Setelah satu minggu melakukan pencarian, kami benar – benar tak menemukan sedikitpun petunjuk pasti akan keberadaan warga yang hilang tersebut. Bahkan sampai cerita ini ditulis, tidak ada kabar sama – sekali bagaimana nasibnya. Malam ini kami tidak ada kegiatan di desa maupun di kelurahan, jadi kami berinisiatif untuk bermain kartu remi bersama – sama, aku menyuruh anak pemilik rumah ini untuk mengambil kartu remi didalam bekas warung yang letaknya menjadi satu dengan rumah ini, aku mengetahui ada bekas warung dirumah ini sejak awal kedatangan karena pintu warung terbuka sedikit dan aku bisa melihat apa yang ada didalam. Tapi setelah itu pintu itu dikunci rapat – rapat dan tak satupun orang yang berani membukanya bahkan hanya sekedar untuk menanyakan alasannya juga tidak berani. “Ah enggak ah mas, mas saja yang ambil kartunya”. “Loh? Kok saya? Kan ini rumahmu nanti tidak enak kalau bapak tau saya masuk sembarangan” pungkasku. “gapapa mas ambil aja kan sudah seperti rumah sendiri”. Terasa aneh sih tapi yasudah benar juga pikirku dan akupun masuk ke ruangan itu sendirian, ruangan tanpa lampu dan debu tebal menutupi tiap benda yang ada didalam ruangan itu, benar – benar seperti setting film horor dan aku hanya bermodalkan flash dari HP untuk sunber cahaya. Ruangan ini terasa dingin seperti kamar tidur kami tapi aku tidak curiga sedikitpun dan menyelesaikan urusanku didalam.
...
“Mas, tadi kedalam sendirian?” tanya anak bapak itu. “Iya, kenapa dul?” (namanya abdul). “ohh enggak, ayo kita main”. Kamipun memulai membuka “lapak” sembari menyeruput kopi buatan niar untuk menemani begadang malam ini. tak terasa waktu sudah sangat malam dan kami memutuskan untuk tidur, tentu saja kami tetap tidur di teras rumah. Saat tidur kurasakan seperti sedang dipeluk dari belakang , aku pun membuka mataku dan kuanggap biasa saja awalnya karena memang Risko sering kali tidur dengan memeluk, atau hanya sekedar menyandarkan tangannya dibadanku. Tapi semakin lama semakin erat dan aku mulai tidak nyaman. “Eh ko!ngapain sih?” tapi tak ada jawaban malah ia memeluk lebih erat dan akhirnya kusibakkan tangannya dari badanku dan aku terbangun, betapa terkejutnya ternyata disebelahku adalah dinding yang tak mungkin bisa ditempati orang, sedangkan Risko tidur disebelah pian yang letaknya di sudut dinding yang satu lagi. Aku langsung menarik selimut sampai menutupi kepala karena aku yakin ini pasti ada yang tidak beres, benar saja tidak berselang lama jelas sekali suara langkah kaki yang mengijakkan kakinya dilantai papan rumah ini. “Dap! Dap! Dap!” dan seterusnya semakin dekat seperti orang berjalan bahkan mengelilingi kami satu per satu, aku hanya bisa diam dan memanjatkan doa dari dalam hati. Sengaja kutarik tangan Galih yang tidur disebelahku supaya bangun namun tidak berhasil,Sampai akhirnya suara itu pergi menjauh dengan sendirinya dan menghilang.
...
Saat pagi tiba aku tidak menceritakan apa – apa kepada teman satu poskoku, dan niatku hanya akan menceritakan hal ini kepada galih saja. Saat sarapan tiba – tiba maryam bertanya “Eh semalam siapa sih yang jalan – jalan di teras belakang? Mengganggu saja”. Kami semua saling tengok dalam diam, “maksudnya? Aku tidak mendengar apa – apa, aku memang bangun tapi tetap didalam kamar sampai tertidur kembali” sahut Niar. “atau mungkin ibuk ya? Soalnya sekilas melewati pintu kamar seperti ibuk. Coba ah kutanya”, ternyata bukan ibuk yang melewati kamar itu dan bahkan anak perempuannya juga tidak bangun tadi malam. “wah pantas bau bunga kantil semalam, kucari keluar kamar tapi tidak ada pohon bunga disekitar sini”. “hayooo, Maryam apa itu. Hahaha. Eh tapi memang semalam aku mencium bau darah dari dalam kamar tapi saat kucari juga tidak ada apa – apa kukira ada bangkai atau apa. Malah semalam anjing peliharaan bapak juga menggonggong tidak berhenti – berhenti” saut Niar. “sudah – sudah, kalian ini ngomong apa sih” jawabku kepada mereka. “eh jangan – jangan kau juga merasakan?”. “enggak sih, kalau aku malah....” aku tidak sengaja membuka pembicaraan. “Apa?lanjutkan dong” paksa maryam dan Niar. Karena sudah terlanjur memulai jadi kupikir harus kuselesaikan “semalam aku....merasakan hal yang sama bahkan ia berkeliling mengitari kami dan memelukku saat tidur kukira Risko yang memelukku tapi saat aku bangun ternyata kami terpisah jauh bahkan di sisi yang berbeda”. Semuanya memperhatikan dengan seksama dan muncul pertanyaan - pertanyaan lain sehingga suasa menjadi sedikit ramai.
...
Tiba – tiba pak Yono ikut duduk di meja makan dan ikut mengobrol dengan kami “mas – mas dengan mbak – mbak ini sepertinya asyik sekali ngobrolnya, sampai rame di meja makan. Ada cerita apa mas dika?” tanya pak Yono padaku,sebenarnya aku sangat akrab dengan pak yono bahkan mungkin yang paling sering ngobrol santai dengan beliau karena memiliki banyak kesamaan pandangan tentang banyak hal bahkan beberapa kali aku dan pian ikut mencari pakan kambing bersama beliau. “oh ini pak, kawan – kawan semalam sepertinya diganggu dengan “Benda” yang tidak nampak”. “ohh.. sudah biasa kalau disini mas, saya memang tidak mau cerita awalnya supaya mas – mas dan mbak – mbak tidak takut. Tapi karena sudah merasakan, mari saya ceritakan”. WTF?! Pikirku, dengan santai bapak ini bilang begitu dan tak ada satupun di antara kami yang diberitahu tentang hal ini, kami pun mendengarkan dengan seksama cerita bapak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KKN Rumah Panggung
Horrorpenulisan cerita ini terinspirasi dari sebuah Thread yang sedang viral di media sosial yaitu KKN Desa Penari yang bener-bener membuat bulu kuduk merinding. gw akan coba share pengalaman gw selama KKN yang berkaitan dengan hal-hal mistis juga, gw sam...