Mark sedang berada di ruang ganti sekarang. Mengganti seragam sekolahnya dengan kaos biasa untuk berlatih basket. Hari ini ia sedang ingin berlatih basket. Berada di tingkat akhir membuatnya lebih sering belajar ketimbang berlatih dengan teman-temannya di club basket.
Dulu, ia menjadi salah satu pemain inti di club. Tapi semenjak naik ke tingkat akhir Mark memutuskan untuk lebih fokus belajar. Beruntung ada murid pindahan di tingkat dua yang menggantikan posisinya sebagai pemain inti. Mark jadi bisa leluasa belajar tanpa memikirkan club lagi.
Mark ingin menjadi sukses di masa depan, belajar merupakan prioritasnya. Sedangkan club basket hanyalah penunjang nilai-nilai ekstranya agar memudahkannya meraih nilai sempurna. Meski begitu Mark tetap menikmati saat-saatnya melakukan segala kegiatan ekstra. Jadi, sesekali ia akan ikut latihan di club basket ketika tidak ada yang perlu di pelajarinya lagi di kelas.
Mark berjalan ke tengah lapangan dan mendapatkan beberapa pandangan heran. Sebagian besar merupakan anggota club basket yang baru. Jelas saja mereka sedikit bingung melihat Mark yang notabenenya siswa tingkat akhir tiba-tiba ikut bermain. Meski ada juga siswa tingkat akhir yang tetap rajin berlatih basket seperti Changbin, Woojin, dan Haknyeon. Intinya orang-orang hanya heran karena Mark tidak biasanya berada di lapangan indoor itu.
"Oi... Mark! Kemari!!" Woojin berteriak sambil melambaikan tangannya.
Mark berjalan kearah tersebut. Ikut berkumpul bersama beberapa siswa yang sama-sama memakai kaos.
"Tumben kemari?" tanya Woojin. Ia merupakan teman sesama anggota inti seperti Mark dulu. Tapi sekarang ia hanya pemain cadangan. Bahkan Woojin sempat tidak terima saat posisinya di gantikan oleh beberapa anggota yang baru. Kalau saja dirinya tidak diingatkan sedang berada di semester akhir tingkat akhir. Mungkin Woojin akan selamanya menjadi pemain inti tanpa mau diganti.
"Aku sedang bosan di kelas" jawab Mark jujur. Memang benar ia sedang bosan. Meninggalkan sekolah selama seminggu gara-gara pulang ke Kanada dan membuatnya belajar mengejar ketertinggalan yang tidak begitu jauh benar-benar membuat Mark bosan mengerjakan latihan soal yang itu itu saja di kelas.
"Wah... Tumben bosan belajar" kali ini Changbin yang menyahuti.
Mark hanya tersenyum. "Aku juga manusia yang bisa bosan"
"Baguslah... Sekarang mari tunjukkan pada adik-adik tingkat ini bagaimana permainan terbaik kita" Woojin memberi kode agar para anggota club membagi diri menjadi dua kubu. Mereka akan bertanding.
Mark merasa senang sekarang. Sudah cukup lama ia tidak bertanding.
"Ayo bertanding seperti pertandingan sungguhan!" Woojin berteriak memanaskan suasana. "Yang kalah harus menggendong yang menang mengelilingi lapangan! Hahaha!"
Suara-suara penonton di sekitar lapangan ikut berteriak ramai. Mark menoleh untuk melihat berapa banyak penonton yang ada. Ia mengedarkan pandangannya ke setiap sudut tribun. Tetapi seseorang yang sedang duduk di tribun paling depan seakan mengunci pandangan mata Mark agar tidak beralih. Pandangan yang sama seperti kemarin. Pandangan yang sedikit berbinar dan penuh pengharapan. Pandangan dari adik tingkat yang bernama Haechan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Days after Valentine
RomanceHanya karena mengembalikan sebuah gantungan kunci milik adik kelasnya, sepertinya Mark dihantui oleh sesuatu. . . . Markhyuck/Markchan ini lanjutkan dari book Valentine day ya... kalo belom baca, disarankan membaca dulu. 😁😁😁