Adik Manis kenapa Disni?

2.3K 90 2
                                    

 Setiap sore kami memiliki rutinitas bermain bola voli bersama pemuda – pemudi sekitar, tentu saja ini juga merupakan salah satu proker yang di gagas Pian. Karena terlalu asyik bermain kami seringkali pulang saat hari sudah mulai petang dan bahkan beberapa kali adzan maghrib adalah sebagai peluit tanda berakhirnya pertandinga, jangan ditiru ya hehe. Jadi waktu itu aku pulang berbarengan dengan Pian, risko dan galih ke posko kkn, karena kamar mandi hanya ada dua dan mesti digunakan untuk 15 orang peserta KKN ditambah 5 orang anggota keluarga sering kali kami harus antre untuk menggunakannya. Pada suatu kesempatan setelah selesai mandi bersama risko, Galih, pian dan abdul(anak pak Yono) aku menuju kamar untuk mengganti bajuku.
...
                Di ruang tengah yang biasa kami gunakan untuk makan tertata rapi meja makan lengkap dengan kursi dan perlengkapan lainnya, dari pintu masuk ke rumah kulihat seorang anak kecil mungkin umurnya sekitar 4 – 5 tahun memakai outfit serba putih dari peci sampai celana dengan posisi kepala yang di sandarkan ke meja dan tangannya bersedekap diatas meja seperti anak SD jaman dulu yang sedang berdoa, aku tidak berpikir bahwa ini keanehan karena memang sudah biasa anak – anak disekitar sini belajar mengaji ke posko kami. “Eh ngapain kamu disini dek, itu temanmu sudah siap – siap mau ngaji dengan kakak – kakak yang lain” sambil kuelus kepalanya. dia tidak menjawab tanyaku tapi langsung berlari keluar, hal pertama yang kupikirkan adalah mungkin dia malas berbicara saja .
...
                Setelah sholat berjamaah kami memulai mengajarkan mengaji kepada mereka yang datang kesini, yang membuatku heran adalah anak yang kutemui di meja makan tadi tidak kutemui di barisan anak yang mengaji. aku masih berpikiran positiv mungkin aku tadi salah lihat dan melanjutkan mengajar ngaji sampai selesai. “eh tadi ada anak kecil yang pake baju serba putih nggak sih?” tanyaku kepada Risko sambil memakan kudapan yang dikirimkan ibunya dari Palembang. “enggak, kenapa?eh tapi coba tanya yang lain soalnya tadi setelah sholat aku masuk kerumah”. “oooh mungkin aku salah lihat”.
...
 Pembicaraan terhenti disitu, dan aku masih berpikir bahwa itu hal yang wajar, keesokan harinya masih dengan rutinitas yang sama, setelah seharian mengerjakan beberapa proker yang kami rancang, kami melepas penat dengan bermain bola voli . kali ini Aku, Pian dan risko bermain ke desa sebelah yang jaraknya mungkin sekitar 5 km dari posko KKN, lagi – lagi kami pulang dalam keadaan sudah mulai gelap dan matahari bersiap untuk bergantian sift dengan rembulan.
...
Karena kamar mandi yang bisa kugunakan adalah yang letaknya di belakang rumah dan harus melewati tangga dan kolong rumah untuk sampai kesana, terpaksa aku mandi sendirian diiringi adzan maghrib yang sudah menggema memanggil untuk melaksanakan kewajiban. Setelah selesai mandi aku kembali melewati tangga dan kolong rumah untuk menuju kamar, dan lagi. Anak kecil dengan outfit serba putih itu sedang duduk di bangku panjang yang biasa kami gunakan untuk bersantai dengan posisi membelakangiku. “eh dek, kok masih disini? Kan yang lain sudah siap – siap mengaji” saat kucoba mengelus kepalaya lagi, ia sudah berlari saat tanganku belum sempat menyentuhnya tanpa ada jawaban sepatah katapun.
...
 Kali ini aku merasakan sedikit keanehan, karena kejadian ini seperti berulang, tapi aku melanjutkan untuk mengajar ngaji bersama teman – teman. Ketika mengajar, sesekali kuperhatikan semua anak – anak yang hadir, dan tahukah kalian? Tidak ada anak kecil yang yang memakai outfit serba putih dan aku mulai memikirkan hal ya g tidak - tidak. Setelah selesai mengajar aku menghampiri pak Yono yang tengah asyik menonton pertandingan sepakbola.
...
“Pak, maaf. Saya mau tanya”. “Nah apa itu mas dika?” jawab pak yono sambil membetulkan posisi duduknya. “begini pak saya sudah dua kali melihat anak kecil dengan pakaian serba putih disekitar sini, pertama di meja makan kita dan yang kedua di kursi panjang yang ada di dekat tangga rumah. Apa itu bagian dari penghuni disekitar sini?”. Kulihat pak Yono mendengarkan dengan seksama dan kemudian menjawab “Oalah....itu anak kecil yang nunggu rumah ini mas,sudah biasa itu, dia itu istilahnya ingin berkenalan lebih jauh dengan mas dika. Mungkin dia senang didekat mas dika karena mas Dika kan sering bercanda kalau di posko, jadi mungkin dia senang”. Aku terdiam sejenak, dan rasanya seperti ‘WTF! Aku mengusap kepalanya kemarin’ . “tapi apa dia jahil pak?”. “Oh enggak mas Dika, dia ya seperti anak kecil biasa lah seperti manusia Cuma suka bermain”.  
.
Sampai saat penulisan cerita ini, saya masih mencoba untuk merangkai beberapa kejadian untuk bisa menjadi suatu kesatuan yang utuh dan saling berhubungan serta tetap berurutan karena banyak sekali kejadian - kejadian tak terduga di posko kami. Oleh sebab itu,penulis memohon maaf jika update ceritanya tidak dalam tempo yang beraturan.
Selamat membaca❤

KKN Rumah PanggungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang