12

5.4K 344 13
                                    

Hidup bak putri dalam kerajaan adalah angan semua orang. Berharap cinta yang didapat semulus kisah percintaan ala tranovela, sayangnya Jisoo harus berbanding balik atas kehidupan yang ia jalani.

Bagaimana Jisoo memutuskan tetap mencintai pamannya sendiri, walau ia tahu jika pria itu adalah psychopat.

Usapan lembut mampir di surai hitam milik pria yang masih terlelap di sampingnya.

"Uncel, aku tak berharap seperti Cinderella yang punya pangeran dan sepatu kaca yang sempurna. Aku hanya berharap seburuk apapun kehidupan yang aku jalani, Uncel selalu di dalamnya, sebab sempurnaku adalah kehadiranmu."

Tanpa sepengetahuan Jisoo sepasang telinga mendengarnya. Membuat jantung maraton sepagi ini. Sejuknya embun tak dapat mengalahkan perasaannya saat ini.

Perlahan kelopak matanya terbuka. Menatap senyum yang menyambutnya. Bibirnya ikut melengkung tersenyum.

"Morning, Uncel," sapa Jisoo.

"Morning, Sayang." Tae mengecup kening Jisoo sayang.

Tae bangkit dari bangkar dan berjalan ke kamar mandi mencuci muka. Di luar Jisoo diperiksa dan kedua orang tuanya sudah datang.

"Tae, sebaiknya kamu sarapan," ujar Sora kepada adik iparnya. Dia menunjukkan bekal yang sengaja ia bawa dari rumah.

"Ah, gomawo, Nuna." Tae berjalan ke sana dan mendapat tatapan protes dari Jisoo.

"Uncel, tidak bisakah kita sarapan bersama?" tanys Jisoo kesal.

"Baiklah, sepertinya Bear Uncel sudah mulai merajuk sepagi ini, hahaha," ujar Tae mengundang gelak tawa Hae dan Sora. Jisoo semakin mayung.

"Aku lapar," ujarnya sambil memengan perutnya. Tae mengangguk dan mulai menyuapi Jisoo.

"Bukankah harusnya kamu makan bubur? Apa pencernaanmu akan baik-baik saja?" tanya Tae tapi tak urung menyuapi Jisoo.

"Percernaanku akan semakin terganggu jika aku makan bubur, Uncel. Aku akan merasa mual," ungkap Jisoo, jangan sampai dia dipaksa makan bubur. Rasanya sangat pahit dan hambar.

"Em, Sayang ... Appa harus ke kantor. Pastikan makan obatmu dan makan teratur," ujar Har menyela obrolan keduanya.

"Arasso, Appa. Hati-hatilah dan jangan khawatir, aku akan makan teratur dan minum obat tepat waktu. Benarkan Uncel?" Tae yang disebut-sebut, mengangguk membenarkan.

Hae mencium kening putrinya dan bergegas pergi. Sora duduk di sofa dan menatap putrinya yang terjebak obrolan dengan adik iparnya.

Sora menatap keduanya dengan pandangan sulit diartikan. Dia bukan tidak tahu tatapan Tae kepada Jisoo, begitupun sebaliknya.

Sora tidak keberatan sebenarnya sebab ia tahu Tae pria yang baik. Masalahnya adalah Tae itu adik suaminya sendiri. Jika mereka sepupu mungkin saja, tetapi mereka paman dan keponakan. Ini akan memicu komplen pada keluarga besar suaminya. Terutama ibu mertuanya.

***

Tae POV

Aku sudah memberi Jisoo obatnya dan untungnya dia makan setelah kami berdebat sedikit.

"Aku harus pulang dulu dan mandi. Aku juga harus ke Kantor, ada urusan." Jisoo menatapku dengan pandangan menyipit. Ternyata dia curigaan.

"Hanya urusan sedikit, tidak akan memakan waktu lama." Aku berusaha menjelaskannya. Dia mengangguk lemah.

Hampir saja aku tergoda untuk mencicipi bibir merahnya. Aku hampir melupakan keberadaan Sora di ruangan ini.

"Nuna," panggilku pada kakak iparku.

FAKE UNCLE (VSOO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang