Part 6 (Confusion)

6.3K 1.1K 82
                                    

Saat tiba di halte yang dituju. Mark dan Haechan turun secara bersamaan. Kening Mark kembali mengernyit tidak suka. Jangan-jangan Haechan sungguhan mengikutinya?

"Rumahmu di daerah sini?" tanya Mark saat keduanya berjalan beriringan di pinggir jalan.

"Tidak sunbae... Aku hanya mengunjungi rumah Jaemin. Rumahnya berada di sekitar sini" jawab Haechan sambil tersenyum. Gigi kelincinya sedikit menyembul.

Mark merutuki pemikiran dangkalnya lagi. Lagi-lagi ia bertingkah seakan Haechan mengikuti dirinya. Apa kau sungguh berharap diikuti oleh Haechan, Mark? Bodoh!

"Sunbae sendiri?" sambung Haechan.

Mark buru-buru memasang senyumnya. "Ya, aku tinggal di gedung itu" tunjuk Mark pada sebuah gedung yang lumayan tinggi.

Haechan hanya terlihat mengangguk-angguk sambil membulatkan bibirnya.

Dan Mark benci itu. Tidak bisakah adik tingkatnya ini bertingkah biasa saja? Kenapa Haechan harus menggemaskan dan membuat Mark tidak bisa mengalihkan pandangannya?

"Jaemin tinggal di perumahan sebelah sana" tunjuk Haechan kearah yang berlainan dari gedung apartemen Mark.

Tidak penting memang memberi tahu rumah Jaemin pada Mark. Tapi Haechan hanya ingin membuat percakapan yang lebih panjang.

"Ah.. Perumahan itu" jawab Mark seadanya. Berusaha terlihat ramah.

"Iya. Jeno juga tinggal disana. Sunbae kenal Jeno kan? Anak club basket yang pernah sunbae gendong itu... Dia kekasih Jaemin. Dan mereka bertetangga" Haechan bercerita tidak jelas. Iya, bagi Mark cerita itu tidak jelas sekali. Untuk apa anak itu memberikan informasi tidak berguna semacam itu kepada Mark? Ada-ada saja.

"Mereka Sepasang kekasih?" tanya Mark. Mencoba menanggapi. Padahal, tanpa mengenal Jeno dan Jaemin pun ia sudah bisa menebak kalau mereka berdua sepasang kekasih. Mark hanya bersikap sopan, oke?! Tidak baik mengabaikan seseorang yang sudah bercerita panjang lebar. Itu akan sangat menyakiti perasaan orang tersebut.

"Iya, mereka dulunya bersahabat... Kemudian jadi sepasang kekasih!"

"Ah... Begitu..." balas Mark sambil mengangguk sekali.

"Iya..." Haechan kembali tersenyum. "Sunbae sudah punya kekasih?"

Mark sedikit mengerutkan keningnya. Kenapa tiba-tiba menanyakan kekasih? Tapi Mark tetap berusaha tersenyum menanggapinya. "Aku tidak tertarik memiliki kekasih sama sekali"

"Oh" jawaban singkat.

Mark kembali merasa heran. Ia berani bersumpah kalau raut wajah Haechan sekarang berubah. Sedih? Untuk apa?

"Sunbae sudah sampai. Aku pergi dulu ya... Bye!" Haechan langsung berlari pergi. Meninggalkan Mark yang belum sempat membalas salam perpisahannya.

.

Hari ini kembali bertemu dengannya lagi. Benci sekali melihatnya.
Kenapa dia selalu ada dimana-mana?
Kemanapun aku pergi, selalu ada dirinya. Dimanapun itu.

Mark menghela nafas sebentar sebelum meneruskan tulisannya di buku catatan miliknya.

Terlalu banyak pembicaraan tadi. Aku benci mengingat cara bicaranya yang tidak terlalu jelas karena lidah pendeknya itu. Kenapa juga gigi kelinci itu selalu muncul saat bibirnya terbuka sedikit?! Apalagi wajah sedihnya tadi! Kenapa dia membuat ekspresi seperti itu kepadaku? Padahal tadi wajahnya selalu tersenyum dan sedikit tersipu-sipu. Apalagi ketika di bus dan dia bersandar di dada-

"Tunggu! Apa yang kutulis?!" Mark berteriak frustasi sambil mencoret-coret tulisannya sendiri. Niatnya tadi ingin mengatur ulang jadwal belajarnya. Tapi, saat ingin menulis, bayangan adik tingkat bernama Haechan masuk dengan kurang ajarnya.

The Days after ValentineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang