dokter KOAS

4.7K 86 1
                                    

Jangan lupa tekan ☆..
Happy reading..

Author POV

Lima orang dokter muda sedang berdiri menunggu diruang tunggu Unit Gawat Darurat disuatu rumah sakit. Mereka adalah calon dokter yang diturun untuk mengikuti KOAS.

Udara disekitar situ terasa sejuk. Tapi entah mengapa yang mereka rasakan malah terasa panas.

"Dengar-dengar dokter pembimbing kita disini galak banget," kata dokter cowok berkepala plontos.

"Tapi menurut informasi yang gue dapat, dokternya juga ganteng banget," kata dokter wanita berambut agak panjang.

"Yaelah percuma ganteng kalo galak," kata dokter cowok yang rambutnya agak gondrong.

"Eh, kok lama banget yah? Udah 30 menit lebih nih," kata dokter cewek yang rambutnya bergaya seperti polwan. Auranya terpancar seperti seorang pemimpin yang baik.

"Nunggu bentar lagi gak apa-apa. Biar bagaimanapun mereka dokter UGD pasti sibuk banget," kata dokter berkepala plontos.

Mereka semua menganggu-angguk dan kembali menunggu. Diantara mereka semua, hanya ada satu yang berdiam diri sambil menundukan kepalanya.

Stanly POV.

pagi ini seperti biasanya gue melakukan aktivitas gue sebagai dokter. Gue masuk keruangan gue sambil membawa beberapa kertas hasil pemeriksaan pasien yang baru gue periksa tadi.

Gue membuka jas dokter gue dan meletakannya dibelakang kursi gue kemudian gue duduk. Gue mengambil dan kacamata baca gue dan membaca hasil pemerisaan tersebut. Gue kalo pake kacamata begini gue merasa sedikit lebih keren. Bukannya membanggaka diri tapi emang kenyataannya begitu.

Tok tok tok.

Gue mendengar pintu ruangan gue diketuk.

"Masuk,"

Masuklah seorang cewek kedalam ruangan gue. Nama Anisa. Anisa ini rekan dokter yang menemani gue di UGD. Anisa dokter cantik dan seksi. Tubuhnya aduhai dan putih mulus. Ukuran dadanya masuk dalam kategori diatas rata-rata. Yang bisa meruntuhkan iman pria yang melihatnya. Hari ini Anisa memakai baju tanpa lengan yang ditutupi dengan jas dokternya dan dengan rok yang ukurannya diatas paha dia.

Gue udah terbiasa melihat dia dengan segala pakaiannya. Mau merek dan seseksi apapun gue udah lihat. Makanya untuk sekarang, iman gue gak mudah jatuh saat lihat dia seperti pertama kali. Jujur saja pertama kali gue lihat dia, gue sering membayangkan yang aneh-aneh. Bukannya gue orangnya mesum atau gimana, cuma gue mau lo semua berpikir kalo gue juga cowok. Kalo liat yang begituan pasti langsung terang matanya.

"Ada apa kemari?" Tanya gue.

Anisa melihat gue sedikit lebih lama dari biasanya sebelum menjelaskan alasan dia kemari.

"Gue cuma mau mengingatkan lo kalo lo ada pengenalan dengan mashasiswa baru yang KOAS di rumah sakit ini. Dan ini daftar nama-nama mahasiswanya," sambil menyodorkan kertas berisi nama-nama mahasiswa tersebut.

"Kok gue sih? Gue lagi sibuk. Masih banyak kerjaan yang belum gue selasikan. Lo aja deh yang pergi," tolak gue.

"Gak bisa dong Stand. Ini kan keputusan rapat kemarin,"

"Tahun lalu kan udah gue. Pokoknya gue tolak,"

"Itu keputusan rapat bersama. Kalo lo mau tolak makanya hadir pas rapat kemarin,"

Gue diam. Yang diucapkan Anisa ada benarnya. Kemarin gue gak ikut rapat karena liburan sama keluarga gue.

"Lagian kan ada gue yang bantuin lo," lanjut Anisa.

"Yaudah, jam berapa pertemuannya?"

"Sekarang udah lewat 30 menit. Anjir lo udah telat Stand," kata Anisa sambil melihat jam ditangannya.

"Yaudah 30 menit lagi deh gue kesana. Masih tanggung kerjaan gue. Lagian cuman pengenalan doang kan?"

"Iya deh. Gue tunggu lo disana. Jangan lupa bawa daftar namanya," kata Anisa lalu pergi meninggalkan gue.

Setelah gue menyelesaikan kerjaan gue, gue langsung pergi menjumpai Anisa dan berjalan ke ruang tunggu untuk menemui mahasiswa itu.

"Jangan terlalu kasar sama mereka, ingat reputasi lo sebagai dokter," pesan Anisa.

Gue cuek saja. Memang disini gue terkenal dengan memiliki sifat yang agak kasar. Bukan ke dokter KOAS saja, tapi ke suster atau dokter yang lambat bekerja dan yang melakukan suatu hal yang gak sesuai keinginan gue.

"Denga dokter KOAS disini," kata gue saat sudah diruang tunggu UGD.

Sekitar 5 orang dokter langsung berdiri dari duduknya. Wajah mereka terlihat lemas dan gugup. Sepertinya mereka kecapeaan menunggu gue. Gue jadi merasa bersalah.

"Saya akan membacakan nama kalian disini. Kalo mendengar nama kalian disebutkan, silakan mengangkat tangan,"

Mereka mengangguk. Gue pun mengabsen nama mereka satu per satu.

"Yane Kusumawati?"

"Saya dok," kata cewek beramput polwan.

"Rudi Artono?"

"Saya dok," kata cowok berkepala plontos. Entah mengapa gue jadi suka lihat dia. Gue tersenyum kearah dia dan dia juga membalasnya dengan anggukan hormat.

"Bimo Hardian?"

"Saya dok," jawab cowok berambut gondrong.

"Pinky Ayunda?"

"Saya dok," jawab cewek itu dengan malu-malu.

"Tasya Puspawati Salvador?"

Tunggu dulu. Siapa? Tasya Salvador? Takut salah, gue baca lagi nama itu sekali lagi dalam hati. Ternya gak ada yang salah. Merasa kurang yakin lagi gue mengangkat wajah gue kearah gadis yang mengangkat tangannya.

"Saya dok," jawab Tasya.

Kami saling beradu pandang. Tasya praktek disini? Di UGD bareng gue?

Gue langsung mengahlikan pandangan gue keseluruh mahasiswa KOAS. Dan menyampaikan beberapa kata penyambutan.

"Selamat datang di rumah sakit ini. Terkhususnya di UGD. Akan ada banyak hal yang terjadi yang merengut banyak energi. Sebelum melangkah jauh, yang ingin menyerah silakan pergi,"

Hebat. Tidaka ada yang berniat untuk pergi. Gue berharap Tasya yang pergi.

"Oke, kalo tidak ada yang mau pergi say ucapkan selamat bergabung. Saya minta kerja samanya disini,"

Mereka semua mengangguk.

"Kalian akan dibantu oleh dokter Anisa untuk melihat dan beradaptasi disini. Terimakasih," kata gue sambil mengalihkan ke Anisa.

Sebelum gue pergi, gue melihat mereka sekali lagi.

"Saya gak suka gaya rambut kamu. Dirubah," kata gue sambil menunjuk kearah pria yang berambut gondrong. Yang ditunjuk hanya tersenyum kikuk dan mengiyakan perintah gue. Setelah itu gue pergi situ

StanlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang