pertanyaan penting

10 1 0
                                    

Pertanyaan :

✍ HUKUM SHOLAT BAWA HP, UANG DALAM SAKU.

Saya mau bertanya hukum membawa hp, uang (di saku) ketika sedang shalat itu bagaimana?

Jawaban :

Di antara syarat shalat adalah sucinya badan, pakaian, dan tempat shalat dari najis. Oleh sebab itu hukum shalat orang yang membawa hp, uang dirinci sebagai berikut:

(1) Jika ia tahu hp, uang itu pernah terkena najis, maka shalatnya tidak sah. Sebab ia shalat dengan membawa najis.
Jika ia tidak tahu kenajisan hp, uang itu maka hukum asal hp, uang itu adalah suci. Oleh sebab itu shalatnya tetap dihukumi sah.

👉 Referensi:

المنهاج القويم شرح المقدمة الحضرمية (ص: 112)

“والطهارة عن الخبث” الذي لا يعفى عنه “في الثوب والبدن والمكان” فتبطل بخبث في أحد الثلاثة وإن جهله مقارن وكذا طارئ ما لم ينح محله أو هو2 بشرط أن يكون يابسًا وأن ينحيه بنحو نفض لا بنحو يده أو عود فيها أو كمه وذلك لقوله تعالى: {وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ} [المدثر: 4] ، وللخبر الصحيح: “تنزهوا من البول فإن عامة عذاب القبر منه” 3, وثبت الأمر باجتناب النجاسة وهو لا يجب في غير الصلاة فيجب فيها، نعم يحرم التضمخ4 بها خارجها في البدن والثوب بلا حاجة.

فتح المعين 1/104-105

قاعدة مهمة ) وهي أن ما أصله الطهارة وغلب على الظن تنجسه لغلبة النجاسة في مثله فيه قولان معروفان بقولي الأصل والظاهر أو الغالب أرجحهما أنه طاهر عملا بالأصل المتيقن لأنه أضبط من الغالب المختلف بالأحوال والأزمان ( وذلك كثياب خمار وحائض وصبيان ) وأواني متدينين بالنجاسة وورق يغلب نثره على نجس ولعاب صبيوجوخ اشتهر عمله بشحم الخنزير وجبن شامي اشتهر عمله بإنفحة الخنزير

✍ Menanggung najis dalam shalat

soal: bagaimana hukum memakai mix krovon yg berkabel panjang oleh imam sembahyang. kabel itu bersambung ke ampli, dari ampli kabel ke lasfiker, dilasfiker ada najis

Jawab :

Sebagaimana dimaklumi bahwa salah satu syarat sah shalat adalah suci pakaian dari najis. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala :

وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ

Artinya : Dan pakaianmu, maka sucikanlah (Q.S. al-Mudatsir : 4)

Kalau diluar shalat wajib memelihara pakaian dari najis, tentunya di dalam shalat lebih patut diwajibkannya.[1]

Para ulama memahami kewajiban suci pakaian ini mencakup setiap benda yang dipikul atau ditanggung oleh badan seseorang yang melakukan shalat, meskipun yang bernajis itu pada ujung benda yang dipikulnya dimana ujungnya itu tidak bergerak dengan sebab dia bergerak, seperti menggunakan pakaian yang ujung kainnya sangat panjang dimana ujung pakainnya itu bernajis sehingga meskipun orang tersebut bergerak dalam shalat, namun tetap ujung pakaiannya tidak bergerak. Pemahaman seperti ini telah dikemukan oleh Zainuddin al-Malibary dalam kitab beliau, Fath al-Mu’in, yaitu :

“ Syarat shalat yang kedua adalah suci badan, termasuk badan adalah dalam mulut, hidung dan dua mata serta suci pakaian dan lainnya, yaitu setiap yang dipikul orang yang melakukan shalat, meskipun yang dipikul itu tidak bergerak dengan sebab bergerak orang yang melakukan shalat tersebut (yang memikul benda itu)”[2]

 MUTIARA HIJRAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang