AB 3: Januari Pertama 🗒

277 93 107
                                    

❀❀❀❀❀❀❀❀

❀❀❀❀❀❀❀❀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


~Now playing~

♪NAIF - Karena Kamu Cuma Satu♪

🎼


Saat itu kota sedang sendu-sendunya, melerai segala apatis dalam balutan tangis. Pendaran lampu tetap menemani, meskipun pada beberapa titik ada saja yang tidak berfungsi. Tidak ada firasat apapun atas kedatanganmu kala itu, aku hanya melakukan tugasku sebagai penyambut tamu. Tidak pernah terpikirkan hal itu akan menjadi sebuah garis yang kelak menghubungkan dari temu yang satu ke temu lainnya. Selagi masih diizinkan oleh waktu, aku hanya dapat menerima dengan sebaik-baiknya.

Hari itu aku lelah sekali, meskipun hal ini sudah biasa aku jalani. Namun lelah selalu berbeda, kadang ketika bahagia aku tidak terlalu menganggap mereka ada. Ketika aku sedih, sedikitpun terasa perih. Aku adalah gadis tangguh yang dilahirkan untuk menjadi pondasi yang kokoh tanpa mengeluh. Pada beberapa kesempatan, aku terlihat sangat menyedihkan. Bertindak sendirian, kelelahan, dan tanpa sandaran. Bukan egois, kadang ada beberapa momen yang tidak dapat dipaksakan untuk terasa manis. Apalagi mengemis-ngemis hanya untuk sebuah perhatian dan pengakuan bahwa apa yang telah kulewati terasa sangat mengikis.

Perkenalkan aku Binara Lituhayu, biasa dipanggil Binar. Namaku memiliki arti cahaya yang cantik rupawan. Sudah dipastikan keluargaku mengharapkan agar aku dapat menjadi cahaya di kehidupan mereka. Aku berwajah bulat, hidung yang mengumpat, kelopak mata yang tidak terlalu terlihat, dan ramput hitam lurus sebahu. Aku hanya sekali memiliki rambut panjang hingga pinggul, sisanya selalu pendek, kadang berponi, namun lebih sering diikat ke belakang. Rasanya gerah jika memiliki rambut panjang terurai, meskipun kuakui itu terlihat sangat indah.

Aku lumayan penggila kegiatan, sejak duduk di Sekolah Dasar aku telah terlibat dalam berbagai macam kegiatan. Karena hanya itulah cara satu-satunya agar aku dapat mengetahui dunia luar. Aku cuek terhadap penampilan dan jutek terhadap orang yang belum kukenal. Namun jika sudah kenal, hampir semua orang mengatakan bahwa aku sangat menjengkelkan. Tidak ada jeda yang berarti saat melewati hari. Tenggelam sembari memegang benang-benang merah meskipun seringkali jahil dan ingin menjajal kelokan yang sedang memanggil untuk diampiri.

Saat SD IQ ku 112, SMP 90, SMA 103, namun kehidupan akademikku biasa saja. Aku terdampar dan terpaksa menjalani hal-hal yang tidak terlalu kusuka. Beberapa kali aku mengosongkan lembar jawaban uraian matematika, bagiku jika tidak bisa tidak perlu mengada-ngada apalagi memohon-mohon untuk meminta temanku memberikan bocorannya. Aku pernah sangat dekat dan mencintai matematika sebelum akhirnya ia kecewa karna aku tidak berhasil menanganinya. Semua yang kulakukan terasa sia-sia tanpa kutahu bagaimana cara mengatasinya selain meninggalkan apa yang telah menemani sepiku selama ini.

Antah Berantah (Tentang Perasaan Kita yang (M)entah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang