lo?

5.1K 99 1
                                    

Jangan lupa tekan ☆..
Happy reading..

Seperti biasa, gue pulang ke rumah saat libur. Hari ini gue pulang agak kesorean karena masih banyak kerjaan di rumah sakit. Sebenarnya gue bisa saja pulang ke apartemen gue, hanya disana gue sendirian dan gak ada yang masakin. Gini-gini gue gak terlalu suka masakan luar.

Saat selesai memarkirkan mobil di garasi gue keluar dan mendapati sebuah sepeda motor dihalaman depan. Mungkin motor milik teman Cavin. Pikir gue.

Karena kecapean gue langsung naik keatas menuju kamar gue. Saat melintasi ruang keluarga, mata gue yang sudah gak fokus karena capek, menangkap Calvin dan seorang gadis muda yang sedang memegang buku sambil menjelaskan beberapa materi. Karena merasa kehadiran gue, gadis itu menoleh ke arah gue namun gue cuek dan berlalu ke kamar gue. Sesampai dikamar gue langsung mandi.

Author POV.

Tasya sedang duduk di ruang keluarga Barison sambil mengajari putra kedua mereka. Sudah seminggu Tasya menjadi guru les privat mata pelajaran fisika dan matematika untuk Calvin. Rumah ini sudah pernah didatangi oleh Tasya beberapa tahun lalu. Rumahnya masih sama, hanya beberapa lukisan dan perabotan saja yang diganti. Mengingatkan Tasya pada masa lalunya.

Tasya menjadi guru les privat karena dipanggil sendiri oleh ibunda Calvin. Tasya merasa terharu karena bunda Stefani masih mengingatnya dan meminta dia untuk menjadi guru les Calvin.

Calvin tanpak tidak semangat dalam belajar. Sudah 1 jam mereka belajar tapi Calvin dari tadi tidak mengerti apapun yang di jelaskan oleh Tasya. Sebenarnya Calvin anak yang pintar, hanya dia sangat malas dan bandel.

Tasya yang sedang asik menjelaskan tiba-tiba berhenti karena merasakan kehadiran seseorang. Pria itu berjalan kearah tangga menuju lantai dua dia tanpak kecapeaan. Pria yang yang selama ini dia hindari.

Tasya menatap pria itu dari tempat duduknya. Pria itu masih sama seperti dulu. Cuek dan dingin. Pria itu bahkan tidak melihatnya sama sekali. Langsung berlalu begitu saja.

"Itu abang gue. Dia dokter loh," kata Calvin membawa kembali ke alam sadarnya.

Udah tau. Pikir Tasya.

"Oh," jawab Tasya singkat. "Sekarang kita lanjut yah. Buka hal..."

"Lo naksir ya sama abang gue?" Omongan Tasya langsung dipotong sama anak tengil ini.

Tasya cuma senyum singkat. "Hari ini materi kita gak tentang itu. Lagipula kamu jangan sok tahu sama isi hati saya. Dan satu lagi, saya lebih tua dari kamu, jadi tolong hargai saya,"

Calvin malah tertawa terbahak-bahak. Apa yang lucu? Ingin tasya jitak kepala anak ini.

"Yaelaah. Gak perlu tau isi hati lo. Gerakan mata lo aja udah membuktikan lo suka sama abang gue," kata Calvin yang masih tertawa.

Karena kesal Tasya langsung menjewer tengan Calvin.

"Aaaww. Berani ya lo sama gue? Gue aduin lo ke bunda,"

"Silakan, aku gak takut. Lagian bunda kamu yang suruh akh pake kekerasan kalo kamu melawan. Yang ada aku aduin kamu. MAU?!!!"

"Iya-iya, gue nurut,"

Tasya kembali membuka bukunya. "Sekarang buka halaman.."

"Awww, sakit," teriak Calvin sambil memeggang perutnya.

"Kamu kenapa? Sakit?" Tanta Tasya.

"Iya. Perut gue sakit,"

"Kok bisa? Perasaan tadi baik-baik aja,"

"Gue punya penyakit bawaan dari lahir. Kalo capek suka kumat,"

"Hah? Emang ada?"

Calvin mengangguk lemas. Tasya mulai kasihan. Apalagi tidak ada orang dirumah. Hanya ada Tasya, Calvin dan Stanly yang baru pulang, tidak mungkin Tasya meminta bantuannya. Mungkin sedang istirahat sekarang.

StanlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang