4. Morning Sick

2K 155 9
                                    

Hayoo, ada yang bertanya-tanya, kenapa Saga memanggil istrinya dengan Dian dan bukan Diandra?

Rahasia :V

Penjelasannya cuma ada di buku Wedding Agreement With You, yah.

***

Di tengah malam yang sunyi, aku terbangrtun dari tidur saat mendengar rintihan pelan di sampingku. Pikiranku seketika tertuju pada Dian. Spontan aku beranjak bangun dan menatap wanitaku dengan khawatir.

"My Dear?" panggilku pelan. Aku takut sekali terjadi sesuatu padanya dan juga calon anakku. Aku lebih mendekat ke arahnya.

Dian merintih lagi, seperti menggumamkan sesuatu. Kedua matanya masih sempurna terpejam. Apakah dia sedang mengigau?

"I'm here. What's wrong with you?"

"Raka ..."

What? Raka?

Suaranya memang tidak begitu jelas, tetapi aku tahu pasti nama siapa yang baru saja dipanggilnya.

"Raka ..."

Aku terdiam. Semula aku ingin mencoba berpikiran positif. Mungkin aku salah dengar. Mungkin aku yang terlalu cemburu, tetapi ...

"Raka ... jangan pergi."

Untuk ketiga kalinya Dian mengucapkan nama lain. Kenapa bukan namaku yang dipanggilnya? Kenapa bukan aku yang ada dalam mimpinya? Tanpa sadar kedua tanganku mengepal kuat. Apakah begini rasanya cemburu? Benar-benar mengerikan, seperti diselimuti kobaran api yang membakar seluruh jiwa.

Aku terkesiap saat tiba-tiba Dian terlonjak bangun. Napasnya terengah-engah. Tanpa diduga dia menangis, lalu menghambur ke pelukanku.

"Raka, kumohon jangan pergi. Jangan tinggalkan aku lagi." Dia terisak-isak, seperti ada ketakutan besar yang melingkupinya.

Sungguh aku tidak mengerti kenapa dia begitu. Aku benar-benar tidak terima dianggap sebagai orang lain olehnya. Kenapa harus Raka?

Apa yang harus kulakukan sekarang?

Satu tanganku sudah terulur, namun terhenti dan mengambang di belakang punggung Dian, mempertimbangkan apakah akan balas memeluknya atau tidak. Andai dia menyebut namaku, tanpa pikir panjang aku pasti sudah merengkuhnya dengan erat, berusaha menenangkannya, bahkan mungkin akan menciumnya dengan lembut. Tetapi, saat ini aku tidak sanggup melakukannya. Hatiku terlanjur terluka.

Dengan hati-hati, kulepaskan tautan tangan Dian yang melingkari leherku. Semoga suasana temaram saat ini mampu menyamarkan ekspresi dinginku darinya. Kami saling menatap. Kulihat sorot mata di depanku itu sayu, mungkin dia masih dalam keadaan setengah sadar. Aku menangkup kedua pipinya dan berbisik pelan, "I'm always here with you, Diandra."

Aku menatapnya lekat, berharap aksen British-ku yang fasih bisa menyadarkannya, bahwa pria yang ada di depannya ini bukanlah Raka. Namun dia tak memberikan respons, justru diam mematung.

"Jangan berpikir yang macam-macam. Tidurlah lagi."

Dian menurut dan kembali membaringkan tubuhnya.

"Ada apa?" Aku bertanya karena dia terus menatapku.

Dian hanya menggeleng pelan.

"Kalau begitu pejamkan matamu."

Wanita itu tersenyum tipis. "I love you."

Aku diam beberapa lama. Untuk siapa kalimat itu diucapkannya?

"Kenapa tidak dijawab?" katanya lirih.

[2] Hurt Of Wedding (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang