10. Dongeng Madani belum berakhir

816 31 3
                                    

Setelah bertemu dengan teman temannya dan mencurahkan isi hatinya, Arini pun bergegas menjemput Nadia yang pulang dari sekolahnya.

Sudah ramai orang tua lain yang juga menjemput anak anak mereka.

"Ya Mari". Sapa Arini pada Orang Tua lain.

Tak lama anak anak keluar kelas dengan suara riuh dan girang.

"Bundaaa...". Panggil Nadia seraya berlari menghampiri Arini.

"Nadia". Arini langsung memeluk Nadia.

Arini tersenyum mengusap rambut Nadia dan menggandengnya menuju mobil.

"Ayahh...!". Teriak Nadia memangil sang ayah saat Pras tiba tiba datang dengan mobilnya dan mengejutkan Arini.

Nadia berlari menghampiri dan memeluk sang ayah. Sementara Arini yang masih terkejut memilih tidak mendekat karena canggung.

"Tuan putri!".

Pras memeluk Nadia dengan erat karena Pras sudah beberapa hari tidak bertemu Nadia.

"Ayah kangen banget sama tuan putri". Bisik Pras.

"Nadia juga kangen banget sama Ayah".

Nadia melepas pelukannya.

"Ayah kok jarang pulang sih, Nadia kan mau ceritain dongeng Nadia yang baru". Tanya Nadia dengan polos.

"Maafin ayah tuan putri". Ucap Pras.

Arini yang bingung sekaligus merasa canggung akhirnya mengalah. Ia memutuskan untuk menghampiri Nadia.

"Nadia ayok!. Ayah kan bawa mobil, kamu harus pulang sama Bunda".

Arini meraih tangan Nadia untuk mengajaknya pulang, namun Nadia melepas genggaman Arini.

"Kamu harus beli buku buat ngelengkapin dongeng kamu, terus kamu juga udah janji sama ibu guru kalo kamu mau ceritain dongeng diatas panggung". Bujuk Arini.

Nadia tersenyum. Sementara Pras hanya diam menatap Arini yang sudah dikecewakan nya itu.

"Oh iya Nadia lupa Bun".

Nadia berbalik menatap Pras. "Ayah nanti Dateng ya ke pentas Nadia?".

"Iya sayang, ayah pasti Dateng". Jawab Pras.

Pras dengan jelas meneteskan air mata saat menatap putrinya itu.

Arini sangat sedih melihat Nadia yang bahkan tidak tahu jika kedua orang tuanya kini sedang bermasalah dan berpura pura tegar didepannya seolah olah semua baik baik saja.

Nadia mulai merasa aneh dengan ke dua orang tuanya. Nadia menatap ayah dan ibunya dengan sendu.

"Ayah sama bunda marahan ya?". Tanya Nadia tiba tiba.

Pras terkejut dengan pertanyaan Nadia dan menatap Arini sesaat.

"Ngak sayang, ayah ngak marahan sama bunda. Ayah lagi banyak urusan aja di kantor". Ucap Pras seraya memegang kedua pipi chubby Nadia.

Arini bertambah sedih. Biar bagaimanapun Nadia tidak boleh tau tentang masalah mereka karena itu bisa membuat Nadia sedih.

"Tapi ayah kok nangis?". Tanya Nadia.

Pras mengusap kedua matanya dan langsung memeluk dan mencium Nadia.

"Nadia, kita udah harus pulang, yok". Ucap Arini seraya mengandeng Nadia menuju mobil.

Pras berdiri dan Melambaikan tangan pada Nadia.

♪♪♪

Setelah bertemu Nadia, Pras segera pergi menepati janjinya untuk bertemu dengan kliennya untuk membahas proyek.

Surga Yang Tak DirindukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang