Baiklah kuanggap itu semua adalah “ucapan selamat datang” untukku, malam masih bersenda gurau dengan bintang yang bertebaran di langit, ditambah suara jangkrik yang saling bersautan menambah kental suasana desa.
...
Kebetulan malam ini beberapa pemuda sekitar bersilaturahmi ke posko kami, entah silaturahmi saja atau ada maksud lain, karena di lingkungan sekitar posko kami tak ada satupun pemudi, semuanya laki – laki sedangkan di poskoku mayoritas gadis – gadis cantik dari kota yang pastinya memiliki daya tarik tersendiri ,sehingga hampir setiap malam ada saja pemuda sekitar yang berkunjung dengan membawa berbagai macam buah tangan.
...
Karena di posko sedang tidak membuat kudapan apapun Akhirnya Risko selaku ketua posko menyuruhku dan Galih pergi ke dusun sebelah untuk membeli beberapa makanan karena di dusun kami hanya ada warung yang menyediakan sayuran dan beberapa jajanan. Malam itu sekitar pukul 20.30 Aku dan Galih pergi membeli makanan menggunakan motor salah satu anggota posko melewati kebun sawit, kebun karet dan sedikit hutan belantara tanpa ada penerangan jalan selain lampu motor kami. Suasananya hening dan hanya suara motor kami saja yang terdengar menderu membelah keheningan malam menyusuri jalan setapak dari tanah lempung.
...
Dari jauh tampak cahaya lampu motor lain yang berlawanan arah, semakin dekat cahaya lampu motor itu semakin tidak enak pula perasaanku, bulu kudukku merinding dan suasana sangat dingin, “eh lih, kok aneh ya. Suasananya nggak enak”. “Iya, tenang – tenang semoga tidak terjadi apa – apa”. Saat kami berpapasan dengan pengguna motor itu tiba – tiba Galih menghentikan motor kami tepat di tengah hutan, tentu saja aku terkejut. “Ada apa?kok berhenti? Ini di tengah hutan bro ayolah cepat “. “kau lihat tidak apa yang mengikuti orang tadi?”. “Tidak, aku hanya merinding dari tadi. Kupikir disekitar sini ada yang mnegawasi kita”. Tiba – tiba terdengar bunyi orang berlari di sekitar kami “sudah – sudah nanti saja kita pikrikan cepat di gas!” Galih tentu saja langsung tancap gas.
...
Saat aku tak sengaja melihat ke sisi jalan ada bayangan hitam yang berlari mengiringi kami, sosok tinggi besar dan hitam legam. Aku langsung meringkuk ke punggung Galih karena tidak mungkin di hutan seperti ini ada Naruto yang sedang menyusuri jalan ninjanya. “Jan*ok! jangan ganggu woy kami Cuma numpang lewat!” umpat Galih, untunglah sosok itu tiba – tiba menghilang begitu saja.
...
Sesampainya di dusun sebelah dan menyelesaikan belanjaan kami, “Eh anjir, kita pulang lewat mana?masa lewat tempat tadi lagi?” tanyaku. “mau lewat desa P? ampun lebih baik lewat hutan daripada lewat desa P, lebih seram. memangnya kau tidak tahu cerita jalan menuju desa kita jalur desa P?”. “Tidak, yasudah ayo pulang tapi ngebut ya”. “siap komandan, kalau motornya rusak kan di perbaiki sama – sama” .
...
syukurlah di perjalanan pulang kami tidak menemui kendala apa – apa dan sampai posko dengan selamat. Di sela – sela obrolan bersama pemuda sekitar Galih mengajakku berbicara. “serius kau tidak lihat yang tadi?”. “tidak, yang kulihat ya genderuwo tadi. Wah nggak paham lagi Aku sama desa ini”. “Orang yang lewat tadi diikuti sosok seperti hewan mitologi, badannya harimau kepalanya Anjing seperti memiliki sayap begitu. Makanya aku tadi berhenti”. “ah ampun, sering banget kita dapat kejadian aneh simpan saja jangan diceritakan ke orang lain”.”oke – oke”.
....
Menurut kalian perlu nggak sih mencantumkan foto dari rumah yang kami jadikan sebagai posko KKN dan beberapa wajah desa kami?Silahkan jawab di kolom komentar ya.❤
KAMU SEDANG MEMBACA
KKN Rumah Panggung
Terrorpenulisan cerita ini terinspirasi dari sebuah Thread yang sedang viral di media sosial yaitu KKN Desa Penari yang bener-bener membuat bulu kuduk merinding. gw akan coba share pengalaman gw selama KKN yang berkaitan dengan hal-hal mistis juga, gw sam...