"Apakah hyung akan datang melihatku?"
"Apa?"
"Ah, hahaha... Tidak hyung. Bukan apa-apa" Rasanya Haechan ingin menenggelamkan diri saja. Malu sekali karena keceplosan. Kesannya jadi Haechan sangat berharap. Ya memang sangat berharap sih. Tapi... Ah.. Tidak tahu! Intinya Haechan malu. Apalagi setelah itu suasana menjadi awkward.
Eomma!! Haechan maluuu...
"Chan..." / "Hyung..."
Hiks! Kenapa harus bersamaan pula?! Jadi semakin awkward.
"Hyung duluan saja. Hehe.."
Mark mengusap tengkuknya. "Sudah sore"
Ahh... Kode untuk kembali pulang. Haechan paham. "Hm, iya. Kalau begitu ayo pulang hyung.."
***
Selama di dalam bus, Haechan kembali berpikir. Apakah seharusnya ia menanyakan kembali pertanyaan tadi pada Mark. Karena Mark sedari tadi hanya diam dan tidak memberikan respon sama sekali. Haechan penasaran. Apakah dirinya merupakan prioritas Mark atau bukan.
Haechan sedikit menolehkan kepalanya kesamping untuk bisa menatap wajah Mark yang berada diatas pundaknya. Jam-jam pulang kerja seperti ini tentu saja bus menjadi sangat ramai hingga Mark dan Haechan harus berdiri. Dan seperti kebiasaan mereka, Mark akan selalu berdiri di belakang Haechan. Menjadikan dirinya sebagai sandaran untuk Haechan.
"Hyung..." Haechan memanggil dengan pelan.
Mark yang awalnya melihat lurus kearah depan mengalihkan pandangannya pada Haechan. "Ya?" menunggu Haechan kembali berbicara.
Sayangnya yang ditunggu tak kunjung buka mulut. Dan malah seenaknya memalingkan wajahnya kembali ke depan sambil berkata...
"Tidak jadi"
Ya tidak salah sih... Coba kalian bayangkan berada di posisi Haechan. Mana bisa ia berbicara kalau posisi wajahnya sedekat itu dengan Mark!
"Kenapa?" tanya Mark sambil mencondongkan kembali wajahnya untuk melihat Haechan. Tentu saja Mark masih penasaran alasan Haechan memanggilnya. Apalagi sedari tadi Haechan sering melamun dan kebanyakan bergumam sendiri. Jika ditanya pun ia akan menghindar.
"Bukan apa-apa hyung... Tidak penting" Haechan memalingkan wajahnya kearah lain. Kenapa Mark harus bertingkah seperti ini sih?! Tidak tahu kah kalau jantung Haechan sangat tidak baik keadaannya sekarang?!
"Bukankah kita teman? Kenapa aku tidak boleh tahu? Hm..." Mark malah dengan seenaknya menumpukan dagunya dipundak Haechan.
Dalam hati Haechan meringis. Kata Teman membuatnya tercubit. Haha... We're just F R I E N D. Kapan mau jadi Boyfriend? Sudah bukan prioritas, ternyata hanya dianggap teman pula.
Eh, tapi Haechan tidak boleh sedih terlebih dahulu. Ia hanya menerka sendiri. Ia harus benar-benar memastikan. Bisa saja Mark hanya tidak bisa memulai sebuah hubungan. Bukankah Mark berkata kalau Haechan yang lebih dulu menyatakan perasaannya? Itu artinya Haechan juga yang harus memulai segalanya kan? Kalau Haechan menyerah sekarang dirinya tidak akan pernah menjadi kekasih Mark.
Jadi Haechan perlahan menghadap kearah Mark. Membuat tumpuan Mark pada pundaknya terangkat. "Eung... Mark hyung bisa melihat perlombaanku kan?" jeda beberapa saat, kemudian Haechan menggeleng. "Tidak! Maksudku Hyung harus datang melihatku! Iya! Harus datang. Ya? Ya? Ya? Mark hyung harus menyemangatiku! datang yaaaa?!"
Rasa-rasanya Mark seperti tersiram air es yang begitu dingin. Mendadak dirinya membeku. Melihat Haechan yang berbicara menggunakan nada aegyo serta mendongakkan kepalanya tepat didepan wajah Mark dalam bus yang sempit lah penyebabnya. Perasaan apa ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Days after Valentine
RomanceHanya karena mengembalikan sebuah gantungan kunci milik adik kelasnya, sepertinya Mark dihantui oleh sesuatu. . . . Markhyuck/Markchan ini lanjutkan dari book Valentine day ya... kalo belom baca, disarankan membaca dulu. 😁😁😁