Prolog

28 1 0
                                    

"Yang ini surat untuk dinas, yang ini surat untuk tiap kecamatan. Nanti biar anak-anak yang nganterin suratnya, bu Aldi."

Gadis berambut bob pendek dengan warna coklat gelap itu mengangguk pelan sembari tangannya menyortir surat undangan dengan kop surat bertuliskan nama kantor dan lambang kota. Seorang pegawai yang memberikan tugas pada gadis itu mulai berpindah ke arah anak-anak SMK yang baru bergabung dengan mereka. Perintahnya sama, ikut menyortir surat dan sebagian dari mereka akan berangkat untuk mendistribusikan surat ke tiap kantor yang dituju. Saat tengah mengumpulkan surat-surat itu, pikiran gadis itu mulai teringat ketika dia baru datang ke kota ini.

Nama gadis itu Aldiana Chandra Praditha. Gadis yang sering disapa Aldi itu adalah aparatur sipil yang baru saja naik status dari calon pegawai menjadi pegawai tetap. Umurnya masih sangat muda yakni 23 tahun dan sering disalahpahami sebagai tenaga honorer. Hal itu dikarenakan perawakannya yang dianggap masih anak-anak oleh beberapa pegawai senior, walau kenyataannya tinggi badan gadis itu melebihi tinggi rata-rata gadis pada umumnya.

Aldiana bukanlah gadis yang berasal dari kota ini, melainkan dari sebuah kota besar yang terkenal dengan taman-taman dan walikotanya yang inovatif. Setelah dilantik menjadi pamong praja muda, Aldiana mengikuti diklat prajabatan dan dilanjutkan dengan magang di pemerintah provinsi. Setahun berlalu, status kepegawaiannya naik menjadi pegawai tetap namun di saat itu juga terdapat kebijakan baru dimana para pamong praja muda ini tidak kembali ke daerah asalnya, melainkan disebar ke kabupaten dan kota lain. Aldiana dipindahkan dari kota kelahirannya menuju kota kecil yang terkenal dengan jajanan mochinya, Kota Sukabumi. Dirinya tidak pernah datang ke kota kecil ini sebelumnya. Hanya jajanan mochi pemberian teman satu kontingennya yang membuat gadis itu mengenali kota tersebut. Maka saat gadis itu menginjakkan kakinya untuk pertama kalinya di kota ini, kesan pertama yang didapat hanya kekhawatiran karena hanya dia yang dipindah ke kota ini. Beruntung senior-senior dari ikatan alumni cepat mendapatkan info tentang Aldiana sehingga mereka cepat menjemput gadis itu dan membantunya untuk mencari tempat tinggal. Berkat bantuan mereka, Aldiana menemukan indekos dengan fasilitas yang cukup menunjang baginya.

Hari pertamanya berseragam khaki dimulai dari kantor ini, kantor Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Setelah berkenalan dengan kepala badan, Aldiana disarankan untuk magang sementara di kantor tersebut sampai surat tugas resminya turun dari walikota. Jika dihitung sampai hari ini, maka sudah genap tiga minggu Aldiana magang di kantor ini. Pekerjaannya hanya sekedar membantu para pegawai bekerja seperti mengetik konsep surat, mencetaknya, dan menyortirnya. Setelah tuntas, Aldiana menyibukkan diri sendiri dengan notebook kesayangannya. Lebih baik begitu daripada diam terpaku.

"Bu, yang ini udah boleh langsung disebar?" Suara salah satu anak SMK membuat lamunan Aldiana buyar. Dengan canggung, Aldiana mengangguk tanpa suara dan anak SMK itu mulai mengambil surat yang dimaksud. Sambil menepuk bahu temannya, dia pun berjalan keluar kantor. Tak lama kemudian, surat telah tersortir sesuai tujuan dan tinggal dibawa oleh anak-anak itu. Akhirnya tugasnya selesai juga.

"Oh, suratnya udah semua, bu?" tanya pegawai yang meminta bantuan tadi. Di tangannya penuh dengan fotokopi berkas-berkas seperti ijazah, akta, dan sebagainya. Aldiana hanya mengangguk pelan.

"Iya sudah, pak. Udah pada dianterin sama anak-anak."

"Ah iya, makasih banyak ya, bu! Saya jadi terbantu nih, soalnya saya juga harus mengecek berkas-berkas kepegawaian juga."

"Iya sama-sama, pak. Gak masalah buat saya mah, hehe." jawab Aldiana sambil terkekeh pelan. Setelah pegawai itu kembali ke meja kerjanya, Aldiana pun kembali ke mejanya saat ini. Meja besar di ruangan rapat. Karena di kantor ini dia hanya magang, maka tempat yang bisa dijadikan tempat duduk dan menyibukkan diri sendiri hanya di meja rapat itu saja. Dia pun menyalakan notebook kesayangannya dan mulai mengecek laman berita.

Aldiana - The Stories -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang