Special Chapter #UltahAldiana0205

3 0 0
                                    

"Woaaaaaah, empat hari lagi udah awal Mei!"

Aldiana melihat kalender bergambar kampusnya itu setelah menaruh ponselnya di kasur sembari bergumam. Gadis itu langsung bangkit dan membuka dompet mini miliknya yang berisi kartu identitasnya, kartu ATM, dan juga beberapa lembar uang sepuluh ribuan. Yang dia ketahui hanya satu, dompetnya menipis karena akhir bulan. Di dalam hatinya, Aldiana sangat ngidam dengan makanan junk food namun keinginan itu harus ditahan serapat mungkin hingga awal bulan. Dia harus bertahan hingga empat hari ke depan dengan uangnya saat ini.

Matanya mulai menerawang lagi. Awal Mei itu adalah hari yang sangat dinantikan oleh Aldiana setiap tahunnya. Bukan hanya tanggal merah yang membuat dirinya bisa bersenang-senang seharian, tapi juga hari ulang tahunnya yang jatuh pada tanggal 2 Mei. Karena ulang tahunnya yang bertepatan dengan hari pendidikan nasional, Aldiana seringkali mendapatkan kejutan dari teman-temannya setelah upacara usai. Entah disorakin rame-rame hingga menarik perhatian pegawai instansi lain di lapangan atau mentraktir satu ruangan di rumah makan atau restoran favorit.

Namun untuk tahun ini, rasa itu akan berbeda dari biasanya. Tinggal di kota perantauan membuat momen ini menjadi momen yang hambar. Tidak ada lagi kejutan super norak dari teman sekantornya hingga traktiran sekantor -- eh, yang terakhir ini malah patut disyukuri karena tidak perlu menghabiskan gajinya sekaligus hanya untuk traktiran.

Aldiana teringat dengan acara ulang tahun pimpinan sekaligus seniornya, Surya waktu itu. Bisa dibilang, itu adalah acara ulang tahun paling greget yang pertama kali dilakukan oleh teman-teman kantornya yang sekarang. Surya yang sudah tiga tahun menjabat disana saja baru dirayakan kemarin, apalagi Aldiana yang baru setahun disini?

Aldiana tidak boleh berharap lebih untuk tahun ini. Setidaknya, melakukan me time dan berkirim pesan pada orang rumah masih bisa dia lakukan sebagai gantinya.

~000~


Tanggal 2 Mei.

Semuanya berjalan begitu normal.

Upacara Hari Pendidikan Nasional dilakukan di Lapang Merdeka dengan menggunakan seragam batik berwarna biru lautan dengan lambang Korpri sebagai motifnya -- sebuah seragam yang hanya digunakan setiap tanggal 17 dan hari besar nasional. Berhubung instansi tempat Aldiana bekerja mewajibkan seluruh pegawainya untuk ikut serta, mau tidak mau seluruh pegawai harus ikut upacara dan hanya satu orang menjadi penjaga kantor. Aldiana awalnya ingin sekali menjadi penjaga kantor untuk hari ini, namun dia mengurungkannya karena tidak mau jadi sasaran ceramah sang lurah di hari sakralnya.

Begitu selesai upacara pun, semuanya berjalan dengan sangat normal. Pelayanan administrasi cukup ramai karena banyak yang mengurus surat keterangan untuk keperluan daftar sekolah kedinasan. Belum lagi mendengarkan ghibah berkedok curhat ala Timothy mengenai keadaan terkini.

Begitu berwarna bukan? Tapi tentu saja, tidak ada tanda-tanda jika para pegawai menyadari jika hari ini adalah hari ulang tahun Aldiana. Gadis itu benar-benar pasrah, mungkin sore ini dia akan ngacir ke mekdi dan membeli paket paling mahal hanya untuk dirinya sendiri atau pergi ke department store untuk membeli barang-barang yang dia suka.

Suara notifikasi khas yang menandakan ada pesan masuk terdengar begitu pelan. Beruntung ada dukungan mode getar sehingga sang pemilik ponsel bisa langsung menyadari meski suaranya sayup-sayup. Aldiana mengambil ponsel di sakunya dan mengecek siapa pengirimnya. Namanya sangat tidak asing baginya -- "Pakdok". Itu adalah panggilan sayang untuk sang kakak semata wayangnya di Bandung.

[Selamat ulang tahun, ceu Aldi. Makin tuwir aja ni eceu. Moga makin berjaya dan berbakti pada keluarga dan nusa bangsa yak. Didoakeun tah maneh ku urang!]

Aldiana - The Stories -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang