8

6.9K 381 10
                                    

Happy Reading :)
.
.
.
Sore harinya, saat langit mendung. Gerimis mulai datang. Seorang laki-laki baru saja keluar dari kamarnya.

Aku melihat Sora menatap keluar di jendela. Ada apa dengannya? Kenapa terlihat khawatir?

"Nuna ada apa?" tanyaku.

"Jisoo belum pulang padahal dari tadi aku menghubungi ponselnya tapi tidak aktif." Sora memandangku cemas.

Oh Shit! Jangan bilang anak itu melakukan hal gila yang ia ucapkan. Aku pamit pada Sora.

Dengan langkah tergesa-gesa aku menuju ke bagasi. Mengeluarkan mobipnya yang mungkin baru 30 menit tadi terparkir.

Gerimis perlahan berubah jadi hujan lebat. Jalanan macet. Aku memukul stirku kuat. Rasa khawatir mendominasiku.

Hingga aku tiba di kampus Jisoo. Terlihat sepi sekali. Aku mengambil payung dan keluar.

"Jisooo!" teriakku mencoba mengalahkan suara hujan. Namun, rupaya hujan tidak mau kalah.

Bukan suaraku saja yang ia tenggelamkan, pandanganku bahkan kabur tidak bisa melihat. Apalagi ini sudah malam.

Aku masuk ke dalam kampus dan siapnya terkunci. Artinya mungkin dia tidak ada di dalam. Aku melangkah dan melihat halte.

Aku berjalan cepat ke sana satlar aku melihat siulet bayangan. Aku melihat seorang gadis berbaring dan memeluk tubuhnya sendiri.

"Jiso!" panggilku saat menyadari jika dia adalah Jisoo. Dia langsung bangkit dan duduk.

Matanya memerah dan sembab. Sepertinya dia menangis. Aku langsung memeluknya. Tangisnya pecah. Perlahan kugerakkan tanganku membelai surai hitamnya.

"Hufghhh ... melegakan," desahku dan mencium kepalanya.

"Hikss Uncel kenapa baru datang?" tanyanya parau.

"Ayo pulang. Kamu bisa sakit," ujarku mengabaikan pertanyaanya. Dia bangkit dan hampir jatuh. Aku menahan tubuhnya yang hampir terjembab.

"Kakiku keseleo," lirihnya. Aku langsung menggedongnya.

"Pegang payung itu," ujarku dan dia memanyungi. Aku melangkah lebar ke mobilku yang cukup jauh dari sini.

Setibanya di sana. Aku menurunkannya karena kunci mobipku berada di dalam saku celanaku.

Aku membuka pintu mobil dan menuntunnya masuk. Aku mengintari mobil dan membawanya pulang.

Sesampainya di rumah, seperi dugaanku akan dibanjiri pertanyaan. Apalagi aku menggedongnya.

"Apa yang terjadi?" tanya Sora kahwatir. Untung saja Hae belum pulang.

"Biarkan dia istirahat dulu," ujarku dan membawanya ke dalam kamarnya.

"Kamu mandi dan ganti bajulah," ujarku dan pintu terbuka. Sora datang dan aku ke kamar untuk menganti pakaian.

Aku memutuskan untuk makan malam bersama Sora.

"Taehyung, nanti antarkan makanan ke kamar Jisoo." Aku hanya mengangguk saja.

Selesai makan aku membawa bubur dan juga obat untuk Jisoo. Aku melekukkan pahaku dan menahannya agar nampan berada di atas pahaku. Perlahan tanganku meraih knop pintu.

"Uncel," ujarnya saat melihatku.

Aku masuk dan meletakkan bubur di atss nakasnya. Dia memijat-mijat betisnya.

Cobaan apa ini? Jisoo hanya memakai baju tidur dress tipis sebatas paha. Aku jelas melihat lekuk tubuhnya.

"Makanlah dan minum obat," ujarku dan beranjak dari kamarnya. Tapi tangan mugilnya menahan pergelangan tanganku.

"Tidak bisakah Uncel menyuapiku dan mengurut kakiku?" tanya dengan puppy eyes andalannya.

Aku duduk di tepi kasur dan mengambil bubur itu. Dia makan dengan lahap dan memakan obat tanpa protes padahal dulu ia sangat marah jika diberi obat.

Aku mulai mengurut kakinya sampai dia meringgis sakit. Hufghhh ... dadaku berdebar kencang. Darahku berdesir. Kulitnya sangat halus dan mulus.

Ringgisannya membuatku malah Mendengarnya seperti desahan nikmat. Akal sehatku perlahan hilang.

"Ekhm, Uncel mau ke kamar. Tidurlah," ujarku dan menyelimutinya sebatas dagu.

Tidak kusangka dia mengalungkan tangan di leharku dan menatapku dengan tatapan polosnya. Aku bisa kebablasan.

"Uncel, jangan hindari aku. Sejak pertama melihat Uncel, aku rasa hanya rindu biasa tapi nyatanya aku bukan merindukan Uncel, tapi malah melihat Uncel sebagai seorang pria kepada wanita," ujarnya yang sialnya merobihkan dinding pertahananku.

Aku membukam bibir manisnya. Di membalas pangutanku dengan amatir.

"Buka mulutmu," ujarku di sela ciuman. Dia membuka mulutnya dan lidahku meberobos masuk.

Aku mengakses seluruh deret giginya. Mejelejagi rongga mulutnya dan membelit lidahnya.

Tangannya menyisir suraiku dan matanya terpejam saat aku mulai mencium rahangnya.

"Kamu tidak akan pernah lepas dariku," ujarku tajam dan dia mengangguk.

"Aku hanya milik Uncel," ujarnya yang membuatku kembali menciumnya.

Ciumanku aku sudahi saat dickku perlahan memberontak.

"Tidurlah," ujarku sambil mengusap wajahnya.

"Aku ingin ditemani Uncel," pinta manja. Aku mengangguk dan menyuruhnya menggeser badan. Nanti setelah dia tidur aku ke kamar menuntaskan hasratku sendiri.

***

Di sisi lain, seorang laki-laki menatap tangannya yang berlumur darah. Dia menyeringai saat laki-laki di hadapannya menatapnya bengis.

"Cih, kau sungguh angkuh Tuan Zie. Bahkan kau masih berani menatapku dengan mata menjijikanmu," ujar laki-laki itu dengan tawa jahatnya. Matanya perlahan hilang.

Crak!
"Aaaaaaa!" Pisua itu menancap tajam pada salah satu mata tuan Zie. Body guardnya merinding menyaksikan keasadisan Bosnya.

Hal ini buasa terjadi tapi tetap saja mereka takut dan meringgis.

"Bereskan dan buat dia seolah-olah bunuh diri. Ambil perusahannya." Dunia memang kejam. Salah satunya adalah kematian Zie. Pria tua yang malang harus berurusan dengan Psychopat ini.

"Mr. Min akan kami laksanakan."

Dia adalah Min Yoongi. Wajah tampan, dingin dan punya senyum manis tapi dibalik itu dia bagaikan iblis.

Pikirannya melayang pada kejadian tadi. Saat dia ke kampus Jisoo dan melihat gadis itu mengusirnya secara kasar.

Dia tidak pergi dan selanjutnya dia menyaksikan pemandangan yang membuatnya ingin menyiksa gadis kecilnya itu.

"Kau harus dihukum sedikit gadis manis," gumamnya dan mulai merencanakan rencana licik.

TBC

Jejaknya 😂
BTW gua memangnya ngasih anjingnya Jisoo di sini nama Necy 😂malah gue baru tau kalau Jisoo punya anjing 😅

Gua cuma nulis-nulis doang. Yang penting ada cast 😂

Follow ya 😉

FAKE UNCLE (VSOO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang