16 - Rumah Tasya

3.9K 171 13
                                    

Sore ini sebuah mobil hitam sudah terparkir rapi di depan rumah yang bernuansa putih dengan campuran hitam pekat.

"Ingat. Jangan gugup" ujar Ferdy penuh penekanan.

"Apa gak kecepatan, Pah?" tanya Ariel. Ferdy menggeleng.

Ceklek!

Pintu sudah terlebih dulu terbuka saat Ferdy ingin menekan bel disana.

"Aaaaaa Deraaaaaa!!" pekik Selly seraya menghamburkan pelukan dengan Dera. Dera balas memeluknya.

"Apa kabar? Kok makin cantik?" goda Selly sambil tersenyum.

"Bisa aja." Dera mencolek dagu Selly.

"Kabar gue baik Sel, lo sendiri?" tanya Dera.

"Gue baik. Eh masuk yuk" ajak Selly seraya berjalan masuk dan diikuti Ariel, Ferdy, Dera serta Azriel.

"Bentar yah, Tasya belum bangun kayanya," ujar Selly sambil terkikik.

"Loh? Kok?" tanya Dera heran.

"Kalau dia tau pasti bakal kabur."

Selly mengambil ponsel miliknya dan mengetikkan nama seseorang disana.
Setelah itu, kemudian ia mendekatkan ponsel itu ke telinga setelah merasa panggilan itu terhubung.

"Turun cepet" pintah Selly dengan seseorang di sebrang sana.

"Mau ngapain sih, Maaaa"

"Jangan banyak tanya! Udah cepat!." desak Selly kemudian mengakhiri panggilan.

***

"Aneh. Turun cepat! Jangan banyak tanya! Udah cepet! Ini itu! Uu!" cibir Tasya tak habis habisnya mengomel.

Seperti perintah Mamanya ia berjalan menuruni tangga sambil bersenandung ria.

"Apaaaa sih Maaaaaa?" suara nya dipanjangkan. Kemudian ia melirik ke arah Selly yang sudah menatapnya nyalang.

Sedetik kemudian mata nya melebar tak percaya. Dengan mulut yang menganga lebar ia menatap satu keluarga yang sudah mengisi meja makannya.

"Ll-lo?!"

"Udah udah lo lu le cepetan duduk!" cerca Selly lalu mendorong-dorong Tasya.

Tasya duduk di sisa kursi yang terletak tepat di samping kursi Ariel.

Ia menatap tak bersahabat mata tajam Ariel. Kemudian berjalan dan duduk di kursi itu.

"Lo tau gak? Penampilan lo jelek banget,"

Demi apa! Tasya mendadak beku menahan malu serta amarah yang menggebu-gebu. Entahlah bagaimana sekarang wajah nya.

"Sebenernya lo ngapain kesini?!" desak Tasya tajam.

"Mau dijodohin sama lu."

"Hah?!"

Semua orang yang berada di meja makan itu beralih menatap Tasya yang baru saja memekik.

"Kenapa, Sya?" tanya Selly sambil mengernyit.

"Mama mau jodohin Tasya?!" Selly mengangguk polos.

"Sama dia?!" lagi, Selly mengangguk.

"Bener Tan Om Mah?" semua mengangguk.

"Serius?!" lagi lagi dan lagi semua mengangguk.

"Mampus gue!" dumel Tasya sambil menepuk keningnya.

"Mah ayolah, tapi Tasya masih SMA!" celetuk Tasya.

"Lagi pula mama gak pernah ngomong ini sama Tasya," ucap Tasya memelas.

"Ini itu janji papa sama om ferdy dulu. Kalau kalian udah besar kalian bakal dijodohin." jelas Selly.

"Semuanya Tasya pinjam Ariel dulu yaa." ujar Tasya sambil menarik tangan Ariel.

Tasya membawa Ariel ke taman rumahnya. Dimana ada terletak sebuah kursi panjang yang langsung bisa melihat keindahan langit.

"Kenapa lo santai?!," geram Tasya kini sudah melepas genggamannya.

"Kenapa lo cemas?"

"Jawab pertanyaan gue! Apa lo nggak sadar?! Lo punya banyak cewek yang bisa lo mainin! Tapi jangan gue!!" Mata Tasya memancarkan ketidaksukaannya kepada Ariel yang masih terlihat santai tanpa beban.

Kening Ariel mengerut. Ia mencodongkan tubuhnya. "Siapa yang mau mainin lo? Dan siapa juga yang mau di jodohin sama lo?" hati Tasya merasa tertohok. Bukan, ini adalah rasa sakit. Entahlah.

"Trus ngapain lo setuju perjodohan konyol ini?!"

"Gue gak cinta sama lo, Ariel!"

"Gampang. Nanti gue buat lo cinta sama gue,"

"Tapi gue udah punya pacar!!"

"Gue gak percaya!"

"Ariel..."

"Apa?"

"Hentikan perjodohan konyol ini. Kita tidak saling mencintai. Kau tau kan? Jika dalam hubungan tidak di balut dengan rasa cinta? Semua sia-sia! Itu hanya sebuah paksaan. Jangan sakiti dirimu sendiri." ucap Tasya dengan intonasi yang melembut.

Deg!

Bak di sambar petir. Darah Tasya merasa tidak mengalir saat itu. Ia mematung mungkin bibir merah nya sudah pucat. Jantung nya berasa ingin copot saat itu juga. Mata legam nan indah itu pun ikut terbelalak dengan spontan.

Ariel memeluknya dari belakang. Menikmati udara yang tembus dari helai rambutnya. Tepat menenggelamkan dagu di bahu Tasya.
Ia dapat menghirup Aroma milk dengan paduan mint disana.

"Dan bahkan gue gak peduli semua itu"

Cup!

Lagi dan lagi. Tasya dibuat melongo akan dunia. Lututnya melemas. Pertahanan nya sedikit mulai runtuh. Akibat laki-laki brengsek yang mengecup singkat leher putih itu.

"Good night. Have a nice dream, sweety" setelah itu tidak ada lagi suara. Hanya ada sebuah langkah kaki yang sudah menjauh.

Tasya menatap kearah jantungnya. Lalu ia menyentuhnya. Masih berdetak namun ini kuat.
Nafasnya pun masih terengah-engah.

"Give me the best god"

Kemudian mata Tasya memejam.
.
.
.
.
.

"Gue gak setuju. Jauhin Arga"

Hai semua! Koreksi typo yaaa, dan Maap gabisa up cepat. Segini dulu gapapa kan?:) jangan lupa vote and coment. Ok see u!❤

WHO KNOWS ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang