BAB 36

1.3K 57 0
                                    


"Ris, saya berhenti di klinik saja. Sepertinya vitamin saya sudah habis". Ucap Maya.

"Yakin, kamu tidak saya temani?".

"Iya, tidak apa-apa. Lagian hanya periksa sebentar dan mengambil vitamin" Maya membuka hendel pintu taxi.

"Kamu hati-hati".

"Iya, terima kasih".

Sedetik kemudian mobil telah menjauh dan menghilang dari pandangan Maya. Maya melangkahkan kakinya masuk ke klinik Bersalin. Maya pernah kesini sebelumnya bersama Riska memeriksa kehamilannya.

Maya duduk disalah satu kursi tunggu yang telah disediakan di klinik itu. Maya bersyukur karena antrian tidak terlalu banyak, setelah ini adalah gilirannya. Maya masih menunggu namanya di panggil oleh prawat. Maya melirik jam yang melingkar di tangannya menunjukkan pukul 19.11 menit. Kerja di Bank memang jarang sekali pulang tepat waktu kecuali nasabah benar-benar sepi. Bahkan ia kesini tidak sempat pulang ke kostnya, jika sudah pulang ke kost, Maya sungguh malas akan keluar lagi.

"Ibu Maya".

Akhirnya namanya di panggil oleh perawat. Maya menegakkan tubuhnya dan berjalan menuju meja konter perawat. Perawat tersenyum menatapnya.

"Iya, saya Maya".

"Mari bu, saya antar ke ruangan".

Maya tersenyum lalu mengikuti langkah perawat menuju salah satu ruangan yang di dominasi warna putih.

********

Sudah beberapa hari, Bara selalu mengikuti Maya. Bara memandang Maya dari kejauhan. Wanita itu sedang berjalan menuju salah satu klinik dokter praktek yang tidak jauh dari kantornya. Inilah kesempatan Bara untuk mencari tahu kebenaran anak yang di kandung Maya. Bara yakin anak yang di kandung wanita itu adalah anak dirinya.

Bara melangkahkan kakinya menuju klinik. Bara melihat Maya sudah masuk ke dalam ruangan. Bara mendekati meja konter, ia memandang dua perawat yang tengah menulis administrasi. Kedua perawat itu menyadari kehadirannya dan menatapnya.

"Saya, suami dari Maya" ucap Bara datar.

Perawat itu mengerutkan dahi, "Suami ibu Maya?".

"Iya".

"Dia ada diruangan, dokter Dita".

"Oke, saya akan kesana" ucap Bara.

"Tapi pak, dokter Dita sedang praktek tidak bisa di ganggu" cegah perawat itu.

"Bukankah dia sedang memeriksa istri saya" ucap Bara lagi.

Bara sepertinya tidak peduli kedua perawat itu mencegahnya, Bara meneruskan langkahnya hingga ke arah ruangan dokter Dita. Bara membuka hendel pintu dan kini memandang Maya yang tengah berbaring di ranjang.

Seketika kedua orang itu menoleh kearahnya. Maya tidak percaya Bara kini masuk kedalam ruangan. Maya hanya diam, ia memalingkan wajahnya ke arah dokter dita.

"Sepertinya ini sudah selesai, saya akan menuliskan resep untuk anda" ucap Dokter Dita kepada Maya.

"Terima kasih" ucap Maya.

Dokter Dita menegakkan tubuhnya dan melangkah mendekati Bara.

"Siapa anda? Kenapa anda bisa masuk ke ruangan saya".

Bara tidak menjawab pernyataan dokter itu, ia malah balik bertanya. "Berapa usia kandungannya?" Tanya Bara.

"Kamu siapa? Kenapa kamu ingin tahu?".

"Saya suaminya" ucap Bara pelan.

Dokter itu diam sesaat, "usianya sudah memasuki dua bulan".

"Terima kasih" ucap Bara.

"Saya akan memberi vitamin penguat kandungan untuk istri anda" ucap dokter Dita dan ia melangkahkan kakinya menjauhi Bara.

Sudah Bara duga, Maya telah mengandung anaknya. Ia pernah melakukan itu tepat dimana Maya berlibur ke London. Wanita itu tidak bisa mengelak lagi. Bara menatap Maya disana, wanita itu sedang duduk sisi ranjang. Bara mendekati Maya, dan menatap iris mata itu.

"Bagaimana kandungan kamu?" Tanya Bara.

"Sehat" ucap Maya pelan.

Maya tidak kuasa untuk berdebat dengan Bara saat situasi seperti ini. Karena ia tahu, ia berada diklinik, ia tidak ingin mengacaukan seisi klinik hanya karena perdebatan dirinya dan Bara.

Bara mengulurkan tangannya, "Mari kita pulang".

"Saya bisa pulang sendiri" ucap Maya.

"Maya !" ucap Bara penuh penekanan.

"Ya" Maya menerima uluran tangan Bara.

Bara menggenggam jemari Maya dengan erat. Bara membawanya keluar setelah dokter memberi obat vitamin untuknya. Bara membawa tas kerja Maya, sementara tangan kirinya menarik Maya hingga ke mobil. Maya dapat merasakan tangan hangat Bara di sela-sela jemarinya.

*********

Maya hanya bisa menarik nafas, ia tidak kuasa menolak, sementara hatinya juga merindukan Bara. Maya hanya diam ketika mobil Bara meninggalkan area klinik. Selama di mobil hanya hening tidak ada yang berani memulai percakapan. Bara mengantarnya hingga ke kost.

Bara mengambil kucing yang meringkuk di sofa.

"Jangan pelihara kucing, tidak baik untuk kesehatan kamu. Apalagi sekarang kamu hamil".

Maya membuka jas, dan di taruhnya dikeranjang kotor. "Saya suka kucing" ucap Maya.

"Kamu boleh memelihara kucing, tapi nanti".

"Kucing itu teman saya, dia bersih, setiap minggu saya membawanya ke salon".

"Tetap saja dia membawa virus May, tidak baik untuk kesehatan kamu".

"Kenapa kamu melarang-larang saya seperti ini" dengus Maya.

"Kamu hamil, dan wanita hamil harus dijaga kebersihannya. Saya tidak ingin terjadi apa-apa dengan kamu, karena kamu telah mengandung anak saya".

"Kamu tidak berhak atas kehamilan saya. Kamu juga tidak ada hubungan apa-apa dengan saya".

"Saya berhak atas kehamilan kamu. Anak yang di kandung kamu adalah anak saya, ingat itu !" Timpal Bara.

"Anak kamu? Anak ini tidak akan menjadi anak kamu. Bukankah dari awal kamu berkata, sekalipun saya hamil, kamu tidak ingin bertanggung jawab. Apakah kamu lupa dengan kata-kata kamu?" Dengus Maya.

Bara menarik nafas, ia mendongakkan wajah cantik itu, di tatapnya iris mata Maya. "Saya tidak ada mengatakan seperti itu Maya. Saya hanya mengatakan walaupun kamu hamil saya tidak akan menikahi kamu. Bukankah makna tersebut sudah jelas, saya hanya tidak ingin menikahi kamu, kamu hamil tetap tanggung jawab saya serta anak yang dikandung kamu".

"Kamu gila? saya tidak akan memberikan anak ini untuk kamu" ucap Maya menggeram.

Bara melepaskan tangannya, ia beralih kekeranjang kucing, ia memasukkan kucing itu kekeranjang.

"Pikirkan itu baik-baik, kamu mengandung anak saya darah daging saya".

"Saya tidak akan memeberikannya, saya tidak ingin tanggung jawab kamu".

"Kamu sudah masuk kedalam hidup saya Maya".

"Saya tetap tidak akan memberikannya".

Bara tidak mengubris ucapan Maya, Bara malah melangkah menjauh dan membawa keranjang kucing itu.

"Bara Bersiaplah besok ada seseorang akan mengemasi kost kamu, saya ingin ruangan ini bersih" Ucap Bara ia lalu menutup pintu.

Sementara Maya menahan geram, atas kepergian Bara begitu saja. "Sial, berengsek !".

*********

LOVE SINGLE DADDY (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang