❀❀❀❀❀❀❀❀
Rinai
Langit sedang berderai akhir-akhir ini, mungkin ia sudah tidak mampu menampung rindu-rindu. Keluhan-keluhan yang didengar setiap detik seperti mantik. Dirangkai dan dibungkus dalam kalimat cantik.
Aku adalah salah satu dari sekian banyak manusia yang mengadu. Menderu-deru, menggebu-gebu, padahal tidak tahu darimana asal muasalnya rasa itu. Ia hadir begitu saja, tanpa diminta.
Rasanya ingin sekali benar-benar memiliki sosok yang kurindui. Bukan hanya delusi, pada tiap-tiap rindu aku hanya merindukan masa lalu. Masa di mana aku merasakan bahagia, bukan duka. Untung saja aku sedikit pandai melupa, sehingga tidak perlu berlarut-larut menikmati sesaknya.
Air memang berjatuhan malam ini, membawa kenangan yang belum tentu semuanya kuingini. Namun secepat itu pula ia menghapusnya dalam aliran yang mencari titik terendah miliknya. Baru saja sekelebat tersapa, ia sudah hilang bersama arus yang melaju terus hingga tergerus.
-Januari, 2018
di bawah sendunya bumantara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antah Berantah (Tentang Perasaan Kita yang (M)entah)
Teen FictionTerima kasih sudah menyempatkan diri untuk hadir. Mengisi rotasi hingga menjadi nadir. Saling sapa, kecap-kecup dalam setiap bahasa. Hingga akhirnya kembali menjadi asing. Selamat kembali menjelajah, jangan terburu-buru dan punah. Kita hanya pernah...