liburan

4.1K 80 1
                                    

Jangan lupa tekan ☆..
Happy reading..


"Halo bun?" Sapa gue ke bunda yang telepon.

"Besok abang libur kan? Jangan lupa pulang cepat ya, kita kan mau liburan,"

"Iya bun, nanti aku pulang cepat kok. Udah dulu yaa," kata gue sambil mengakhiri obrolan kami.

Jadi rencananya kami akan liburan di Bali akhir pekan ini untuk merayakan kelulusan Calvin dengan nilai yang bagus. Calvin menepati janjinya, semua nilainya bagus. Setidaknya bunda jadi sedikit bangga sama dia.

Gue pulang kerumah gue. Dari luar halaman sudah terdengar gaduh. Dihalaman gue melihat ada motor butut terpakir dengan rapi. Tidak salah lagi itu pasti milik Tasya. Tunggu dulu, Tasya juga ikut?

Gue langsung cepat-cepat masuk kedalam rumah. Ternyata benar ada Tasya disana.

"Eh abang udah pulang? Cepat kemas baju-baju kamu," perintah bunda. Tapi gak gue turuti. Gue tarik bunda mendekat dan bertanya.

"Tasya juga ikut bun?"

"Iya. Kan dia juga udah bantuan Calvin. Udah sana cepat kemas bajunya," perintah bunda yang kali ini gue turuti.

Akhirnya kami sekelurga berangkat. Setelah ... jam dalam pesawat akhirnya sampai Bali juga. Ayah sudah menyewa 2 mobil yang dipakai kami buat pergi ke hotel tempat kami menginap. Gue, Calvin, Nisa, dan Tasya semobil. Sedangkan bunda, ayah dan Celine semobil.

Dimobil Calvin gak berhenti ngomong. Calvin terus bercanda yang membuat Nisa dan Tasya tertawa terpingkal-pingkal. Jujur gue agak berbeda jauh dengan Calvin. Dia tanpan walaupun gue juga gak kurang tanpan. Bedanya dia humoris sedangkan gue datar-datar saja.

"Motor kak Tasya namanya beby?" Tanya Calvin pada Tasya yang menggunakan embel-embel kak didepannya. Padahal pas pertama ketemu panggilnya 'lo gue'. Sudah damai mungkin.

Tasya mengangguk. "Emang kenapa?"

"Katanya suka mogok ya? Mau gue benerin gak?"

"Emang kamu bisa benerin? Mau benerin seperti apa?"

"Bisa dong, gue benerin jadi sepeda. Mau? hahah" ucap Calvin.

Gue dan Nisa langsung tertawa mendengar ucapan Calvin.

"Ihh kamu suka gitu deh. Aku serius ngomongnya," kata Tasya cemberut.

"Gue juga serius kok, mau benerin motornya. Percayaiin sama gue deh," kata Calvin sambil menepuk dadanya bangga.

Hotel yang kami pakai menginap lumayan jauh dari bandara. Jadi butuh waktu yang sedikit lama untuk sampai.

"Kak Tasya udah punya pacar belum?" Tanya Calvin. Maksud apa nih bocah tanya begini.

"Kok kamu nanya gitu sih?"

"Iya, soalnya teman gue naksir sama lo,"

"Naksir? Emang ketemu sama aku dimana?"

"Jadi gini, gue cerita kalo gue punya guru privat yang pinter, cantik dan muda. Jadi teman gue suka gitu,"

"Aneh masa cuman cerita begitu langsung suka? Lagian umur kami pasti beda jauh lah,"

"Cinta itu gak harus pandang usia kak. Yang penting nyaman bisa awet kakek nenek. Lagian nih ya, lo kan bentar lagi jadi dokter, kalo jadi dokter waktu lo udah gak ada buat pacaran. Nah sekarang waktu yang pas buat pacaran. Sapa tau dia jodoh lo," jelas Calvin mengenai teoremanya yang aneh soal cinta. Dan gue merasa tersindir.

"Kamu ngomong gitu emangnya kamu punya pacar?" Tanya Tasya.

"Punya dong. Emang abang gue, gak punya pacar," jawab Calvin enteng. Tuh kan, dia sindir gue. Emang dasar bocah.

"Oh yang aku ketemu kamu sama cewek di minimarket itu? Yang kamu bantuin belanja? Kalian berdua pegangan tangan tapi pas liat aku kamu buru-buru lepas? Benarkan?" Tebak Tasya.

Wajah Calvin langsung pucat. Gue pengen ngagak liat muka dia yang begitu. Lucu bangat. Pengen gue siram pake air panas.

"Bu-bukan.." jawab Calvin terbata-bata.

"Kampungan bangat gaya pacaran lo. Ngagak gue," kata gue yang dari tadi hanya diam.

"Terserah lo!! Tapi gue serius, nanti pas pulang ke Jakarta, kita nanti jalan-jalan ke mall. Gue yang traktir. Itung-itung bayar jasa kak Tasya yang udah bantu gue. Sekalian ketemu sama teman gue. Soalnya dia ngebet bangat mau ketemu kakak,"

"Tapi Vin, aku.."

"Udah gak usah takut. Kalo misalnya dia gak nerima lo tenang aja masih ada gue yang mau jadi pacar lo,"

Zraaaaggg....

Gue yang mendengar ucapan Calvin langsung mendadak rem. Gue kenapa ya?? Kok perasaan gue jadi aneh gini? Gak kayak biasanya.

"Kenapa lo bang? Ngantuk? Sini gue yang nyetir kalo gitu," kata Calvin mengagetkan gue.

"Gak apa-apa. Tadi ada kucing lewat,"

"Kucing? Masa ada kucing lewat siang bolong begini?" Nisa yang tadi diam langsung ikut ngomong.

Memang gak ada kucing yang lewat. Perasaan gue aja yang aneh. Makanya gue beralasan.

Gue kembali memajukan mobil menuju hotel. Dan berusaha mengabaikan emosi serta perasaan gue.

**

Kami tiba di hotel sudah larut malam. Kami langsung memesan kamar dan istirahat. Berhubung gue capek dan ngantuk bangat karena semalam gue dinas. Akhirnya gue langsung tidur dengan pulasnya.

Paginya, gue bangun sekitar jam 10. Semalam gue tidur dengan Calvin. Tu bocah sudah gak ada lagi dikamar ini. Gue langsung mengambil ponsel gue dan ada notifikasi dari bunda beberapa menit yang lalu menyuruh gue untuk sarapan.

Gue langsung mandi, berganti pakian dan turun kebawah untuk sarapan. Dibawah sudah ada keluarga gue dan tak terlupakan Tasya.

Gue duduk disebelah bunda. Bunda lalu mengambilkan sarapan untuk gue. Ada roti selai kacang dan susu coklate.

"Gimana tidurnya bang? Pulas?" Tanya bunda.

Gue mengangguk sambil memakan sarapan gue. Bunda mengelus manja rambut gue layaknya seorang anak kecil. Iya, gue memang seorang anak kecil dimata bunda. Ekor mata Gue melihat Tasya memperhatikan gue dan bunda secara diam-diam.

Part ini terlalu panjang. Jadi aku bagi dua yah.

Jangan lupa votenya

StanlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang