11 - Fulltime

3.6K 181 0
                                    

Sekarang hari minggu, banyak yang meluangkan waktu dengan berlibur untuk sekedar menghibur diri.

Namun tidak dengan Pria kesepian ini, ia hanya meratapi nasib nya. Memandang kosong ke balik kaca tembus pandang. Ia hanya bisa bergelayut dikasur. Kesehatannya belum seutuhnya pulih.

Ceklek

Pintu terbuka. Menyisakan wanita paruh baya yang sedang tersenyum menampakkan deretan giginya.

"Hey, udah makan?" sapa gadis itu.

"Belum" jawab Ariel sedikit kikuk.

"Kok belum sih?" tanya Dera. "Tebak mama bawa apa hari ini" tambahnya.

Ariel tampak berfikir. "Hmm, soto?" terkanya.

"Ih bukan!" Dera sebal, sudah jelas bahwa aroma nya tidak soto. Tapi, Ariel malah menjawabnya dengan jawaban konyol.

"Trus apaaaaaa mamaaaaaa" Ariel memelas.

Mata Dera berbinar tatkala mendengar sebutan Ariel padanya, ia tersenyum. "Ini Nasi Goreng, kesukaan kamu" dan Ariel menatap bingung sembari menaikkan alisnya.

"Dimakan ya, mama mau jenguk Jeje"

Ariel menyerngit. "Maksud mama?"

"Amira itu jeje, dia masuk rumah sakit. Kata dokter karna mengonsumsi banyak alkohol" Dera menghela nafas berat. Ariel mengangguk.

"Iya ma, hati-hati, titip salam sama jeje, cepet sembuh," ujar Ariel.

"Oke mama pergi dulu, sayang" setelah mengatakan itu, Dera pergi.

***

Ceklek

Pintu terbuka. Menyuguhkan Wanita berparas cantik disana. Tampak ia sedang tersenyum riang, tak biasanya.

"Kesambet apa lo?" tanya Ariel tak suka.

Gadis itu memutar bola mata malas. "Lo udah makan gak?" ia balas bertanya. Tak menggubris pertanyaan Ariel.

Ariel tampak berfikir, setan apa yang sudah hinggap di jiwa Tasya. Gadis yang notabenenya adalah Cewek Jutek plus Galak.

"Gak usah mikir yang aneh-aneh deh!" cercanya.

"Gimana keadaan lo? Udah membaik belum?" Tasya terus saja menghadiahi Ariel pertanyaan.

"Udah baikan, kata dokter besok udah bisa pulang" Jawab Ariel sekenanya.

"Bagus deh, oke sekarang lo minum obat ya" ucap Tasya sembari berjalan kearah nakas. Ia mengambil beberapa obat dan mengisi mineral kedalam gelas.

"Nih, minum" ucapnya seraya memberikan obat dengan minum yang sedang berada di tangan Tasya.

Selesai meminum obat, Tasya mengajak Ariel ke taman. Melihat kondisi Ariel yang sudah membaik, Tasya kasihan melihat Ariel yang sepertinya bosan dengan ruangan beraroma obat-obatan itu.

"Ayo" ajak Tasya.

Ariel menaikkan sebelah alisnya bingung. "Kemana?" tanyanya.

"Ke Jurang!" seru Tasya kesal.

"Udah ah jangan bacot duluuu, ikut aja kek" Tasya memutar bola mata malas.

"Jawab dulu kemana" Ariel masih tak percaya.

"Ke taman, puas lo?!" ucap Tasya dengan wajah masam.

"Oke"

Seketika mata Tasya berbinar mendengar persetujuan Ariel. Dengan cepat ia membantu Ariel untuk berpindah ke kursi roda.

Selesai membantu dan Ariel sudah duduk di kursi roda. Tasya mendorong dengan pelan kursi roda Ariel.

"Lo kok bisa masuk rumah sakit gini sih?" tanya Tasya yang memang belum tau penyebab Ariel masuk kerumah sakit.

"Ada problem. Ah udahlah lupain." Ariel berusaha mengelak.

"Gue punya Challenge buat lo" Ucap Tasya seraya tersenyum nakal.

"Apa?" ucap Ariel dengan nada menantang.

"Lo ikutin instruksi gue ya" Ariel hanya mengangguk.

"Merem"

"Huh?"

"Ih apaan sih! Kalo disuruh merem ya merem!!" baru mulai saja Tasya sudah dibuat kesal.

Ariel hanya tersenyum tipis. Ia mengikuti instruksi Tasya yang menyuruhnya untuk memejamkan mata.

"Udah, terus apa lagi?"

"Gelap gak?"

"Enggak"

"Kok gak gelap?!" Tasya bingung, coba lakukan. Memejamkan mata pasti akan gelap.

Ariel tersenyum. "Karna tadi gue ngintip" ucapnya. Dan hal itu berhasil membuat Tasya mendelik sebal.

"Oke! Sekarang tutup pake ini" Tasya menutup mata Ariel memakai sapu tangan miliknya.

"Gelap gak?"

"Enggak"

"Kok gak gelap?" tanya Tasya berusaha tidak meledak saat ini juga.

Ariel membuka penutup mata itu. "Karna didepan gue ada terang" ucapnya jahil.

Lantas mengundang rona merah diwajah Tasya. Ia benar benar salting sekarang. Ayolah, datangkan malaikat pencabut nyawa. Biarkan ia mencabut nyawa Ariel sekarang juga.

"Lo? Blushing?" tanya Ariel dengan polosnya.

"A-aapa! Enggak kokk!" Tasya mengelak. Justru mengundang Tawa dari mulut Ariel.

"Sekarang gue mau kasih teka teki"  ucap Ariel. Tasya yang sebelumnya membuang muka, kembali menatap Ariel yang disertai anggukan.

"Oke jadi gini" jeda. Ariel berdehem.

"Suatu hari, ada namanya Tasya dan juga Ariel. Trus ada lagi namanya Lala, si Lala dan Tasya ini suka ama Ariel. Pertanyaan nya siapa yang bakal jadi pacarnya Ariel?"

"Em! Itu! Si Ariel sama si Tasya!" Percayalah, Tasya sedang tidak sadar disini. Mungkin ia banyak problem. Ayolah.

Ariel tertawa terbahak-bahak. "Kenapa mikirnya gitu?" Tasya langsung sadar akan ucapannya.

"Eeh a-apaan?!" Tasya gelagapan.

"Jawabannya.." Ariel sengaja menggantungkan ucapannya. Ia mendekatkan wajahnya ke wajah Tasya. Hingga benar benar berjarak sedikit lagi agar hidung keduanya bersentuhan. Tasya refleks menutup mata. Wajahnya damai namun tegang. Terkesan seperti menikmati terpaan nafas Ariel.

Ariel yang sedari tadi membuka mata semakin ingin menjahili Tasya. Ia memiringkan kepalanya.

Dan..

"WOI! JANGAN RUSAKIN ANAK ORANG!"

***

Penasaran gak? Stay on this story!
Jan lupa Vote and Coment..

WHO KNOWS ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang