warungku itu....

1.8K 87 5
                                    

Tak terasa KKN hanya menyisakan beberapa hari lagi untuk selesai, setiap orang sudah tidak sesibuk hari – hari biasanya karena kebanyakan proker yang diusung sudah selesai dan kami lebih fokus kepada acara perpisahan bersama warga desa. “Eh nggak kerasa ya sebentar lagi kita pulang” celetuk Niar di tengah obrolan ringan kami di malam hari. “Iya ya tidak terasa, ayolah segera selessaikan apa yang harus diselesaikan aku sudah rindu kost ku” sahut maryam. “Oke malam ini kita tidak perlu briefing untuk kegiatan besok, yang jelas siapa yang belum selesai silahkan selesaikan prokernya dan yang sudah selesai tolong membantu teman yang lain supaya cepat selesai” pungkas risko selaku ketua posko.
...
Ringan sekali rasanya karena tidak ada briefing karena biasanya kami sampai menahan kantuk karena briefing yang terlalu lama. Kami berkumpul bersama, ada yang asyik ngobrol, ada yang asyik makan snack dan lain – lain . aku, Risko, Pian dan Galih mengajak anak dari pak yono untuk bermain kartu remi. “dul, ambil kartu dong di warung. Kartunya ini nggak lengkap kayanya ada yang hilang” pintaku kepada Abdul. “mas aja yang ambil ya aku tunggu disini”. “Lah kok gitu? Ada apa?”. “Nggak papa mas”. “Yasudah saya ambil dulu”.
...
 Berbekal penerangan dari flash HP, kumasuki ruangan yang tidak begitu luas itu. Saat mengambil kartu awalnya aku hanya merasakan merinding saja di tengkukku dan aku menyegerakan kegiatanku didalam ruangan itu. Saat bergegas ingin menutup pintu betapa terkejutnya aku ketika ada sesosok perempuan yang berdiri tepat disebelah etalase yang ada disudut ruangan membelakangiku sontak aku membanting pintu itu dan menguncinya kembali sambil berlari menuju teras rumah tempat kami berkumpul.
...
 “kenapa mas? Kok lari?” tanya Abdul. “Ah nggak jelas, masa iya ada perempun didalam warung padahal pas aku masuk tadi tidak ada siapa – siapa”. “mas Dika lihat mukanya?”. “enggak dia membelakangiku”. “wah abdul ngerjain Dika nih wkwkw”. “Wah iya ini...pasti ada yang menunggu warungnya makanya si Abdul nggak pernah mau kalau disuruh ke warung? Hahaha” sahut Risko dan Galih mengejekku. Abdul malah ikut tertawa bersama mereka “Begini mas, didalam ruangan itu memang ada yang menunggu, terakhir kali aku masuk ruangan itu waktu dulu masih sekolah SMA. Sama seperti mas Dika, saya mau mengambil kartu remi tiba – tiba ada mbak itu, bedanya saya melihat mukanya mas. Maaf ngomong mas, mukannya sangat mengerikan hancur seperti bekas kecelakaan. Makanya dulu saya pernah tanya kenapa mas Dika kok berani masuk kesitu sendirian. Tapi setidaknya sebelum pulang mas Dika sudah kenalan dengan dia. Hahaha “. “Wah asli gobl*k, kenapa aku nggak curiga dari awal sih” aku masih dengan nafas yang tersengal dan tangan yang bergetar tak kunjung berhenti.
...
Tapi karena cerita mistis hampir setiap hari kami alami, dari yang hanya aroma sampai suara yang janggal kami menjadi terbiasa dengan tiap kejadian yang menyertai cerita KKN kami, kami melanjutkan bermain kartu remi sampai larut malam bahkan sampai dini hari. “Mas Dika, masak knasi goreng yok lapar nih”. “Ayoklah, tapi kamu yang masak ya, ingat ! nasi goreng putih a khas buatan emak – emak jaman dulu. Ayo kubanu”. “Siaaap komandan! Yang lain juga mau”. “Wah kalau kami jangan ditawari, nggak ditawari saja kami bakal minta hahahaha” pian, Risko dan Galih pun tertawa terbahak – bahak.

                “Mas Dika, mas yang motong bahan – bahannya ya Aku yang masak”. “Aman....gampang”. tak selang lama Aku menyelesaikan memotong bahan – bahan yang disiapkan. “Mas, bawang putihnya kok nggak ada?” tanya Abdul. “Ada kok tadi sudah dipotong semua”. Jawabku sambil memainkan layar HP ku. “Nggak ada mas, mas Dika lupa mungkin?”. “ Enggak, kalau nggak percaya lihat saja kulit bawang putih yang di meja”. “mas, lebih baik mas Dika lihat dulu kesini”. “kenapa sih dul? Mas yakin sekali kalau sudah selesai semua, kan tadi kamu juga lihat pas bahan – bahannya dipot.....loh?kok gini?”. “Nggak tahu mas, dari tadi sudah seperti itu”. Ternyata bawang putih yang ditanyakan oleh abdul tadi sudah berserakan semua di bawah meja makan seperti ditaburkan dengan sengaja oleh seseorang. Padahal kami dari tadi berdua saja di dapur bahkan jarak antara aku, Abdul dan bahan – bahan ini hanya antara meja makan dan kursinya, pisau yang digunakan pun tergeletak dibawah meja lengkap dengan bekas potongan bawang putih disetiap sisinya. “Udah dul, biar mas potong lagi aja. Ini sudah jelas nggak beres dari tadi kan kita disini nggak ada benda yang jatuh, dan lagipula ini tepat sekali dibawah meja tidak masuk akal kalau terjatuh, logisnya dia akan jatuh ke sisi meja”. “Iya mas, ayo kita selesaikan” Abdul pun memanggil pian, risko dan galih untuk bergabung bersama kami agar menjadi lebih ramai.

....
Saya menulis cerita ini ditengah kepungan asap di sudut kota jambi yang sudah beberapa hari ini semakin pekat, saya minta tolong kepada seluruh pembaca untuk mendoakan saudara kita dimanapun berada yang terpapar asap supaya tidak semakin memburuk dan semoga kabut asap ini segera berakhir.
Aamiin.

KKN Rumah PanggungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang