AB 7: Mei Pertama (1) 🗒

70 29 2
                                    

“Aku disuruh dateng ke Kotamu, kak Melati juga ngajakin aku buat ikut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Aku disuruh dateng ke Kotamu, kak Melati juga ngajakin aku buat ikut.”

“Beneran? Masa sih?” Bara membalas pesanku dengan sangat cepat.

“Iya, emang sebenernya ada acara apa?”

“Oh festival biasa, agenda tahunan. Tapi akan terasa luar biasa kalau kamu benar-benar menjadi bagiannya.”

Aku terkekeh,”Tapi enggak tahu deh, soalnya lagi ada ujian di kampusku.”

Hmmm…okelah. Enggak perlu dipaksain.”

Kutebak itu adalah nada kecewa milik Bara, tapi mau bagaimana lagi karena itu memang yang sebenarnya terjadi. Walaupun aku juga berharap dapat hadir di sana, selain bertemu dengan Bara itung-itung liburan setelah rumitnya pikiran. Meretas bosan yang menjalar agar segera kelar.

Satu pesan dari kak Melati memecahkan atmosfer keheningan malam itu,”Bibin, ikut yok ke festival yang tadi sempet kita bahas.”

“Festival apa kak?”

“Ya ada pameran-pameranya gitu.”

Ohhh.…”

“Ada pembacaan puisi juga.”

Ah bener?”

“Iyaaaaa….”

“Kalo kakak ikut, aku juga deh.” Aku membalas pesan dengan segala optimis kak Melati tidak akan mengiyakan, namun ternyata dugaanku salah. Kak Melati malah sangat semangat untuk menghadiri acara tersebut. Misalkan tadi ia tidak mengatakan ada sesi pembacaan puisi, mungkin aku tidak akan mengambil keputusan dengan begitu cepat.

Oke, siap-siap ya.”

Hah? Serius nih kak?”

“Iyalah, ini kakak juga udah mulai packing.”

Seketika aku mati kutu, tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku akan bepergian? Bertemu dengan Bara? Bumi Barameru? Apakah Bara akan senang atau malah sebaliknya? Mungkin aku akan sangat merepotkan, karena ini pertama kalinya.

Kak Melati sejatinya termasuk orang yang lumayan sulit untuk diajak bepergian. Apalagi kali ini tidak hanya dapat ditempuh dalam waktu satu atau dua jam saja. Sebenarnya itu yang menjadi alasanku berani untuk menantangnya agar ikut. Namun malah aku yang harus menanggung konsekuensinya.

Tadinya aku tidak ingin mengabari Bara tentang hal ini, tapi aku sudah tidak tahan ingin menjahilinya. Tidak apa-apa jika Bara tidak mengharapkannya, toh tidak hanya Bara yang akan kukunjungi, tapi beberapa orang yang juga kutemui bersama Bara malam itu. Lumayan, sembari mempererat tali silahturahim dengan bermodal ‘bismillahirrahmanirrahim’.

Bara kembali memastikan, “Kamu benar mau ke sini?”

“Belum tahu, kemingkinan besar iya.”

Antah Berantah (Tentang Perasaan Kita yang (M)entah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang