“Jadi gini mas, mbak. Saya disini adalah pemilik ketiga. Rumah ini memang ada yang menunggu sebelum kami tempati. Wujudnya anak kecil, tapi tenang dia tidak mengganggu kok. Ceritanya dulu yang punya rumah ini waktu melahirkan keguguran dan dikuburkan di belakang rumah”. “Tapi kalau yang anak kecil sepertinya saya belum pernah lihat pak”. Sahutku menyela penjelasan pak yono. “kalau itu jarang nampak mas, biasanya yang diajak main ya yang anak – anak kecil seperti anak bapak yang paling kecil”. “jadi pak, di hari malam pertama saya disini saya melihat bayangan hitam di sekitar pohon besar di seberang jalan itu apa ya pak?”. “Oh itu memang penunggu pohon itu mas dika,sebenarnya mereka seperti sepasang dan biasanya menjahili orang yang masih baru disini atau yang lewat disekitar sini.
...
Tapi mas dika tidak di apa – apakan kan?”. “Alhamdulillah tidak pak”.”dulu, sebenarnya dibelakang rumah ini ada sebuah rumah tua semi permanen yang sudah lama sekali tidak ditempati dan dibeli oleh orang dari kota, karena ingin di tempati maka pemilik rumah ingin merenovasinya menjadi rumah permanen. Tukang yang diberi tugas melaksanakan pembongkaran rumah terkenal rajin sekali dan berangkat di pagi buta lengkap dengan perlengkapannya, saat hari sudah terang sang istri berencana mengantarkan sarapan untuk suaminya. Tapi naas, sang suami ditemukan dalam keadaan meninggal tanpa sebab dan tidak ada bekas luka sedikitpun dengan posisi meringkuk memeluk cangkulnya dengan mata dan mulut terbuka seperti orang ketakutan, sebenarnya tukang itu sudah diingatkan dengan orang – orang disekitar sini jika ingin memulai pekerjaan jangan saat masih gelap di pagi buta karena sudah banyak saksi yang menyaksikan kejadian – kejadian janggal dirumah itu ketika menyadap pohon karet, tapi mungkin sudah ajalnya”. Tutup pak Yono mengakhiri cerita itu.
...
“Lalu sekarang rumah itu bagaimana pak?”. Sambung Risko. “Rumah itu sudah dibongkar habis oleh kami, setelah kematian itu kami bergotong royong untuk membongkarnya. Tapi hanya dinding dari papan saja yang bisa dibongkar. Tiang penyangga dan pondasi tidak bisa dihancurkan, bapak juga tidak tahu kenapa yang jelas alat yang digunakan untuk membongkar tiang atau lantai semuanya rusak sebelum tiangnya roboh jadi kami biarkan tetap tegak berdiri tiang – tiang itu lengkap dengan pondasi dan beberapa peralatan rumah tangga didalamnya dan sekarang yang tertinggal hanya puing – puing rumah dengan semua kegiatan makhluk tak terlihat yang masih sering memberikan kode dengan menggerakkan alat – alat rumah tangga, atau membuat suara yang ramai seperti orang hajatan disekitar situ , mas dika mau coba lihat ?”. “ mungkin kalau tidak malam hari saya berani pak, hehe”.
...
“Oh iya mas – mas dan mbak – mbak kalau matahari sudah tenggelam, tolong jangan ada yang dibelakang rumah ya terutama disekitar kolam ikan, bahaya”. Tambah pak Yono yang menambah rasa penasaran kami. “Kenapa pak?”. Sahut Dina. “di ujung kolam tepat di sekitar pohon sawit agak rawan dan yang menunggu disitu lumayan jahil, sudah banyak kejadian yang bapak alami ketika mengandangkan kambing – kambing bapak. Dari yang dilempar batu, diteriaki, di tampar sampai pernah juga diseret sampai ke ujung kolam”. Tentu kami semua terkejut dengan pernyataan bapak itu.
...
“Kenapa sih pak kok disini seperti itu? Rasanya disetiap sudut rumah ini diawasi makhluk – makhluk seperti itu,dan lagi setiap orang yang bertemu dengan kami juga selalu menanyakan sudah pernah lihat apa dirumah ini. memangnya sebegitu seramnya rumah ini ya?”. Tanya galih. “kalau menurut penuturan dari orang – orang tua disekitar sini, dirumah kita tepat dibelakang sini memang ‘Jalannya’ hal – hal seperti itu jadi sering lalu lalang disekitar sini, dan yang paling jahat adalah siluman ular yang berbadan manusia, jadi mas – mbak kalau ketemu ular hitam diskitar rumah usir saja mbak jangan dibunuh”.
...
Kami tetap terpaku dalam diam mendengar penjelasan bapak itu. “sudah dulu ya mas, nanti di lain hari kita lanjutkan lagi. Bapak mau berangkt kerja dulu takutnya kalau tidak berangkat kerja dapur tidak ‘ngebul’ hahahaha”. Kami pun semuanya tertawa menghilangkan raut wajah tegang karena cerita pak Yono.
...
“Tuh kan, kubilang juga apa. Dari awal memang ada yang berbeda dari rumah ini”. Niar menegaskan bahwa perkataannya saat observasi adalah benar. “ya tapi mau bagaimana lagi selain menjaga diri kita masing – masing, apa kau mau mengundurkan diri?” sahut maryam. “ya tentu saja tidak, kita tinggal 2 minggu lagi kan disini. Aku akan bertahan”. Kami pun menutup sarapan kami dengan cerita horor dari pak Yono, memang ternyata rasa takut bisa datang sepagi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
KKN Rumah Panggung
Korkupenulisan cerita ini terinspirasi dari sebuah Thread yang sedang viral di media sosial yaitu KKN Desa Penari yang bener-bener membuat bulu kuduk merinding. gw akan coba share pengalaman gw selama KKN yang berkaitan dengan hal-hal mistis juga, gw sam...