Chapter 4

10 0 0
                                    

"Teh, teteh suka baca komik gak?"

Aldiana memandang ke arah Timothy yang berekspresi ceria hari ini. Pekerjaannya membantu Pakkei untuk merekap data kependudukan kelurahan pun terputus sesaat dan membuat gadis itu hanya memandang lawan bicaranya karena tidak tahu harus merespon seperti apa. Entah apa yang terjadi dengan pegawai honorer itu, dia bertanya hal random yang tidak terduga begitu saja.

"Kenapa nanyain itu?" tanya Aldiana singkat.

"Ah, kupikir karena teteh masih deket-deket sama usiaku, hobinya juga sama gitu. Hehehehe." jawab Timothy disertai dengan kekehan ringan. Aldiana hanya menggelengkan kepala sambil kembali memperhatikan pekerjaannya yang sempat tertunda. Saat dia kembali merekap, Aldiana berbicara meskipun pandangan matanya mengarah ke dokumen di depannya.

"Aku suka baca komik, utamanya webcomic." ucapnya. Timothy langsung bereaksi begitu Aldiana berkata demikian.

"Oh iya? Webcomic apa? Apa jangan-jangan teteh lebih suka webcomic genre romantis gitu ya?" tanya Timothy kepo.

"Yah, gak diragukan lagi." balas Aldiana sambil membuka halaman dokumennya. "Yang genre aksi juga ada kok, tapi cuman satu saja yang kusuka."

"Apa tuh?"

"Judulnya Accidental Mission. Kang Moty tau komik itu?"

"BANGEEEEET!" seru Timothy dengan suara yang naik empat oktaf. "Aku penggemar berat serial itu! Bahkan aku ngefans sama authornya, Fitraharizka!"

"Moty, tong gandeng euy!" tegur Pakkei mendadak. "Ieu teh jadi teu konsen ngarekapna!"

"Anu, apa artinya?" tanya Timothy belagak pilon.

"Artinya jangan berisik, jadinya gak konsen ngerekapnya." jawab Aldiana singkat sambil memandangi Timothy dengan memicingkan mata. "Haduh, aku jadi lupa deh tadi ngerekapnya sampe mana!"

Menyadari jika Aldiana kesal padanya, Timothy hanya bisa menundukkan kepalanya sambil terus meminta maaf berulang-ulang. Di saat itulah, Tirta masuk ke ruang staf yang bersebelahan dengan ruang pelayanan sambil membawa sebuah tablet berwarna putih di tangannya.

"Eh, Moty! Di ruang pelayanan ada siapa?" tanyanya dengan nada datar.

"Ada pak Eep kok, pak! Dia lagi ngecek file musrenbang tea, disuruh sama Pak Enda." jawab Timothy enteng. Tirta merespon dengan sebuah anggukan kecil lalu berbalik keluar dari ruang staf. Timothy hanya memiringkan kepala ketika melihat pimpinannya itu tidak menjawab apapun.

"Moty, daripada kamu bengong, mending bantuin deh!" seru Pakkei sambil memberikan sebuah buku folio bertuliskan 'register warga pendatang' di sampulnya. Timothy hanya tersenyum kecut melihat bentuk fisik dari bukunya yang cukup tebal itu.

"Kang, kok mesem lihat bukunya?" tanya Aldiana ketika dia melihat TImothy dengan ekspresi senyum kecutnya itu.

"Ah, gak apa. Aku cuman, yah..." TImothy tampak gelisah saat menjawab pertanyaan gadis itu. Belum selesai, bu Eneng datang ke ruang staf dan menepuk bahu Timothy cukup keras hingga membuat pemuda itu menjerit kesakitan.

"Aaaaaw! Buuuu!" pekik Timothy seperti anak kecil yang baru dicubit sama ibunya.

"Eh! Jangan ngeles, Moty! Ini kan masih pertengahan Mei, pasti belum banyak datanya! Neng Aldi aja bisaan ngerekapnya!" seru bu Eneng dengan suara cempreng khas ibu-ibu rumpi. Ditegur begitu membuat Timothy hanya tertawa miris dan dilanjut dengan hela napas panjang. Lebih asik membaca komik daripada rekap data kependudukan, gumamnya dalam hati.

~000~

Suasana kantor sedikit sunyi karena sedikit warga yang datang untuk meminta pelayanan administrasi pada hari ini. Suasana yang sangat lumrah bagi sebuah kantor kelurahan sehingga para pegawai dapat mengerjakan tugas lain ataupun bersantai sejenak. Di saat itu, Aldiana dan Timothy masih sibuk berkutat dengan rekap data kependudukan dan menghitungnya dengan teliti. Sudah hampir tiga jam dan tentu saja membuat gadis itu merasa lelah pikiran. Akhirnya gadis itu meletakkan pensilnya dan mengistirahatkan kepalanya di atas meja.

Aldiana - The Stories -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang