34 - Hujan

257 18 1
                                    

Semoga semua baik-baik saja.

- - -

Pagi gembira untuk siswa siswi SMA MARS, atas kedatangan hujan yang lumayan deras membuat proses belajar-mengajar sedikit terganggu dan tentunya tidak berlaku untuk guru matematika.

Pria dengan pulpen yang sengaja dijepit dimulutnya mendengus kesal dengan keadaan, didepan Pak Samsul sedang menjelaskan tentang rumus-rumus yang membuat otak serta kepala Aldi ingin pecah begitu saja.

Jangan ditanya mengapa Pria itu bisa duduk di bangku kelas unggulan. Sekumpulan berinisial 'A' itu adalah siswa kategori pintar sekaligus cerdas.

Tapi, mungkin mereka sedikit nakal dan juga malas.

Disampingnya ada Alvin yang sengaja membuat posisi bukunya menjadi berdiri agar ia leluasa tidur tanpa takut ketahuan.

Didepan ada seorang Ariel yang senantiasa mendengar ocehan-ocehan Pak Samsul. Padahal jika dilihat-lihat semua siswa mengutuk kelas matematika apalagi jika Pak Samsul gurunya.

Berbeda dengan gadis kalem nan anggun itu, ia tampak tak fokus belajar, tapak tangannya sedari tadi memegang kepalanya, sesekali jari jemarinya memijet pelipis nya yang terasa nyeri.

"Lu kenapa?" tanya Ariel berbisik. Jelas wanita yang ia lihat tidak sedang baik-baik saja, dari bibirnya yang pucat pasi itu pun sudah kentara jika ia sedang sakit.

"Gak tau kak, tiba-tiba kepala aku mendadak pusing." ujarnya sambil terus memijet pelipisnya.

"Lu masih kuat sampai istirahat?" tanya Ariel. Tangannya sudah menopang tubuh Karin.

"Kenapa, Ga?" tanya Aldi dari belakang.

"Iya. kenapa, Ga?" Alvin bertanya juga.

"Ini. Si Karin, sakit." sahut Ariel kemudian menyorot lagi kepada Karin yang sudah semakin menahan sakit.

"Pak!" tanpa berlama-lama Ariel pun memanggil Pak Samsul.

"Kenapa, Ariel?"

"Ini Pak temen saya sakit! Saya anter ke UKS ya, Pak!" ucapnya. Kini Karin sudah lemas di dada bidang Ariel.

"Oh iya-iya! Cepat antar!" Pak Samsul pun ikut panik. Setelah mendengar kalimat izin dari Pak Samsul, Ariel dengan gesit menggendong tubuh Karin untuk segera membawanya ke UKS.

"Ariel emang paling mantep."

"Bukannya si Ariel lagi deket sama Tasya, ya?"

"Lol. Yang ada mereka itu berantem terus egee!"

Dan masih banyak lagi ocehan tentang Ariel. Pasalnya Ariel ini bukan tipe Pria yang sering melakukan sesuatu yang terbilang romantis selama di SMA MARS. Aldi dan Alvin yang selalu saja menggoda, terlebih Aldi.

"Sudah-sudah. Lanjut belajar." kata Pak Samsul berhasil membuat keadaan kembali seperti semula.

"Huh pake hujan lagi." gerutu Ariel yang masih menggendong Karin.

Sudah sangat dipastikan akan ada banyak orang yang memilih memperhatikan seorang Ariel tanpa berniat membantunya sedikitpun. Jelas mereka tidak akan menyia-nyiakan pemandangan yang sangat jarang diperlihatkan di SMA MARS.

"Bantuin dong. Ambil payung kek." ujar Ariel dengan salah satu pria yang bersandar di samping pintu kelas. Yang disuruh pun lantas mengangguk dan segera mencari payung.

Tanpa berselang lama akhirnya payung berwarna pink itu diberikan kepada Ariel. "Makasih ya." ucapnya kemudian menjepit tangkai payung dengan ketiaknya, jangan salah, ketiak Ariel harum kok.

Ia kembali berjalan membelah hujan. Meskipun sepatu Karin sedikit basah karena tak terkena lindungan payung, secepat mungkin Ariel membawanya ke ruang UKS.

"Bu! Bu! Temen saya sakit, Bu!" teriaknya ketika sudah mendapati pintu UKS. Ia berjalan sampai mendapati brankar kosong, kemudian meletakkan Karin disana.

Tunggu, mengapa Ariel begitu perhatian? Raut wajahnya benar-benar panik.

Ketika Ariel belum melihat ada tanda-tanda Ibu petugas UKS, Ariel menyempatkan diri untuk membuka terlebih dahulu sepatu Karin yang tadi basah terkena hujan.

Ariel duduk di kursi yang terletak disamping brankar Karin. Bengong tak tau harus berbuat apa.

Tak berselang lama, Ariel akhirnya terkesiap ketika melihat petugas UKS baru saja datang dengan seorang siswa yang mengikutinya dari belakang. Ariel tak dapat mengenali wanita itu karena tertutup oleh tubuh milik petugas UKS.

"Sebentar ibu mau cek siswa sebelah dulu."

Bu Mina si petugas UKS datang ke brankar milik Karin. "Kenapa?" tanya Bu Mina sambil meletakkan punggung tangannya di dahi Karin.

"Gak tau, Bu. Tiba-tiba aja pusing." ucapnya.

Bu Mina mengangguk sambil mengotak-atik. "Jangan makan pedas dulu, ya. Terus banyakin minum air putih." ujar nya begitu saja, setelah itu berjalan kembali ke ruangan samping.

Ariel masih senantiasa di ruangan UKS. "Kamu sih. Udah tau hujan, pasti licin, lari-larian lagi. Jatuh kan." omel Bu Mina yang masih bisa di dengar oleh Ariel.

"Denger gak? Gak boleh makan nasi, Rin." ucap Ariel penuh perhatian.

"Makan yang pedes kak..." koreksi Karin. Ariel garuk-garuk kepala salah tingkah. "Itu maksudnya." Karin tersenyum sedikit sambil memutar bola mata malas.

"Yaudah mau pulang sekarang?"

"Gak ah, Karin disini aja kak. Kakak balik aja ke kelas." ujar Karin sambil menampilkan senyum terbaik.

Ariel bersedekap dada dan membolak balikkan kepala nya ke kanan dan ke kiri, hm benar-benar seperti anak yang tidak mau makan. "Gak boleh. Kamu harus istirahat!" peringat Ariel.

Karin terkekeh dibuatnya, "Beneran gapapa kak." tolak nya lagi.

Ariel mengangguk-angguk mantap. "Oh yaudah, kamu mau makan apa? Biar aku bawain." tawar Ariel.

"Hmm terserah deh, pokoknya gak boleh pedas." kata Karin yang langsung di angguki mantap oleh Ariel.

Ariel berjalan keluar dari ruang UKS.

"Ibu bukain gorden nya ya, biar kamu ga panasan." ujar Bu Mina. Jelas suara itu masih terdengar jelas oleh Karin yang memang hanya dipisahkan oleh gorden.

"Iya Bu. Terimakasih ya, Bu." ucap gadis itu sambil tersenyum.

Setelah gorden terbuka, barulah semua nya terekspos. Gadis tadi mengernyitkan dahi seraya bergidik ngeri saat melihat tingkah Karin yang senyum-senyum sendiri.

"Behh kena racun."

Tak berselang lama, akhirnya pintu UKS terbuka lagi. Pria itu menyibak gorden pembatas ruangan Karin dengan ruangan samping. Agar tertutup. "Nih, bubur gak pedes." ucap Ariel sambil memberikannya.

"Makasih banyak kak!" seru Karin lalu berusaha untuk duduk. "Ssh" Ariel spontan membantu Karin untuk kembali berbaring lagi. "Jangan dipaksain dulu. Biar aku suapin aja ya?" kata Ariel kemudian mengaduk bubur ayam.

"HADUH PENGAP BENER SI KEEY..

Srekkk

Semua melongo melihat gadis berambut sebahu itu. Baru saja ia berteriak sambil menyibak gorden.

Tasya terkesiap dari lamunan nya. Ia benar-benar sangat malu sekarang.

"Sya? Are you okay sist?"

"Engga Key. Gue pengen pingsan."


***

Heyy, jangan lupa vote and coment ya!
Mampir juga ke cerita baru aku><
See u next part guys!

WHO KNOWS ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang