Day 4

482 40 6
                                    

[ 30 hari bercerita ]

.

Obsession

.

Busan sedang heboh pagi ini. Seorang pria dikabarkan diculik saat baru saja tiba di kantor tempatnya bekerja. Dan kejadian itu tepat di depan rekan-rekannya.


Korban penculikan bernama Park Sungjin. Pelaku masih ditelusuri karena mereka kehilangan jejak. Mobil yang digunakan pun mobil tanpa plat.


Saat hampir seluruh stasiun televisi menayangkan berita itu, si pelaku hanya bisa berdecih. Merutuki kebodohan orang suruhannya yang menarik perhatian.


Wajah Sungjinnya jadi terekspos. Dan dia benci itu.



Tangan kekarnya mulai memencet beberapa nomor yang dia hafal di luar kepala saking seringnya menelepon orang ini.



"Cepat siapkan perjalanan ke Kanada."

.

Sungjin tidak pernah tahu jika ada orang segila ini. Menculiknya di tengah keramaian kemudian menyekapnya. Parahnya lagi sudah merencanakan perjalanan jauh untuk membawanya kabur.


"Apa kau lapar, sayang?" tanya Brian, si penculik.


Sungjin menghela nafas, "Kau baru saja menyuapiku pizza, Bri." ucapnya.



Iya. Mereka sudah berkenalan. Bukan perkenalan menyenangkan memang. Tapi setidaknya lebih baik karena si penculik mau mengenalkan dirinya.


Sudah sekitar tiga hari Sungjin disekap di tempat Brian. Tidak bisa kemana-mana selain di dalam apartemen pria itu.


Penculik mana yang mau mengenalkan dirinya. Penculik mana yang repot-repot mengurus korbannya. Penculik mana yang menolak tebusan yang ditawarkan si korban. Mungkin hanya Brian orangnya.


Motif Brian menculik Sungjinpun terbilang aneh. Brian menculik Sungjin karena terlalu menyukai pria bersuara indah ini. Brian terlalu serakah untuk sekedar berbagi Sungjin pada dunia.


Sungjin sendiri luar biasa heran saat Brian mengungkapkan alasan menculiknya. Mereka tidak pernah mengenal satu sama lain. Bahkan Sungjin tidak ingat kapan mereka bertemu.


Brian ngotot memaksa Sungjin tetap bersamanya. Sekeras apapun Sungjin meminta, menawarkan sesuatu bahkan berjanji untuk terus bersama Brian asalkan diizinkan keluar rumah tapi Brian tetap menolak.



"Sebenarnya kenapa kau sampai melakukan hal ini?" tanya Sungjin saat mereka duduk berdua menonton televisi.



"Aku menyukaimu. Apa kurang jelas?" ucap Brian sambil memandang Sungjin lekat.


"Brian, tidak bisakah kita menjalaninya dengan normal. Maksudku kita berkenalan lalu berteman untuk mengenal lebih dekat tanpa kau melakukan penyekapan begini," pertanyaan Sungjin dibalas genggaman erat di tangannya.


Pria bermata rubah itu tersenyum aneh. Sungjin tidak pernah melihat senyum seperti ini tersemat di wajah Brian selama mereka bersama.


"Aku menyukaimu dan menginginkanmu hanya untukku. Perkenalan normal yang kau maksud akan membuang-buang waktu. Bukankah lebih bagus begini," nada Brian jatuh lebih rendah. Membuat Sungjin bergidik karenanya.



Disini Sungjin menyadari satu hal. Ini tidak baik. Brian cenderung terobsesi padanya. Dan itu membuat Sungjin takut.


"Tapi aku rindu orang tua dan keluargaku," Sungjin masih berusaha.



"Keluargamu baik-baik saja. Aku sudah memantau mereka untukmu."



"Aku ingin bertemu teman-temanku."



"Teman siapa? Yoon Dowoon? Junior di kantor yang menyukaimu itu?" suara Brian terdengar lebih berbahaya.


Sungjin menelan salivanya gugup. "Da-darimana kau tau soal Dowoon?"



"Aku tahu semua tentangmu. Tentang pribadimu, keluargamu, pekerjaanmu, teman-temanmu, semuanya aku tahu." bisik Brian di depan bibir Sungjin.



Sungjin kehilangan kata-kata. Brian lebih menakutkan dari perkiraannya. Sungjin bimbang. Brian terlihat menakutkan tapi pria itu tak pernah menyakitinya.


"Oh ya, besok kita berangkat ke Kanada. Memulai hidup baru disana, sayang."



Brian tidak pernah menyakitinya. Tapi dia menjauhkan Sungjin dari kehidupannya di Busan.

.

End

.

[ 4 September 2019 ]

Sungjin'sWhere stories live. Discover now