liburan (02)

3.6K 79 0
                                    

Jangan lupa tekan ☆..
Happy reading..

Sehabis makan, kami jalan-jalan ke pantai. Untuk orang seperti kami yang hidup di kota dan jarang melihat pantai rasanya sangat indah dipandang mata.

Gue duduk sendirian dipinggir pantai sambil meminum es kelapa muda, dan memperhatikan beberapa bule dengan pakian yang terbuka yang enak dipandang. Uoppss ketahuan deh kelakuan gue.

Ayah sama bunda gak tau pergi kemana. Tasya juga lagi berjemur sendiri. Calvin sedang menemani Celine berkeliling pantai. Sebelum bunda pergi, bunda sudah mengingatkan kami untuk tetap ada disamping Celine dan jangan sampai Celine kecapean.

Tiba-tiba Calvin datang dan duduk disamping gue. Sepertinya sudah selesai berkeliling dengan Celine. Calvin mengambil es kelapa gue dan meminumnya.

"Ternyata kak Tasya bodynya bagus juga ya bang," kata Calvin. Ternyata ni bocah dari tadi perhatiin body Tasya yang sedang berjemur tidak jauh dari kami. Tasya hanya memakai bekini yang menurut gue gak layak disebut pakian. Apalagi dipakai sama Tasya.

Plakk. Satu tamparan gue mendarat dikepalanya.

"Sayang banget kalo dianggurin gitu aja," kata Calvin. Waduh ni bocah semakin menjadi-jadi. Jangan-jangan udah ada ilernya yang keluar.

Plakk. Gue tampar lagi kepalanya.

"Gak beda jauh sama bule-bule yang lewat," kata Calvin lagi yang tidak melepas pandangannya dari Tasya. Ni bocah udah gue tampar ulang-ulang juga belum sadar.

Plakkk.. kali ini tamparan yang lumayan keras.

"Ngapain lo tepok kepala gue? Sakit tau!!" Kali ini mempan.

"He kutu!! Otak lo yang gue tepok. Dasar mesum lo. Anak orang lo katain begitu,"

"Terserah gue dong! Emang ada larangannya? Lagian pasti lo juga merhatiian kan dari tadi,"

"Itu bukan Tasya yang gue kenal. Lagian lo masih bocah. Belum layak mikir yang begituan,"

"Ahh, terserah lo deh mau kata apa. Gue mau ajak kak Tasya berenang," kata Calvin sambil membuka bajunya dan hendak berlari ke Tasya.

"Bang Cece mau berenang," kata Cece yang sudah berdiri disamping gue.

Gue langsung teriak kearah Calvin. "Vin!! Temanin Cece berenang," Calvin yang sudah separuh jalan langsung pasang muka protes. "Ingat pesan bunda," lanjut gue.

Karena Calvin juga sayang banget sama Celine seperti gue. Pas gue ngomong gitu Calvin langsung berganti arah menuju Celine dan mengajak Celine dan menjauh dari gue. Mampus, gue batalin rencana mesum lo.

****

Malamnya sehabis makan malam, keluarga gue langsung istirahat karena besok harus kembali ke Jakarta. Tapi malam ini gue gak bisa tidur. Mungkin karena gue terbiasa dengan pekerjaan gue yang selalu stand bye tiap malam.

Calvin sudah tidur dengan nyenyak. Mungkin dia sudah sampai alam mimpi. Gue mengambil handphone gue dan memilih untuk main game. Tapi lama-lama gue merasa bosan dan gerah padahal AC nyala.

Karena bosan, gue pun keluar kamar. Hotel ini dekat dengan pantai. Jadi pas keluar dari hotel aroma khas pantai mulai tercium. Ditambah lagi dengan suara deru ombak yang menderu.

Gue berjalan lurus terus sampai kaki gue mulai menginjak pasir. Gue berhenti, mengedarkan pandangan gue keseluruh pantai. Banyak lampu yang dipasang disekitar pantai, jadi lumayan terang.

Pandangan gue berhenti pada seorang cewek yang duduk sendirian. Rambut sebahu yang dibiarkan tergerai ditiup angin. Merasa kenal dengan wanita itu gue mendekat.

"Boleh gue duduk disini?" Kata gue meminta ijin pada cewek itu.

Cewek itu melihat gue dengan tatapan agak kaget. Berikutnya dia mengangguk dan menggeser sedikit tubuhnya agak gue bisa duduk.

Kami berdua terdiam cukup lama. Tidak ada yang memulai pembicaraan. Gue pengen bertanya banyak hal. Tapi gue sendiri gak tau harus memulai dari mana. Tasya terus menatap lurus kedepan. Gue tau dia juga bingung mau ngomong apa. Dulu saja kalo ketemu gue, dia selalu cerewet dengan ceritanya.

"Gimana keadaan motor lo?" Tanya gue memecah kesunyian. Yes, setelah bingung mau ngomong apa akhirnya keluar juga kalimatnya.

Wajah Tasya sedikit terlihat kecewa lalu tersenyum miring.

"Maksud kamu beby? Sudah lumayan bagus. Mogoknya berkurang. Berkat kamu juga sih. Makasih ya, sudah merepotkan kamu," kata Tasya.

Gue mengangguk. Sekarang gue bingung lagi mau ngomong apa. Kami sama-sama terdiam lagi. Jujur, gue kangen pengen hina-hina dia kayak dulu lagi.

"Menurut kamu, Calvin bisa benerin beby gak?"

"Kalo lo petcaya sama tuh bocah, kayaknya beby benaran berubah jadi sepeda,"

Kami berdua tertawa dan kembali diam lagi. Jujur gue benci bangat sana keadaan yang seperti ini.

"Jadi benar kata bunda soal lo bakalan balik sekolah dokter lagi?" Akhirnya satu partanyaan keluar dari mulut gue lagi.

Tasya hanya mengangguk. Sial, gue tanya panjang lebar dia cuma mengangguk doang? Emang dasar keong nih cewek.

"Mau liat pantai yang lebih bagus?" Karena bosan dengan saling diam ditempat, gue ajak Tasya untuk jalan sapa tau banyak kalimat yang bakalan keluar dari mulut gue.

Tasya tertawa. "Emang kamu tahu semua tempat disini?"

"Iya dong! Ini tempat favorite bonyok gue. Kalo liburan pasti kesini,"

"Oiya. Aku lupa. Yaudah ayuk. Nanti keburu malam," ajak Tasya.

Kami berdua jalan sampai tiba ditempat yang gue maksud. Tempat ini seperti dermaga. Disamping kiri kanannya dipasang lampu kecil yang mempercantik suasana. Tasya tanpak terkesiap melihat keindahannya. Dia menikmatinya sambil tersenyum. Angin berhembus menerpa wajah mulusnya. Pandangannya seolah-olah mengatakan kalo dia bersyukur bisa berada disini. Beberapa menit kemudian Tasya menatap gue.

"Stand!" Panggil Tasya

"Hmmm,"

"Aku minta maaf ya, soal ucapan aku yang beberapa tahun lalu. Aku gak tau apa-apa soal keluarga kamu tapi malah menilai yang gak-gak. Kamu tau? Aku malu ketemu sama kamu,"

Oh, jadi itu yang buat dia malu ketemu sama aku. Tapi kenapa dia hilangnya sampai segitu lamanya? "Gak apa-apa Sya. Lagian gue udah lupa kok, lo omong apa waktu itu,"

"Jadi aku dimaafin nih?"

Gue mengangguk. Gue juga mau minta maaf soal ciuman gue waktu itu. Tapi Tasya langsung berteriak dan berlari mengintari dermaga itu.

"Disini indah! Sejuk lagi. Aku suka," kata Tasya.

Gue ikut tersenyum melihat Tasya. Ternyata Tasya sama sekali belum berubah. Yang berubah itu gue. Atau mungkin waktu yang berubah. Entahlah...

StanlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang