Love Affairs In The Afternoon

1.7K 107 31
                                    

Tidak, seharusnya ini tidak berjalan seperti ini. Ingin rasanya mengakhiri perasaan yang sejak awal telah salah.
Benar, ini adalah akibat kebodohan dirinya sendiri.

Namun, semuanya telah terlanjur. Dia terlalu nyaman dengan perlakuan hangatnya, dia sudah jatuh terlalu dalam, pesonanya membuat dia tak bisa kembali, dia benar-benar telah terpikat.

"Noona, apa yang sedang kau pikirkan? Hmm? Boleh kah aku tau apa yang ada didalam pikiran mu?" dia mendesah pelan. Menatap pria yang baru saja duduk disampingnya.
Senyuman manis— teramat manis malahan, menghiasi wajah cantik bak bidadari milik wanita itu. Dan itu berhasil membuat jantung pria yang duduk disampingnya berdetak dengan tidak normal.

“Hmm… aku hanya memikirkan hubungan kita.” Wanita itu menatap dalam pria dihadapannya. Tatapan matanya menyiratkan kekhawatiran dan ketakutan.

“Dengar Kim Minjoo. Apapun yang terjadi, aku akan selalu mencintaimu, aku akan selalu melindungimu, dan aku akan selalu berada disisimu—“ dia meraih tangan Minjoo, mengecup telapak tangan itu lama.

Kemudian menatap kedalam manik mata wanita yang selalu membuatnya terpesona.
Minjoo tersenyum tipis, setidaknya perlakuan kekasihnya itu dapat menghilangkan sedikit kekhawatiran dan ketakutan yang ia rasakan saat ini.

“I love You Kim Minjoo.”

“Yah, aku juga mencintai mu Jang Wonyoung.” Dan setelah itu, Minjoo merasakan benda kenyal nan hangat menempel pada bibirnya.

Dibawah naungan sang senja, dua insan yang saling mencintai itu menyalurkan perasaan yang mereka rasakan melalui ciuman yang lembut.
Ya, mereka berdua tau hubungan yang mereka jalani itu salah. Namun, mereka juga tak bisa menyalahkan cinta yang hadir diantara mereka.
Minjoo dan Wonyoung sepakat untuk mengikuti alur hubungan ini, menjalani sampai salah satu dari mereka memutuskan untuk berpisah lalu kembali kedalam kehidupan masing-masing atau memilih bahagia bersama.


.
.
.


Seperti hari-hari biasanya. Pagi ini Minjoo menyiapkan sarapan untuk pria yang selama beberap tahun menghisi harinya. Namun itu hanya tinggal kenangan saja. Sikap suaminya telah berubah, tak sehangat dulu.

“Yujinnie… sarapannya sudah siap…” teriak Minjoo memanggil Yujin.
Tak lama kemudian, Yujin muncul dari balik pintu kamar. Pria Ahn itu telah berpakaian rapih dan tak lupa menenteng tas kerja.

“Ah, maaf sepertinya aku akan sarapan di kantor. Ada meeting dadakan.” Dengan terburu Yujin meraih gelas susu yang berada diatas meja makan, meneguk dengan cepat.
“Oh ya, jika aku pulang terlalu larut kau tidur saja.
Jangan menungguku pulang, apalagi sampai tertidur diatas sofa. Ingat, jangan menungguku pulang.” Minjoo hanya mengangguk pelan, berjalan menghampiri suaminya, mengambil gelas kosong dari tangan besar itu.

“Aku pergi dulu Minjoo-ya.” Dia pergi begitu saja, meninggalkan Minjoo yang menatap kepergiannya dengan hati yang terasa sakit.

.
.
.


Seperti biasanya, pria Jang itu akan menunggu kedatangan wanita yang sangat ia cintai ditaman kota.
Mereka selalu bertemu disudut taman kota, saat senja muncul hingga senja pergi menghilang. Senyumnya terus saja mengembang, memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang.
Dia semakin mengembangkan senyumannya saat wanita yang ia tunggu tengah sedikit berlari mendekat kearahnya.
Tangannya terangkat keatas— melambai kepada Minjoo.
Namun senyumnya seketika luntur ketika jarak Minjoo tinggal beberapa meter dari hadapannya dan Wonyoung dapat melihat bahwa wanitanya tengah menangis. Dia segera berdiri dari duduknya dan selanjutnya, Minjoo memeluk pinggang Wonyoung. Menangis tersedu pada dada bidang milik pria yang beberapa tahun lebih muda dari Minjoo

“Noona, kamu kenapa? Apa ada yang menyakitimu?” tanya Wonyuong dengan nada khawatir yang kentara.
Menggeleng pelan didalam pelukan pria jangkung itu— terus saja menangis, mengeluarkan apa yang tengah Minjoo rasakan saat ini.

“Shutt… uljimayo… aku ada disini.” Wonyoung mencoba menenangkan Minjoo, mengusap lembut punggung Minjoo

Masih menangis, Minjoo melepaskan pelukannya. Menatap Wonyoung dengan tatapan sulit diartikan. Wanita itu menghela napas pelan sebelum berkata.

“Wonyoungie… Yu-yujin, dia ternyata—“ rasanya sedikit sulit berbiara sembari menahan tangis.

“Calmdown baby. Ada apa dengan Yujin?” nada bicara Wonyoung yang terdengar lembut membuatnya sedikit tenang,

Tersenyum samar, inilah yang Minjoo suka dari pria Jang itu. Perlakuan dan tutur kata yang lembut membuat dia jatuh kedalam pesona seorang Jang Wonyoung.

“Yujin, dia ternyata seorang—“ kembali terhenti, suaranya seperti berhenti di pangkal tenggorokannya, sulit untuk di keluarkan. Menatap Wonyoung yang masih setia menunggunya untuk menagatakan sesuatu.

“Dia seorang gay.”

Hening. Wonyoung termenung bebera detik, mencerna apa yang barusan dia dengar dari Minjoo.

“A-apa kamu benar-benar yakin noona?” Minjoo mengangguk pelan.
“Sepanjang hari ini aku membuntutinya Wonyoungie.
Dan yang membuatku tak percaya, Yujin berpacaran dengan Hyewon.” Ucap Minjoo dengan diiringi kembali isakan kecil dari mulutnya.

Kembali mengingat kejadian beberapa jam yang lalu membuat hati Minjoo terasa sakit. Tidak, tidak, Minjoo tak mempermasalahkan tentang suaminya yang berselingkuh. Toh dirinya juga berselingkuh dari Yujin.

Yang membuat Minjoo sakit itu adalah mengetahui fakta Yujin yang berselingkuh dengan pria, bukan dengan wanita. Itu benar-benar membuat hatinya terasa hancur. Menjalin hubungan dengan Hyewon yang notabe nya adalah sahabat karib Yujin dan dia juga merupakan sekertaris Yujin.

Aahh… rasanya benar-benar tak bisa dikatakan
Air mata kembali mengalir dari kedua pelupuk mata indah Minjoo dan tak lupa isakan juga kembali mengalun dari bibir mungilnya.

“Sudah noona, jangan menangis lagi. Aku ada disini.” Wonyoung menarik kembali Minjoo kedalam dekapannya, memeluk erat wanita yang ia cintai.
Katakanlah Wonyoung yang terdengar akan sedikit egois disini.
Ya, dia sedikit senang dan lega karena kali ini dia mempunyai sebuah peluang memiliki Minjoo seutuhnya.
Ya, Wonyoung akan segera memiliki Minjoo seutuhnya tanpa perlu memikirkan lagi bagaimana caranya membuat wanitanya itu berpisah dengan suaminya. Kali ini dia hanya tinggal menunggu sedikit lagi.
“Wonyoungie, aku benar-benar mencintaimu.” Dia tersenyum, hatinya bahagia karena akhirnya dia dapat mendengar kata itu keluar dengan tulus dari mulut Minjoo. Wonyoung tak lagi merasakan keraguan dan kekhawatiran dari kalimat wanitanya.

“Iya aku tau kamu benar-benar mencintaiku noona.” Masih dengan senyum yang mengembang, Wonyoung menggusak puncak kepala Minjoo menggunakan ujung hidungnya.

Dan kali ini sang senja yang membawa sebuah luka, namun ia juga membawa sebuah kebahagiaan yang mungkin terlihat sedikit salah. Tapi, biarlah anak-anak manusia yang menanggung semua itu. Dia— sang senja hanya menjadi perantara antara sang mentari dan sang rembulan.






END




story by ChanReaction0606

© heartizsecondproject

© heartizsecondproject

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 13, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HeartizSecond ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang