--Hati yang Patah--
Halo, Teman-teman, semoga kabar kalian selalu baik, ya. :)
Maaf kalo update-nya sering lama, hehe. Oh ya, makasih banyak selalu nungguin cerita ini. Jangan lupa kasih vote kalo suka, ya. Hm, komen kalian juga seringkali jadi hiburan tersendiri buat saya, hihi
Wah, gak nyangka bisa pada baper, ya, sama Saga? Ahaha, sebenernya author-nya, tuh, yang romantis abiz :V
***
Lexus putih yang kukemudikan melaju dengan kecepatan sedang membelah pusat kota London yang tidak terlalu ramai, bagian atapnya sengaja kubuka, membiarkan angin kencang menerpa tubuhku. Cuaca masih cukup bagus di musim gugur kali ini. Jam baru menunjukkan pukul 7.30 a.m, perjalanan menuju firma hukum tempatku bekerja hanya membutuhkan waktu dua puluh menit, jadi aku bisa sedikit santai sekarang.
Seperti biasa aku memakai mobil pribadi meski sebenarnya seluruh pegawai tetap di firma itu diberi fasilitas mobil mewah yang selalu di-update setiap tahunnya. Aku merasa tidak keren saja jika memakai mobil pinjaman setiap hari, kecuali kalau memang harus dinas ke luar kota. Tak apalah, walaupun Lexus-ku ini keluaran tahun lalu, setidaknya aku membelinya dengan jerih payahku sendiri. Aku harus bekerja delapan belas jam per hari selama tiga bulan demi mendapatkannya, sementara biasanya aku hanya bekerja sembilan jam saja. Jika dirupiahkan ... mungkin harganya sekitar tiga miliar lebih.
Hampir setahun aku meninggalkan kota ini, ada kerinduan di dalam hati yang entah kenapa sulit sekali untuk menggambarkannya, padahal kota ini bukanlah tempat kelahiranku. Tidak banyak berubah, hingga akhirnya aku sampai di basement kantorku. Selama beberapa saat setelah memarkirkan mobil, aku hanya mematung di belakang kemudi. Jantungku mulai berdegup kencang, tidak bisa dimungkiri aku takut jika permohonan pembatalan cuti yang kuajukan seminggu lalu ditolak oleh Jemmy, kemungkinan terburuknya ... aku bisa dimutasi ke kantor cabang di luar negeri atau bahkan, dipecat, apalagi aku baru tiga tahun merintis karir sebagai pengacara muda di sini.
Aku menghela napas pelan demi bisa menguatkan diri. Aku harus tetap menjalaninya apa pun yang terjadi nantinya. Hidupku tidak akan berakhir hanya gara-gara dipecat dari tempat ini, apalagi aku sudah menjadi kepala keluarga sekarang. Aku berjalan memasuki lobi kantor menuju lift utama, berusaha tampak setenang mungkin. Masih sama seperti dahulu, individualisme di sini sangat kental, terbukti tidak ada yang saling menyapa, semuanya mondar-mandir dengan kesibukan masing-masing. Firma hukum ini bisa dikatakan sebagai perkumpulan para penggila kerja.
"Elsaga!"
Aku baru saja keluar dari lift di lantai enam ketika terdengar suara seorang pria memanggil. Tidak menyangka masih ada yang mengetahui namaku setelah hampir setahun aku pergi. Aku menoleh ke arah sumber suara dan mendapati seorang pria berambut pirang dan sedikit lebih tinggi dariku. Dia melambaikan tangan sebelum melangkah menghampiriku.
"Christoper."
Pria itu tampak begitu semringah, memelukku walau sangat singkat. "Wow, sudah lama sekali kita tidak bertemu. Kupikir tadi aku salah lihat, ternyata kamu benar-benar Elsaga." Dia bicara dengan bahasa Inggris tentu saja. Dia tak lain adalah teman satu divisi dan satu angkatan pula, kami sudah saling mengenal sejak mengikuti tes seleksi masuk tiga tahun lalu.
Aku balas tersenyum tipis. "Hm, sekitar setahun." Kepribadian yang kaku membuatku hanya menjawab dengan nada biasa-biasa saja, bahkan mungkin datar.
"Ke mana saja kamu selama ini? Kukira staf kesayangan Jemmy ini memilih mengundurkan diri karena tidak tahan dengan sikap bosnya." Suaranya berubah pelan, mungkin takut ada yang mendengar komentarnya itu. Dia kemudian tertawa.
Aku balas tertawa meski pelan, menurutku itu bukanlah sesuatu yang lucu. "Tidak juga. Aku terpaksa pulang ke kampung halamanku."
Chris memasang wajah berpikir. "Indonesia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Hurt Of Wedding (TERBIT)
RomanceSekuel Wedding Agreement With You Cover : @ni.el READY STOCK! Pemesanan bisa langsung wa saya 085877790464 ----- "Apakah kamu tidak bisa membedakan antara aku dan Raka, sehingga kamu memeluknya di depan kedua mataku?" -Elsaga Fancison- Entah kenapa...