10. Tragedy

2K 221 22
                                    

Lylo memerhatikan handphonenya dengan gelisah. Setelah Lylo mengirim pesan terakhir kali, Lion belum juga membalasnya sampai sekarang. Biasanya, Lion tetap akan membalas walau itu sekedar kata 'oke' atau 'as you wish my queen'. Namun sampai sekarang Lion belum juga membalasnya. Apa dia masih ada rapat di Kantor?

Lylo melirik Xile yang bergerak tidak sabar di bangkunya. Mereka memang jarang makan diluar, karena Lylo percaya bahwa makanan rumahan itu lebih sehat untuk anak-anaknya. Lylo mengusap rambut anaknya lagi, mencoba mengusir resah yang tiba-tiba saja menjangkitinya.

"Ah, lihat Mama! Hujan!"

Xile bersorak senang saat rintik-rintik air hujan mulai membasahi kaca mobil yang mereka tumpangi. Benar juga, langit memang sudah mendung saat mereka berangkat tadi.

"Berkendaralah lebih pelan. Aku tidak ingin terjadi sesuatu di hujan deras begini" ujar Lylo pada sang supir.

"Baik" supir itu menjawab. Namun tidak lama kemudian wajahnya berubah pucat, saat dia mencoba untuk menginjak rem mobil.

"Ada apa?"

Jantung Lylo mulai berdegup tidak normal. Dipeluknya Xile yang terlihat bingung. Mereka tengah melewati perbukitan curam kini, dan mobil yang tidak kunjung melambat membuat rasa panik mulai menguasai pikiran Lylo.

"Remnya tidak berfungsi Tuan!"

Si supir juga tidak kalah panik saat rem tanganpun tidak bisa dia gunakan. Ditengah hujan deras, dengan susah payah supir itu berusaha tetap melajukan kendaraanya walau kecepatan mobil terus saja naik.

"Mama?"

"JANGAN LEPAS PELUKAN MAMA XILE!" Jerit Lylo panik. Keringat dingin mulai membasahi tubuhnya. Walaupun sejauh ini mereka masih baik-baik saja, terimakasih pada supir professional mereka, tapi kecepatan yang semakin bertambah akibat turunan membuat Lylo tidak dapat berpikir jernih lagi. Dirinya terus berdoa untuk keselamatan sang putra. Ditengah krisis itu, panggilan tiba-tiba masuk ke handphonenya dan segera diangkat oleh Lylo.

"Sayang! Jangan angkat telfon atau pesan apapun yang berasal dari handphoneku! Handphoneku baru saja hilang dan aku tidak dapat menemukannya dimanapun. Sayang? Kau mendengarku?"

Air mata Lylo meleleh saat dia mendengar suara sang suami. Matanya menatap nanar tikungan tajam yang berjarak tidak jauh lagi dari mereka. Lylo memeluk Xile erat, tidak peduli anak itu mulai meronta sambil ikut menangis bersamanya.

"Tolong kami, Li-"

Lylo tidak bisa melanjutkan kalimatnya ketika mobil terjun bebas dari pagar pembatas yang mereka terobos. Waktu berasa berjalan lambat bagi Lylo. Dia terus memeluk Xile erat, tidak peduli rasa sakit mulai menghantamnya dari berbagai sisi.

Pandangannya perlahan mengabur. Dilihatnya Xile yang masih bernafas di pelukannya. Air matanya jatuh, dia bahkan tidak bisa bergerak lagi di himpitan mobil ini.

"X...i...l...e..."

Kesadarannya terengut. Lylo hanya bisa mendengar suara rintikan hujan ditengah kegelapan yang mulai menguasainya.






-








-







"Kami menemukannya!"

Seorang pria segera menarik keluar Xile dari dalam mobil hancur itu. Ditatapnya anak yang kini kehilangan kesadarannya. Dia menghela nafas lega, saat sadar bahwa anak itu masih bernafas kini.

"Dia baik-baik saja!" Teriak pria itu memberitahu yang lain. Dia segera menggendong Xile kedalam mobil yang telah siap tidak jauh dari lokasi kecelakaan. Matanya sempat melirik Lylo dan supir yang juga terhimpit disana. Mobil dinyalakan, meninggalkan mobil yang dipenuhi oleh jejak darah kini.

(END) Running For You [boyxboy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang