Fathul Mu'in| Syarat-Syarat Shalat(2)

8 0 0
                                    


(فَصْلٌ) فِيْ شُرُوْطِ الصَّلَاةِ.

(Cabang Masalah). Kalau seandainya seorang yang berwudhu’ memasukkan tangannya dengan maksud mandi menghilangkan hadats ataupun orang tersebut tidak berniat seperti itu, namun setelah berniat mandi junub, atau setelah mengulang tiga kali dalam membasuh wajah seorang yang hadats kecil atau setelah basuhan pertama – jika ia meringkas dengan satu basuhan saja – dengan tanpa berniat ightirāf (7) dan juga tidak bertujuan mengambil air karena tujuan lain selain bersuci maka air tersebut menjadi musta‘mal untuk selain tangannya dan baginya diperbolehkan untuk membasuh lengannya dengan air yang berada pada tangannya. (8).

(وَ) غَيْرُ (مُتَغَيَّرٍ) تَغَيُّرًا (كَثِيْرًا) بِحَيْثُ يَمْنَعُ إِطْلَاقَ اسْمِ الْمَاءِ عَلَيْهِ، بِأَنْ تَغَيَّرَ أَحَدُ صِفَاتِهِ مِنْ طَعْمٍ أَوْ لَوْنٍ أَوْ رِيْحٍ، وَ لَوْ تَقْدِيْرِيًّا أَوْ كَانَ التَّغَيُّرُ بِمَا عَلَى عُضْوِ الْمُتَطَهِّرِ فِي الْأَصَحِّ، وَ إِنَّمَا يُؤَثِّرُ التَّغَيُّرُ إِنْ كَانَ (بِخَلِيْطٍ) أَيْ مُخَالِطًا لِلْمَاءٍ، وَ هُوَ مَا لَا يَتَمَيَّزُ فِيْ رَأْيِ الْعَيْنِ (طَاهِرٍ) وَ قَدْ (غَنِيَ) الْمَاءُ (عَنْهُ) كَزْعَفَرَانٍ، وَ ثَمَرَ شَجَرٍ نَبَتَ قُرْبَ الْمَاءِ، وَ وَرَقٍ طُرِحَ ثُمَّ تَفَتَّتَ، لَا تُرَابٍ وَ مِلْحِ مَاءٍ وَ إِنْ طُرِحَا فِيْهِ. وَ لَا يُضَرُّ تَغَيُّرٌ لَا يَمْنَعُ الْاِسْمَ لِقِلَّتِهِ وَ لَوِ احْتِمَالًا، بِأَنْ شَكَّ أَهُوَ كَثِيْرٌ أَوْ قَلِيْلٌ. وَ خَرَجَ بِقَوْلِيْ بِخَلِيْطِ الْمُجَاوِرُ، وَ هُوَ مَا يَتَمَيَّزُ لِلنَّاظِرِ، كَعُوْدٍ وَ دُهْنٍ وَ لَوْ مُطَيِّبَيْنَ، وَ مِنْهُ الْبُخُوْرُ وَ إِنْ كَثُرَ وَ ظَهَرَ نَحْوَ رِيْحِهِ، خِلَافًا لِجَمْعٍ. وَ مِنْهُ أَيْضًا مَاءٌ أُغْلِيَ فِيْهِ نَحْوَ بُرٍّ وَ تَمْرٍ حَيْثُ لَمْ يُعْلَمِ انْفِصَالُ عَيْنٍ فِيْهِ مُخَالِطَةً، بِأَنْ لَمْ يَصِلَ إِلَى حَدٍّ بِحَيْثُ لَهُ اسْمٌ آخَرَ كَالْمَرَقَةِ، وَ لَوْ شَكَّ فِيْ شَيْءٍ أَمُخَالِطٌ هُوَ أَمْ مُجَاوِرٌ، لَهُ حُكْمُ الْمُجَاوِرِ. وَ بِقُوْلِيْ غَنِيٌّ عَنْهُ مَا لَا يُسْتَغْنَى عَنْهُ، كَمَا فِيْ مَقَرِّهِ وَ مَمَرِّهِ، مِنْ نَحْوِ طِيْنٍ وَ طُحْلُبٍ مُتَفَتِّتٍ وَ كِبْرِيْتٍ، وَ كَالتَّغَيُّرِ بِطُوْلِ الْمُكْثِ أَوْ بِأَوْرَاقٍ مُتَنَاثِرَةٍ بِنَفْسِهَا وَ إِنْ تَفَتَّتَتْ وَ بَعُدَتِ الشَّجَرَةُ عَنِ الْمَاءِ. (أَوْ بِنَجَسٍ) وَ أَنْ قَلَّ التَّغَيُّرُ. (وَ لَوْ كَانَ) الْمَاءُ (كَثِيْرًا) أَيْ قُلَّتَيْنِ أَوْ أَكْثَرَ فِيْ صُوْرَتَيِ التَّغْيِيْرِ بِالطَّاهِرِ وَ النَّجَسِ.

(Dan) tidak (ada perubahan) dengan perubahan (yang banyak) sekira perubahan tersebut dapat mencegah kemutlakan nama air, sebagaimana perubahan yang terjadi pada salah satu sifatnya air yakni dari rasa, warna dan baunya walaupun perubahannya hanya secara perkiraan (9) atau adanya perubahan sebab sesuatu yang berada pada anggota orang yang bersuci menurut pendapat ashaḥḥ. Perubahan hanya akan terjadi apabila perubahan disebabkan oleh (sesuatu yang mencampuri air) yakni mukhālith – mukhālith adalah benda yang tidak terlihat berbeda dengan air (10) – (yang bersifat suci) dan (air tersebut dapat terhindar dari percampuran tersebut) seperti minyak za‘faran, buah dari pohon yang tumbuh di dekat air dan dedaunan yang dijatuhkan kemudian hancur di dalamnya, bukan debu (11) dan garam air walaupun dijatuhkan ke dalam air. Tidak masalah sebuah perubahan yang tidak merubah kemutlakan nama air sebab perubahannya sedikit, walaupun terjadi keraguan sebagaimana seorang yang ragu apakah perubahan tersebut banyak atau sedikit. (12) Dikecualikan dari ucapan saya: mukhālith adalah mujāwir. Mujāwir adalah benda yang terlihat berbeda dengan air seperti kayu, minyak walaupun keduanya dibuat wewangian. Sebagian dari benda mujāwir adalah tetesan air yang mendidih walaupun sangat banyak dan baunya tampak jelas, berbeda dengan pendapat sekelompok ulama’. Sebagian lagi adalah air yang mendidih sedang di dalamnya terdapat sejenis gandum dan kurma sekira tidak diketahui terpisahnya sebuah bentuk benda yang mencampuri air dengan tidak terjadinya penamaan yang lain seperti air kuah. Kalau seandainya sebuah benda diragukan apakah mukhālith ataupun mujāwir, maka benda itu dihukumi mujāwir. Dikecualikan pula dengan ucapanku: dapat dihindarkan dari air adalah sesuatu yang tidak dapat dihindarkan seperti halnya kasus air yang berada pada tempat menetapnya air dan tempat mengalirnya air, (13) seperti sejenis lumpur, lumut yang hancur, belerang, dan seperti perubahan sebab diam yang terlalu lama atau dedaunan yang berguguran dengan sendirinya walaupun hancur dan pohonnya jauh dari air tersebut. (Atau perubahan terjadi dengan sebab najis) walaupun perubahannya hanya sedikit (dan walaupun adanya) air (tersebut banyak) yakni dua qullah lebih dalam dua contoh perubahan dengan menggunakan perkara yang suci dan najis.

 MUTIARA HIJRAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang