6. Luka dari Bapak

722 20 1
                                    

   Setelah menikah. Pras mengajak Meirose untuk menemui Bayinya. Pras mendorong kursi roda yang diduduki Meirose.

     "Aku beri dia nama Akbar Muhammad, dia udah berusaha hidup untuk kamu Mei". Bisik Pras kepada Meirose yang sedang memandangi Akbar dari luar kaca.

Meirose hanya terdiam kala mendengar ucapan ucapan dari Pras yang terlihat begitu peduli dengan Akbar yang bahkan tidak memiliki hubungan darah sama sekali dengan Pras.

♪♪♪

    Setelah menemui akbar, ternyata Meirose masih harus dirawat di rumah sakit karena belum pulih sepenuhnya pasca operasi.

Siang ini Pras hendak memenuhi janjinya untuk menyusul Arini dan Nadia di rumah orang tuanya.

Pras berjalan menuju parkiran depan rumah sakit bersama Hartono dan Amran. Amran terlihat membawakan koper milik Pras.

    "Sebelum masalah ini tambah ribet, lebih baik Lo ceraiin dia Pras. Lo kasih pengertian ke Meirose baik baik, lalu tinggalin dan anggap semua ini ngak pernah ada!". Kata Hartono berusaha menasehati Pras.

    "Meirose juga perempuan Har, dia punya hak. Ngak bisa main cerai gitu aja!" Tegas Pras.

Amran memberikan koper milik Pras dan Pras memasukkan koper itu di kursi belakang mobil.

    "Tolong jagain proyek kulon Progo ya". Ucap Pras sesaat setelah meletakkan kopernya. Amran pun mengangguk.

    "Pras!". Panggil Hartono yang menyayangkan keputusan Pras.

    "Tolong bantu jaga Mei, dia masih labil". Tegas Pras seolah olah menolak kata kata Hartono

Pras menutup pintu mobilnya.

    "Assalamualaikum"

    "Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatu" jawab Amran lemas, sementara Hartono terlihat kesal dengan Pras yang sikapnya berubah akhir akhir ini.

Mobil Pras melaju dengan cepat meninggalkan Amran dan Hartono yang masih kesal dengan sikapnya.

    "Gue yakin kedepannya bakal berantakan semuanya, dan kita yang bakal kena ulahnya!". Marah Hartono geram.

    "Eh, jangan suudzon! Kaya ngak punya Tuhan aja ente!" Ucap Amran.

♪♪♪


    Pras menyetir mobilnya pelan menuju rumah orang tua Arini. Dalam lamunannya, Pras teringat sesuatu bersama bapaknya Arini dahulu. Saat Pras pertama kalinya diundang makan malam dirumah Arini sebelum mereka menikah. Pras pernah berkata pada sang Bapak.

"Saya berjanji, akan menjaga Arini dan mencintai Arini sepenuhnya, Pak". Ucap Pras.
Bapak tersenyum dan menepuk pundak Pras.

Lamunan Pras buyar saat ponselnya berbunyi.

Ia meraih ponsel itu dan melihat nama Arini di layar nya. Pras menutup kaca mobilnya yang terbuka dan Segera Pras mengangkat panggilan dari Arini.

    "Assalamualaikum". Sapa Pras.

    " Waalaikum salam. Kamu kenapa ngak ngasih kabar sih mas?"

Pras terkejut mendengar suara Arini, suara Arini seperti sedang menangis. Terisak. Pras khawatir terjadi sesuatu kepada Arini.

    "Emmm, maaf sayang. Aku bener bener nggak sempet kemaren". Pengakuan Pras masih dengan perasaan khawatir.

Surga Yang Tak DirindukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang