan kamu".

"Sungguh".

"Iya sayang, kamu malam ini cantik sekali" Bara kembali menggoda Maya.

"Benarkah".

"Iya, untuk apa saya berbohong" Bara memperhatikan penampilan Maya, dress merah itu sangat pas di tubuhnya.

"Terima kasih".

Bara menarik nafas, ia mengelus wajah cantik Maya, "Kamu naik apa kesini hemm" tanya Bara.

Pertanyaan itu sudah di ujung lidahnya tadi. Karena ini sudah terlalu malam untuk seorang wanita keluar. Apalagi wanita itu Maya kekasihnya.

"Taxi".

Bara melirik jam yang menggantung di dinding, menunjukkan pukul 23.05.

"Kamu tahu sayang, ini sudah malam bahkan hampir larut. Kamu malah nekat pergi menggunakan taxi seorang diri kesini".

"Saya tahu. Tapi ini membuat saya tidak bisa tidur memikirkan itu. Saya harus bertemu kamu malam ini juga Bar, mau gimana lagi".

Bara menarik nafas, "Kamu tidak menonton berita, bahwa taxi sekarang tidak aman. Lain kali jangan ulangi lagi".

"Oke".

"Jika ingin bertemu saya, kamu tinggal menelfon saya. Saya langsung kesana menjemput kamu. Kamu tidak perlu jauh-jauh kesini".

"Iya, iya".

Bara tersenyum ia lalu menarik pinggang Maya mendekat ketubuhnya. Bara mengecup bibir Maya.

"Saya merindukan kamu".

"Saya juga".

Maya tersenyum, ia mengalungkan tangannya di leher Bara.

"Sebaiknya kita pulang, sebelum Ina dan Rara memergoki kita disini" ucap Bara mengecup sekilas hidung Maya.

Maya kembali tersenyum, "Oke".

Bara menegakkan tubuhnya dan begitu juga Maya. Bara mengambil Kunci mobil di nakas dan menarik tangan Maya ke pintu utama.

Sementara sepasang mata dari tadi menatapnya dari kejauhan.

*********

LOVE SINGLE DADDY (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang