Chapter 5

3 0 0
                                    

Suara-suara dari luar kamar kost bercat kuning pucat itu terdengar begitu nyaring — suara para mahasiswa yang tengah bercanda ria maupun tengah membahas suatu kasus yang sedang dipelajari. Beberapa menit kemudian, Aldiana membuka pintu kamarnya, masuk ke dalam sembari melepas sepatunya lalu meletakkannya di rak sepatu mungil miliknya. Padahal ini sudah masuk jam setengah enam sore, namun suasana tetap ramai di luar sana. Gadis itu maklum karena kostnya ini memang berada di wilayah pendidikan seperti kampus dan juga sekolah sehingga terdengar ramai, apalagi menjelang akhir pekan.

"Ululululu, mau makan apa ya--" gumam Aldiana bermonolog sendiri sambil mengecek lemari mini dimana gadis itu selalu menyimpan stok makanannya. Berhubung gadis itu tidak memiliki kulkas, yang bisa disimpan olehnya hanyalah makanan instan seperti mie instan, bubur instan, bahkan makanan kalengan. Kalo dia ingin memasak, dia hanya memiliki water heater yang sudah dipakai olehnya sejak kuliah dan rice cooker mini. Itupun dia lebih sering menggunakan water heater ketimbang rice cooker.

Gadis itu mendengus kecil. Mie instan miliknya hanya tinggal dua bungkus, selai coklat hazelnut yang tinggal sepertiganya, dan beberapa buah kopi susu sachet. Sementara itu, dia merasa malas untuk pergi ke minimarket sehingga dia pasrah dengan keadaan minim logistik itu. Mulutnya bergumam pelan dengan nada menggerutu seakan-akan dia menyesali kenapa dia tidak sempat mampir dulu ke minimarket saat pulang kerja.

"Besok saja deh ke minimarket. Sekalian olahraga saja." gumamnya lagi sambil mengambil satu sachet kopi susu untuk diminum. Di saat itu, ponselnya berbunyi pertanda ada pesan masuk disana. Begitu gadis itu mengecek ponselnya, ternyata si pengirim pesan adalah Syifa.

Sasuuuuh, VC yuk! Kangen nih!

Aldiana tersenyum kecil. Tidak lama, dia pun menekan tombol video call dan langsung tersambung pada sasuhnya itu. Di ujung sana, terlihat seorang gadis berkerudung merah jambu pastel dan tersenyum lebar sembari melambaikan tangannya ke arah kamera.

"Hai sasuhkuuu! Kangen deh!" seru Syifa dengan nada manja. Aldiana tertawa saat mendengar nada manja itu.

"Hahahah, ya ampun. Belum ada sebulan kita nggak chit-chat udah kangen aja!" balas Aldiana. "Btw, lagi apa ni? Itu masih di kantor?"

"Iyep! Masih ada kerjaan, jadinya ngelembur dulu. Mumpung besok libur, jadinya sekalian deh, hehehe!"

Aldiana tertawa kecil. Dia memaklumi jika sasuhnya ini sering lembur karena dia bekerja di bagian perencanaan di sekretariat daerah. "Yah yah, miss sibuk mah bebas yak! Heheheh..."

"Yeee..." gumam Syifa sambil menggembungkan pipinya dan memasang ekspresi cemberut. Tak lama, ekspresi itu berubah menjadi ekspresi penasaran. "Hey, gimana kesanmu saat bekerja di kelurahan?"

"Hah, maksudmu?"

"Yah, kamu betah gak di kelurahan?"

"Hmmmm, gimana ya." gumam Aldiana sambil menyentuh dagunya. "Kelurahan itu terlalu santai, tapi juga terlalu hectic di waktu-waktu tertentu. Yah, tapi lebih banyak santainya sih."

"Wuaaaaah, asik kalo gitu! Kamu punya banyak waktu bersantai! Udah mulai betah nih keknya." kata Syifa lagi. Dibilang begitu, Aldiana pun menggeleng cepat.

"Nggak juga. Setiap kegiatan disana, pasti teringat dengan kantor lamaku. Hhhhh, susah move on nih..."

"Itu nggak aneh sih. Butuh adaptasi yang cukup lama biar kerasan di kantor baru." kata Syifa sembari menganggukkan kepala. "Lalu, disana ada alumni kampus kita juga?"

"Ada, dua orang. Mereka itu senior kita beda lima angkatan." gumam Aldiana sambil memutar matanya ke atas seperti sedang berpikir. "Oh iya, aku ngerasa takjub kalo dalam satu kantor ada dua orang seangkatan yang menjabat lurah dan sekretaris lurah."

Aldiana - The Stories -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang