--Air Matamu--
"Di mana kopermu?" Dian bertanya saat kami sedang makan siang bersama. Mood-nya pasti sedang tidak baik karena pembicaraan kami semalam di kedai sate, terbukti nada bicaranya sedikit ketus.
Seketika aku berhenti makan dan mengalihkan atensi pada Dian, memberi tatapan heran. "Kenapa tiba-tiba menanyakan koper?"
"Memangnya tidak boleh? Kamu mau pergi jauh tanpa membawa apa pun?"
I know, dia bisa saja mencari-cari sesuatu yang menunjukkan jika aku benar-benar akan pergi besok.
"Bukan begitu."
"Lalu?" Dian memicingkan mata tak suka.
"Ya ... memangnya untuk apa aku harus repot-repot membawa koper? Semua barangku ada di London. Justru yang ada di sini hanya sebagian kecilnya saja." Aku menjelaskannya dengan santai, lalu melanjutkan makan.
"Apa ... kamu benar-benar harus pergi?"
Pertanyaan itu membuat pandanganku kembali terangkat, dan mendapati sorot mata di hadapanku tak lagi berbinar seperti biasanya. "Schedule pertemuanku dengan Sir Jemmy tidak bisa diubah, dia juga sangat sibuk, akan sulit sekali bertemu dengannya jika harus ditunda."
"Oh ya, kamu belum menjawab pertanyaanku semalam." Tanpa diduga dia mengalihkan pembicaraan.
"Hm, yang mana?" Aku menyahut hati-hati, takut kalau Dian marah karena aku tidak mengingatnya. Entah kenapa aku tidak mudah mengingat sesuatu yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.
"Kenapa kamu bukan WNI?"
"Oh, itu." Aku mengangguk beberapa kali. "I don't know."
"Jawab yang benar, Saga! Mana mungkin kamu tidak tahu!"
"Memang kenyataannya begitu."
"Kenapa?" Dian tampak menuntut penjelasan lebih.
"Sepertinya daddy yang mengurus kewarganegaraanku. Kalau tidak begitu, tentu saja akan sangat merepotkan, apalagi untuk mengurus visanya, aku tidak yakin daddy bisa menyempatkan waktu."
"Lalu kenapa kamu berganti identitas?"
"Mungkin akan lebih tepat kalau pertanyaannya ... sejak kapan aku berganti identitas. Begitukah?"
"Oh, iya ... baiklah."
Aku menyempatkan menyeruput teh sejenak sebelum menjawab, "Aku mengganti nama saat usiaku dua puluh empat tahun, tak lama setelah bertemu Raka untuk pertama kalinya dan mengetahui semua fakta tentang keluargaku."
"Jadi, nama aslimu siapa?"
Melihat wajah penasarannya, membuatku tak bisa menahan senyuman lebar. Tidak bisa dimungkiri aku senang karena dia ingin tahu lebih banyak tentangku. "Kalau kamu tahu nama lengkap Raka, kamu pasti juga akan tahu nama lahirku."
"Saga Arya Wijaya?" katanya ragu.
"That's right."
"Lalu apa alasannya? Pasti tidak mudah, kan, mengganti identitas seperti itu?"
"Iya. Jujur saja sejak saat itu aku mulai membenci kemunafikan daddy, aku tidak suka kalau ada namanya di nama belakangku."
Untuk beberapa saat, suasana hening. Aku kembali menyeruput teh dan tak berniat melanjutkan makan karena kuperhatikan Dian juga tidak kembali menyentuh sendok garpunya.
"Saga."
Aku dibuat terkejut dengan genggaman tangan Dian di lenganku. "Yes, My Dear?"
"Izinkan aku ikut denganmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Hurt Of Wedding (TERBIT)
RomanceSekuel Wedding Agreement With You Cover : @ni.el READY STOCK! Pemesanan bisa langsung wa saya 085877790464 ----- "Apakah kamu tidak bisa membedakan antara aku dan Raka, sehingga kamu memeluknya di depan kedua mataku?" -Elsaga Fancison- Entah kenapa...