1. Pertemuan Pertama

3.7K 58 2
                                    


Seorang ibu berjalan dengan muka sedih penuh dengan rasa putus asa. Ibu itu nampak lemas dan Pasrah. Berjalan tak berdaya menyusuri jalan setapak dengan dinding di sebelah kanan dan kirinya.

Terlihat seorang anak laki-laki berlari mengejarnya. Anak itu merasa lega karena telah menemukan sang ibu yang dicari carinya.

    "Ibu" panggilnya lirih.

Sang ibu yang mendengarnya pun berbalik menatap anaknya kemudian melambaikan tangan seakan berusaha meraih sang anak dari kejauhan. Sang ibu yang hanya menatap dari kejauhan itu tiba tiba langsung berbalik dan dengan cepat berlari keluar gang, dan saat itu juga...

Brakkk!

Sebuah mobil pickup menabraknya dengan keras. Pras terkejut.

    "Ibuuuu!!"

Teriak tangis sang anak, ia berlari mengejar sang ibu yang telah pergi untuk selamanya.

•••

    "Astaghfirullahakadzim.."

Nafas Pras terengah-engah seraya bangun dari tidurnya. Kenangan pahit bersama sang ibu baru saja menjadi mimpi buruknya.

Dengan nafas yang masih terengah-engah, Pras mengangkat kedua tangan nya.

    "Alfatihah buat ibu.. "

Kalimat do'a ia panjatkan untuk sang ibu yang hadir dalam mimpinya.

Pras, atau Prasetya adalah seorang pria muda yang saat ini masih kuliah, Pras memiliki masa kecil kurang menyenangkan yang hanya hidup dipanti asuhan tanpa kedua orang tua. Namun Pras memiliki ayah angkat. Ayah angkatnya ini pernah menolong sang ibu dan akhirnya memilih untuk merawat Pras.

Pras sebenarnya adalah orang Solo, tapi saat ini Pras sedang berada di Yogyakarta.

    "Nanti ketemu panggung Krapyak, kandang Manjangan namanya. Nah, di sana ngidul lagi, sudah dekat dari situ. Nanti tanya orang aja" Jelas seorang bapak bapak kepada Amran.

Amran adalah sahabat Pras. Mereka tidak berdua, ada juga Hartono. Hartono adalah sahabat Pras dan Amran. Mereka bertiga sedang melaksanakan tugas untuk kuliah mereka.

    "Wah, matur nuwun nggeh pak" Ucap Amran pada bapak bapak tadi.

    "Har, ayok!" Lanjutnya seraya mengajak Hartono yang sedang sibuk memotret pemandangan kota Yogyakarta.

Mereka kembali menuju mobil dan mendapati Pras yang sudah terbangun dari tidurnya.

    "Wuih hahaha.. gile, bos kite Udah bangun nih. Pras, mau turun derajat bentaran nggak. Gantiin ane nyupir?." Ledek Amran pada Pras.

    "Baru bangun tuh, nyawanya masih melayang. Ntar nyawa kita lagi yang melayang" sewot Hartono.

Amran menjitak kepala Hartono. "Heh ente ngomongnya! Omongan itu do'a, naudzubillah!".

Hartono yang sudah duduk di depan itu hanya memainkan kameranya dan menghiraukan ceramah dari Amran.

     "Yaudah nggak papa, gue yang nyetir" kata Pras yang segera berpindah ke kursi depan.

     "Hahaha.. cakep ente. Ente emang pengertian Pras, sekarang giliran ane untuk merenungkan nasib ekonomi Indonesia" Kata Amran seraya merebahkan tubuhnya di kursi belakang.

Surga Yang Tak DirindukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang