“Mas, saya dengar dari Galih katanya jalur ke desa kita yang lewat desa P itu angker ya?” Tanyaku kepada mas pras (ketua pemuda – pemudi) di sela pertemuan Ketua RT untuk mempersiapkan acara peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke 73.
...
“sebenarnya tidak angker mas, tapi sering jahil saja penunggu yang di jembatan itu”.”jahil gimana mas?”. “Jadi pak Muh yang kerja di PT itu pernah lewat jalur itu pada malam hari, waktu melewati jembatan tiba – tiba motornya berhenti melaju karena ban belakangnya terangkat”. “Serius? Wah resek juga ya ”. “ya seperti itulah mungkin genderuwo atau yang lainnya, yang jelas di sekitar jalur itu ada rumah tua yang sudah lama tidak ditempati karena pemilik rumahnya meninggal dan tidak memiliki saudara lagi disini jadi rumah itu dibiarkan kosong tak berpenghuni”. “dengan rumah ini lebih tua mana kira – kira mas?”. “Lebih tua rumah itu lah, mau coba kita lihat malam ini? mumpung malam jumat juga kan”. “Serius mas?ayoklah kita kesana”. “berani?jangan berani – berani tapi takut mas nanti repot”. “Iya ayok berani, bareng – bareng kan?”. “Ayoklah ko, kita ikut. Jadi penasaran” sahut Galih.
...
Akhirnya setelah pertemuan itu selesai sekitar pukul 23.00 kami pun pergi ke desa P lewat jalur tadi dan berencana sekalian membeli pecel lele di desa sebelah, percayalah seseram – seramnya hutan yang biasa kami lewati hutan dan kebun disini jauh lebih seram karena rumput – rumput tinggi yang melengkung ke sebagian jalur yang kami lalui, banyak pohon besar dengan akar yang menggantung di sisi jalan dan lagi hewan malam mulai berkeliaran seolah – olah sedang bermain. Di sepanjang jalan aku tak melepaskan pandanganku ke setiap jengkal sisi jalur yang kami lalui, benar saja memang sangat seram jika dicermati lebih dalam.
...
Setelah melewati jembatan tempat kejadian Pak Muh itu semua masih berjalan dengan lancar dan aman saja, pikirku mungkin malam ini sedang beruntung sehingga tidak terjadi apa – apa, tiba – tiba kami semua melambatkan laju kendaraan kami dan berhenti didepan rumah tua khas melayu dengan halaman yang cukup luas. “Mas, ini rumahnya mau coba masuk tidak?”. “Nggak usah lah mas, kita lihat dari sini saja” jawabku diikuti anggukan kepala Risko dan Galih. “Ah mas kalau sudah sampai sini tanggung kalau tidak masuk, kan kita juga ramai. Ayolah” ajak salah satu pemuda yang ikut.
...
Akhirnya kami mengarahkan motor kami mendekati rumah itu, kami berjejeran supaya kami tetap berdekatan, sebelum sampai depan pintu rumah panggung itu (mungkin sekitar 10-15 meter) tiba – tiba pintu dan jendela rumah itu terbuka sendiri seolah – olah menyambut kami diiringi tawa wanita yang sangat keras. Sontak kami semua menarik gas motor kami memutar balik untuk segera pergi dari rumah itu, saat kulihat kebelakang ternyata sesosok perempuan dan anak - anak sudah berdiri didepan pintu sedang menatap kearah kami. “Jan*ok! Apa itu tadi?” tanya Galih. “Fu*ker lah! Kita di sambut. Ampun.”
Saat kulihat kebelakang di pintu rumah itu sudah berdiri sesosok perempuan Sahut Risko, anehnya para pemuda yang ikut mereka justru penasaran ingin kembali kesana lagi nanti sepulang dari membeli pecel lele.
...
Setelah sampai di tempat makan dan berbincang – bincang hinggu dini hari, mungkin sekitar pukul 2.00 kami memutuskan untuk kembali ke desa KK, “Mas serius mau pulang lewat jalur tadi?”. “Kalau saya nurut saja dengan teman – teman yang lain”. “Kalau lewat jalur tadi kita pisah saja lah mas, kami lewat jalur depan yang biasa kami lewati”. “yasudah nanti kita pisah saja di depan gapura desa P ya”. Akhirnya kami memisahkan diri dari rombongan dan menyusuri malam hanya bertiga saja, yaitu Aku ,Risko dan Galih. Untungnya selama perjalanan kami tidak mengalami gangguan lainnya lagi selain suara anjing yang menggonggong dimalam hari,yang tertinggal hanya syok sesaat karena kejadian tadi.
...
dan dari kabar yang kami terima, semalam bebrapa pemuda itu kembali kerumah itu dan masuk kedalamnya, benar saja didalamnya sesosok wanita sudah siap menyambut kedatangan mereka lengkap dengan outfit serba putih dan rambut yang sangat panjang mengurai sampai ke lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
KKN Rumah Panggung
Horrorpenulisan cerita ini terinspirasi dari sebuah Thread yang sedang viral di media sosial yaitu KKN Desa Penari yang bener-bener membuat bulu kuduk merinding. gw akan coba share pengalaman gw selama KKN yang berkaitan dengan hal-hal mistis juga, gw sam...