ini operasi??

4.3K 129 31
                                    

Pada rindu gak sih sama akoh??
Readers : "gaaaaaaakkk!!!!

😔😔😓😓

Sebelum baca ada baiknya follow dulu akun saya dan jangan lupa vote dan coment.
Oke langsung saja ya,

happy reading

Semua berkumpul diruang UGD. Termasuk gue, dokter UGD, perawat dan anak KOAS. Seperti biasa sebelum memulai kegiatan hari ini, gue harus menyampaikan beberapa hal terkait dengan tugas apa yang harus mereka kerjakan hari ini.

"Yang terakhir, khusus untuk anak KOAS, untuk mengasah kemampuan kalian disini, hari ini kalian akan mengikuti operasi. Kalian akan melihat prosedurnya bagaimana, setelah itu kalian akan mengikuti tes. Gue ingatin disana bukan cuman gue yang dokter senior. Jadi gue mohon tolong lakukan yang terbaik."

"Baik dok." Kemudian mereka pergi.

Semua bubar meninggalkan gue dan Anisa didalam ruangan. Anisa merapikan beberapa berkas sedangkan gue mengecek jadwal untuk operasi sebentar nanti. Setelah beres-beres Anisa mendekat dengan membawa dua kotak makanan.

"Tadi gue lihat si Bimo udah potong rambut. Lo omong apa aja ke dia?" Tanya Anisa sambil menyodorkan satu kotak makan buat gue.

"Gue cuma ngingatin dia doang."

"Padahal tuh anak susah banget diurusin. Kalo dia mau sesuatu ya harus terpenuhi. Keras kepala banget tuh anak."

"Oh yah?" Tanya gue gak peduli dengan arah pembicaraan Anisa. Gue menyuapkan nasi kedalam mulut gue. Btw rasanya nikmat.

Anisa mengangguk. "Jadi lo gak tau?"

Gue mengangguk sambil terus makan.

"Makanya jangan sering baca jurnal lo tiap hari. Ada beberapa hal menarik yang harus lo tau disekitar lo. Nyokap Bimo itu temanan dekat dengan pak Erik, ketua kita. Bokapnya Bimo juga salah satu dari insvestor di rumah sakit kita." Jelas Anisa panjang lebar.

Pantasan tuh anak gue tegur beberapa kali dia gak mau dengar. Ternyata dia punya koneksi disini. Apa tadi Anisa bilang? Nyokapnya temanan dekat dengan Erik, pria brengsek itu? Dan Bokapnya salah satu dari insvestor di rumah sakit ini? Gue cuma tersenyum sinis mendengarnya.

"Ngomong-ngomong nyokapnya Bimo baik banget loh. Hari ini dia jadwalnya bertemu dengan pak Erik. Katanya sekalian mau lihat putranya praktek. Udah gitu pake repot-repot bawain kita seruangan UGD sarapan lagi.

What? Jangan bilang kalau...

Gue langsung menengok kearah Anisa.

"Ia, ini nyokap Bimo yang bawa." Kata Anisa seolah mengerti tatapan gue.

Gue langsung bangun dan pergi dari situ meninggalkan makanan yang belum habis termakan.

"Mau kemana? Lo mau ketemu nyokap Bimo? Dia masih di ruangan pak Erik. 15 menit lagi mungkin udah keluar." Kata Anisa.

Gue gak peduli sama ucapan Anisa dan buru-buru keluar. Pokoknya gue harus ke toilet dan mengeluarkan makanan yang tadi gue makan. Sekarang juga. Bukanya gue jijil sama masakan nyokap Bimo, tapi akhir-akhir ini gue rasa sensitif aja kalo soal Bimo. Kira-kira berapa banyak suapan yang masuk kedalam mulut gue?

****

Jam 1 siang setelah setelah makan siang, gue ketemu sama Aldi. Hari ini Aldi akan melakukan operasi, jadi gue minta ijin supaya anak KOAS bisa mempelajari beberapa teknik operasi dari Aldi.

Aldi setuju-setuju saja. Dia bahkan sangat senang dengan hal itu. Apalagi yang minta bantuannya adalah gue.

Setelah 30 menit persiapan, akhirnya semua sudah siap diruang operasi. Operasi pun dilakukan. Semua memperhatikan dengan seksama.

Kurang lebih 1 jam, akhirnya operasi selesai dan berjalan dengan lancar. Gue dan Aldi keluar dari ruang operasi. Sedikit basa-basi, setelah itu gue pamit untuk menemui anak KOAS yang sudah siap untuk mengikuti praktek kecil dari gue.

Didepan gue sudah ada alat bantu yang digunakan untuk praktek operasi. Alat itu menyerupai tubuh manusia. Semua bagian dari alat bantu itu ditutupi, tinggal hanya bagian dada sampai perut sebagai bagian yang akan dipotong.

"Kita langsung saja. Tadi lo semua udah liat gimana prosedurnya, sekarang gue mau lo mempraktekkan kembali apa yang lo liat sebelumnya." Kata gue. Setelah itu gue melihat kearah suster disamping gue dan mengisyaratkan untuk membaca riwayat penyakit pasien seperti biasa sebelum operasi.

"Pada jam 14.30 akan diadakan operasi pada pasien dengan riwayat penyakit usus buntu. Tekanan darah, nadi dan pernapasan normal. Alat medis lengkap dan jumlah dokter lengkap. Operasi siap dilakukan."

"Untuk Pinky, apa itu operasi usus buntu?" Tanya gue.

"Operasi usus buntu atau apendektomi adalah operasi pembedahan untuk mengangkat usus buntu atau umbai cacing (appendix) yang telah terinfeksi." Jawab Pinky.

"Good. Apa yang lo lakukan jika usus buntunya sudah hampir pecah?" Tanya gue sambil melihat kearah Tasya.

Tasya tampak kaget dan sedikit tergagap.

"Bisa menggunakan prosedur apendektomi, pada keadaan dimana usus buntu meradang dengan hebat dan terancam akan pecah." Jawab Tasya.

Gue angguk-angguk, kemudian melanjutkan sesi pertanyaan gue. "Untuk Rudi, dimana bagian yang akan lo iris untuk mengeluarkan usus buntu?"

"Membuat irisan pada bagian kanan bawah perut sepanjang 2-4 inci." Jawab Rudi penuh pecaya diri.

"Oke, sekarang kita lakukan operasi. Tasya silakan maju dan iris dibagian yang disebutkan Rudi tadi."

Tasya maju, dan mengambil pisau bedah kemudian maju mendekati alat bantu itu. Tangannya sedikit gemetar saat memegang pisau bedah. 3 menit kemudian, Tasya masih terus berdiri dan belum melakukan apa-apa. Kami semua masih menunggu apa yang akan dia lakukan.

Karena gue rasa sudah lumayan lama, gue maju mendekati Tasya. "Lo hanya perlu buat irisan pada bagian kanan bawah perut sepanjang 2-4 inci." Kata gue sambil menunjuk pada posisi yang akan diiris Tasya.

Tapi Tasya tetap diam. Gue lihat mukanya merah dan sedikit bekeringat. Dan kemudian menjatuhkan pisau bedah kelantai.

"Aku gak bisa!" Teriak Tasya. Semua yang ada dalam ruangan kaget. Termasuk gue.

"Gak apa-apa Sya, lo hanya perlu potong bagian itu doang. Gak apa-apa kok. Ayokk, lo pasti bisa." Kata Yane sambil mengambil pisau bedah dan kembali meletakannya ditangan Tasya. Tapi Tasya belum bergerak.

"Ayo Sya, gak apa-apa. Ini bukan pasien beneran, lo gak usah takut, potong aja." Pinky ikut membujuk.

"Ia, ayo Sya." Yang lain ikut membujuk.

"CUKUP!!!" Bentak gue. Semua diam dan menunduk. "Lo semua pikir ini taman bermain? Lo semua pikir gue main lawak disini? Masih banyak pasian yang harus gue rawat. Gue buang waktu percuma hanya untuk lo semua yang gak becus! Dan lo Tasya, dari awal gue udah ingatin buat angkat kaki dari sini, tapi lo milih untuk bertahan. Sekarang apa yang lo buat?? GUE KECEWA SAMA LO!!"

Masih dengan emosi yang belum reda, gue melanjutkan omongan gue. "Sekarang lo semua buat laporan tentang operasi hari ini dan kumpul ke gue jam 8 malam nanti." Setelah itu gue pergi meninggalkan mereka yang masih terpaku.



Jangan lupa vote dan coment yah..

Oyaa, aku mau nanya dongs, alat bantu untuk praktek operasi namanya apa sih?? 😂😂😂😂

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

StanlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang