Part 5 (bus)

6.5K 1.1K 55
                                    

3. Buat kejadian kebetulan yang bisa mempertemukanmu dengan Mark hyung. [….]

"Jeno... Pokoknya harus langsung pulang ke rumah setelah bel pulang sekolah!"

Jeno mengernyitkan kening mendengar perkataan Haechan. Kalau tidak salah, sedari pagi Haechan selalu mengucapkan hal yang sama.

"Aku ada acara dengan teman-teman pecinta alamku"

"Tidak boleh!" bentak Haechan. "Pokoknya langsung pulang! Titik!" sambungnya. Karena Haechan membutuhkan rumah Jeno sebagai alasan pertemuannya dengan Mark nanti, Jeno harus langsung pulang ke rumahnya. Tidak mungkin kan Haechan memberikan alasan ke rumah Jeno kalau Jenonya sendiri belum pulang dan tidak di rumah.

Jeno mengangkat sebelah alisnya. "Kau kenapa mengaturku? Jaemin saja tidak pernah sampai seperti itu..."

Haechan terdiam. Oke, mungkin kalimat Jeno terdengar biasa saja. Nadanya pun biasa. Tapi, bagi Haechan kata-kata itu sedikit menusuk.

Jeno benar, bahkan Jaemin yang kekasih Jeno terlihat tidak pernah memaksa pemuda sipit itu. Kenapa Haechan harus memaksa? Ia bukan siapa-siapa Jeno. Mereka bahkan berteman hanya karena rasa bersalah Jeno.

"Maaf... Aku tidak bermaksud mengaturmu..." seharusnya Haechan sadar kalau ia dan Jeno hanya berteman ketika ada Jaemin diantara mereka. Bercanda ketika ada Jaemin. Bermain ketika ada Jaemin. Hanya ketika ada Jaemin.

Haechan tersenyum singkat sebelum kembali duduk ke bangkunya. Membuka beberapa latihan soal matematika untuk olimpiadenya yang tinggal tiga minggu lagi. Mungkin hari ini Haechan harus menunda rencananya untuk bertemu Mark secara tidak sengaja di halte bus. Tidak apa... Masih ada lain kali. Haechan menenangkan diri sendiri.

Jeno menghela nafas saat melihat ekspresi sedih Haechan.

Ia tahu kalau sahabatnya ini sedikit sensitif sejak hari Valentine dan sering tenggelam dalam lamunannya sendiri. Yah, meskipun dulu Haechan juga merupakan orang yang begitu sensitif. Tapi, sensitif yang dimaksud Jeno disini jelas beda konteks. Kalau dulu Haechan begitu sensitif dan suka marah-marah tidak jelas ketika bertemu dengannya maka sekarang Haechan lebih sensitif terhadap semua orang yang menyinggung perasaannya dan terdiam melamun.

"Kenapa tidak bermain ke rumah Jaemin saja? Kurasa dia tidak ada acara sama sekali" ucap Jeno.

Haechan sedikit tersentak, sedetik kemudian ia tersenyum sangat lebar. Ia menatap Jeno sambil mengucapkan terima kasih. Bodohnya... Haechan ini. Kenapa ia bisa lupa kalau Jeno itu bertetangga dengan Jaemin.

Haha...

Kalau seperti ini kan Haechan bisa menjalankan misinya untuk mendapatkan Mark.

Jeno kembali menghela nafas. Perubahan emosi Haechan begitu cepat. Jeno bahkan bisa melihat senyum Haechan yang terlihat sedikit creepy sekarang. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh anak itu. Jeno memilih mengabaikan Haechan dan berkirim pesan dengan Jaemin.

***

Mark mengingatkan dirinya sendiri untuk kesekian kalinya agar tidak terlalu percaya diri. Sungguh, kanapa lagi-lagi dirinya bisa bertemu dengan Haechan? Bukan apa-apa sebenarnya. Ia tidak membenci pertemuannya. Apalagi Haechan.

Hanya saja, Mark tidak suka ketika pandangannya hanya terfokus pada satu orang. Ia merupakan orang yang suka mengamati keadaan. Sedikit belajar tentang kehidupan dari hal-hal kecil yang kadang luput dari perhatian kebanyakan orang. Ia suka melihat bagaimana orang-orang disekitarnya berinteraksi. Tapi semenjak bertemu dengan Haechan, Mark jadi tidak bisa mengalihkan pandangannya dari pemuda manis tersebut.

The Days after ValentineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang