Hujan. Hadirnya diiringi kenangan. Baik kenangan indah maupun buruk. Sadar atau tidak, memang begitu kenyataannya.
Taeyong selalu menyukai hujan, karena kilasan kenangan indah lah yang selalu muncul di benaknya. Bayangan saat pertama kali dirinya dekat dan merasa nyaman bersama Jaehyun tidak akan pernah ia lupakan begitu saja.
Saat itu hujan sedang turun dan Taeyong masih terjebak di sekolah. Jaehyun datang menghampirinya. Bukan untuk mengajak pulang bersama, Jaehyun belum legal menyetir waktu itu. Bukan juga untuk membawakan payung, karena Jaehyun bukan anak yang selalu sedia payung sebelum hujan. Melainkan untuk menemani Taeyong hingga hujan reda. Ia ingat mereka berdua terjebak berjam-jam di sekolah karena hujan yang tak kunjung reda. Membicarakan banyak hal sebagai upaya membunuh kejenuhan. Dari sana lah Taeyong bisa menyimpulkan Jaehyun anak yang baik. Dia tampak sangat dewasa dan keren ketika menimpali beberapa topik pembahasan, meskipun usianya dua tahun dibawah Taeyong.
"Jae, kau tahu kenapa aku menyukai dirimu dan hujan?" tanya Taeyong sambil mendongak menatap Jaehyun. Mencoba mengingatkan Jaehyun awal mula keduanya bisa dekat.
Saat ini keduanya sedang duduk di beranda samping rumah Taeyong sambil menatap hujan untuk menikmati waktu kebersamaan mereka. Ya, berhubung Haechan menolak makan malam bersama, Taeyong dan Jaehyun akhirnya hanya makan malam berdua di rumah.
"Karena kita bisa menghangatkan tubuh satu sama lain?" jawab Jaehyun main-main sambil menunjukkan senyum dan ekspresi wajah mesum, yang mana membuat Taeyong berteriak nyaring.
"Yak! Dasar mesum!" tak lupa sambil memukuli tubuh Jaehyun. "Bukan itu!" ah.. Taeyong lupa, terkadang Jaehyun masih sering bersikap menyebalkan dan kekanakan.
"Aduh.. Duh.. Ampun. Aku bercanda" Jaehyun menutupi bagian tubuhnya dengan tangan untuk menangkis pukulan Taeyong yang tidak bisa dibilang pelan.
"Rasakan! Sesekali kau harus diberi pelajaran agar tidak menggodaku!" Taeyong masih memukuli Jaehyun tanpa ampun. Bahkan saat Jaehyun bangkit berdiri dan berlari memasuki rumah pun Taeyong masih mengejarnya. Dan jadilah mereka bermain kejar-kejaran di ruang tamu.
"Jungg!! Jangan lari!" Taeyong berhasil menangkap kerah belakang kemeja yang dipakai Jaehyun. Sayangnya Jaehyun berhasil berkelit hingga tubuh Taeyong sedikit limbung ke samping.
Taeyong bisa saja jatuh ke lantai kalau tidak ada lengan Jaehyun di pinggangnya, menahan tubuhnya dengan cara memeluk erat tubuhnya.
"Hati-hati..." ujar Jaehyun. "Kau ini ceroboh sekali. Kalau terluka bagaimana?"
"Salahmu!" Hampir saja Taeyong lupa kalau dia sedang marah. Meski sedikit merona karena perhatian ringan Jaehyun, tangan Taeyong tetap bersiap memukul kembali. Namun pukulan itu dihentikan oleh cekalan Jaehyun. "Aku minta maaf.." Jaehyun berkata halus.
"Maafkan aku, ya?" ditambah kecupan ringan di bibir Taeyong. Membuat Taeyong menjadi bungkam dengan wajah yang sedikit memerah.
"Maaf, maaf, maaf, maaf, sayangkuu" dan setiap selesai kata maaf yang diucapkan Jaehyun selalu diiringi dengan kecupan ringan pula.
"Hahh.. Kalau begini mana bisa aku marah padamu!" Taeyong menghela nafas. Dan Jaehyun yang melihatnya hanya tertawa kecil sambil meneruskan pekerjaannya mengecupi wajah Taeyong.
"Jae, sudaahh.. Geli!" Taeyong menggeliat dalam pelukan Jaehyun.
"Apa aku sudah dimaafkan?" tanya Jaehyun.
"Hmm"
"Sudah atau belum?" Jaehyun menggoyang kecil tubuh Taeyong.
"Hmm, sudah"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Days after Valentine
RomanceHanya karena mengembalikan sebuah gantungan kunci milik adik kelasnya, sepertinya Mark dihantui oleh sesuatu. . . . Markhyuck/Markchan ini lanjutkan dari book Valentine day ya... kalo belom baca, disarankan membaca dulu. 😁😁😁