AB 1: Binara Lituhayu ✨

382 100 25
                                    

Panggil aku Binar atau Anjana, namaku Binara Lituhayu a

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Panggil aku Binar atau Anjana, namaku Binara Lituhayu a.k.a Aksara Renjana. Aku memiliki hobi menulis, tidak cantik, namun manis. Perjalanan cintaku cukup dramatis dengan akhir yang tragis dan dirangkum dalam kalimat-kalimat puitis. Aku sudah menyukai dunia tulis menulis sejak duduk di bangku Sekolah Dasar. Aku bahkan lebih suka menulis ketimbang membaca, sedikit aneh padahal menulis lebih banyak membutuhkan tenaga dan tanpa membaca

Awalnya kesukaanku pada menulis dituangkan dalam rangkuman-rangkuman materi pelajaran dan puisi. Perjumpaan pertamaku dengan pantun dan puisi membuat benih-benih cinta tumbuh di hati. Semakin lama aku mengenali semakin semangat untuk segera mencoba membuat tulisanku sendiri. Permulaannya terasa aneh, bingung, dan memalukan.

Kalimat-kalimat yang dituangkan seadanya, sebisanya, dan lumayan berantakan ketika dibaca. Namun aku bangkit kembali, mencoba lagi, lalu meminta teman-temannya memberikan nilai. Meja belajarku diisi oleh buku-buku tulis, beberapa sudah penuh terisi, sisanya menunggu inspirasi. Aku adalah seorang maniak buku tulis, notes unyu, dan pena karakter yang menggemaskan. Terlihat beberapa jenis buku yang sama, hanya berbeda sampulnya saja. Aku dapat memenuhi satu buku penuh dengan resume materi yang  kusukai. Ini juga salah satu yang menjadi cikal bakalku sangat suka menulis. Aku lebih suka belajar sendiri, sehingga sudah terbiasa membuat catatan agar lebih mudah dipahami. Mencatat materi-materi dan mencari poin-poin penting sebagai amunisi. Lalu ketika sudah mengerti, melihat teman yang sedang menghapalkan agar lebih ingat lagi.

Sejak kecil aku dibatasi agar tidak membaca buku cerita, komik, dan novel. “Jangan keseringan baca gituan, entar bikin males belajar,” kalimat Bapak yang sampai sekarang aku ingat. Pernah kala itu aku membeli buku cerita lewat penjual buku keliling yang menyambangi sekolah-sekolah, aku bilang hendak membeli buku UUD 45 dan rangkuman rumus matematika, tapi aku menyisihkan beberapa uang untuk membeli satu buku cerita. Meskipun pada akhirnya ketahuan, setidaknya aku sudah selesai membaca.
Setelah aku pandai menabung, aku jadi lumayan sering membeli novel secara diam-diam. Saat dunia dirasa menyebalkan maka aku akan melampiaskannya dengan membeli novel, ketika semesta berdusta aku akan mengulik situs bacaan untuk sekadar menenangkan jiwa.

Lama-kelamaan hal ini menghabituasi, merasuk dalam kondisi. Hingga muncul keinginan untuk menceritakan kisahku sendiri. Semoga aku bisa mewujudkannya, meskipun tidak ada yang tertarik untuk membaca. Aku sadar karena masih dalam tahap belajar mungkin tulisanku akan sedikit membingungkan. Tapi ini bukan hanya soal akan dibaca atau tidak, namun janji pada diri sendiri. Sekali yang namanya janji akan tetap menjadi janji. Maka aku akan benar-benar mewujudkannya nanti.

Kamu maukan meluangkan waktu untuk membaca ceritaku? Sebentar saja, sampai tamat. Tidak, tidak bukan tamat, setengah tamat. Karena aku belum tahu apa yang akan terjadi setelah cerita ini dipublikasi. Barangkali akan berlanjut dengan akhir yang membuat terkejut atau memang benar-benar harus tamat dengan selamat.

Salam kenal dariku, Anjana.

Jangan lupa bahagia, karena ada luka yang pantas dilupa.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Antah Berantah (Tentang Perasaan Kita yang (M)entah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang