Special Chapter #DirgahayuSurya2412

11 0 0
                                    

Siang yang cukup ramai di Kelurahan Karamat karena hari ini adalah hari dimana Musrenbang tingkat kelurahan sedang diadakan. Acara musyawarah yang dihadiri oleh seluruh ketua RW, Babinsa, Bhabinkamtibmas, LPM, dan beberapa orang perwakilan dari berbagai elemen masyarakat yang dilaksanakan tiap tahun itu begitu meriah dan penuh dengan diskusi antara warga dan perwakilan dari dinas terkait mengenai rencana pembangunan untuk tahun-tahun yang akan datang.

Seluruh pegawai ikut serta dalam persiapan kegiatan ini -- terutama sang lurah, Surya Arkananta. Dia terus mengarahkan pegawainya agar bisa mempersiapkan seluruh kegiatan dimulai dari memfasilitasi Rembug Warga, Pra-Musrenbang, dan Musrenbang. Tidak hanya itu saja, dia pun memiliki segudang kegiatan lainnya seperti rapat koordinasi dengan kepala daerah, rapat dengan dewan, dan acara-acara lainnya. Rasanya seakan-akan tidak ada habisnya.

"Nanti dicek lagi bareng sama Pak Enda dan juga LPM. Kalo pagunya agak meragukan, kita akan konsul ke PU atau dinas terkait." instruksi Surya pada Aldiana sambil memberikan sebuah file berisi data hasil Musrenbang begitu acara itu selesai. Gadis itu hanya mengangguk ketika dia menerima beberapa lembar kertas itu dan membacanya sekilas.

"Oh iya, sekalian bantuin bikin berita acara." ucap Surya lagi sebelum akhirnya dia pergi ke ruangannya. Aldiana hanya mengangguk lagi dan kembali ke ruangan staf.

"Oh, neng Aldi! Tadi pak lurah bilang apa?" tanya pak Eep sambil mencomot cireng yang tersaji di mejanya Bu Eneng.

"Soal ngecek hasil musren tadi, pak." jawab Aldiana sambil ikut mengambil gorengan itu dan memakannya. "Asa banyak banget yah. Jadi pusing gini."

"Ini udah disederhanain, neng. Hasil rembug warga aja lebih amit-amit dah banyaknya." ujar Pak Enda sambil meminum kopi hitamnya.

"Eh iya!"

Suara Timothy membuat semuanya menoleh ke arahnya. Sadar dirinya menjadi pusat perhatian, Timothy hanya berdeham.

"Kang Moty pengen ngomong apa sih?" tanya Aldiana heran.

"Aku pengen bikin kejutan buat pak lurah!"

Semuanya saling berpandangan. Memang ultahnya pak lurah kapan? Timothy terlihat gemas ketika semua pegawai itu hanya diam.

"Masa pada nggak tau sih? Tanggal 24 Desember lho! Hilih, pada gak respek ih!" sergah Timothy dengan nada gemas. Aldiana pun melihat daftar Nomor Induk Pegawai yang ditempel di salah satu meja dan mencari NIP Surya disana.

"Eh iya beneran--" gumam Aldiana terperangah.

"Tuh kan!? Pake gak percaya segala!" seru Timothy. "Ya kan, pak Tirta? Bener kan?"

Tirta yang baru masuk ruangan staf hanya memasang ekspresi bingung ketika Timothy menodongnya dengan pernyataan seperti itu. Sesaat Tirta mulai menimpali, "Apaan? Baru juga datang udah ditodong."

"Ultahnya pak lurah, pak! Bener kan tanggal 24 Desember?"

"Oooooh, iya bener kok." jawab Tirta singkat. Merasa dibela oleh seklurnya ini, hidung Timothy langsung kembang kempis saking bangganya.

"Yaelah kang Moty, segitunya ah!" timpal Aldiana usil.

"Weeeeek biarin!"

"Emangnya kalian mau kasih kado apa ke pak lurah?" tanya Tirta penasaran. "Jujur aja, mau ngasih kejutan ke Lurah Surya itu susah banget."

"Maksudnya?" tanya Aldiana penasaran. "Susah kenapa?"

"Yah, ultahnya dia kan pas cuti bersama. Ada dua pilihan, dia udah keburu cuti atau dia sibuk dengan monitoring kegiatan perayaan Natal ke tiap gereja." kata Tirta sambil duduk di kursi dekat Aldiana. "Pas masih di kampus, kami sebagai anak buahnya Lurah Surya itu baru bisa ngerayain ultahnya setelah selesai cuti Natal."

Aldiana - The Stories -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang