15. Memory

2.3K 207 11
                                    

"Kenapa kau tidak mengijinkanku membawanya?! Aku kan sudah bilang, aku bersedia ikut denganmu jika kau mengijinkanku membawa bunny!"

Al yang tengah dipakaikan jaket oleh Pere menoleh bingung, mendengar suara lengkingan Xile di lantai atas yang terdengar marah.

"Xile kenapa lagi kini?" Tanya Al heran. Anak itu senang sekali emosi jika Nave melarangnya sesuatu. Bahkan kemarin, setelah perjanjiannya gencatan senjata mereka, Steve dan Al sudah dibuat kaget dengan Xile yang memaksa Nave untuk menemaninya berbelanja ke mall. Sekarang mereka sudah ada janji untuk mengunjungi rumah Lylo sambil membawa Xile. Siapa tahu saja bukan, ingatan Xile akan sedikit muncul jika dia datang ke rumahnya selama ini?

Yah...... Walaupun Al tidak yakin juga. Buktinya dia, kenangan masa lalunya hanya seperti kabut hitam sampai sekarang. Al hanya menjalani hidup seadanya saja, karena diapun sudah menyerah untuk mencoba mengingat lagi. Keluarganya yang sekarang sudah begitu baik, Al pikir tidak penting lagi masa lalu yang dia lupakan itu.

Tapi Xile.....

Setidaknya Al, dan mungkin Nave, ingin melihat Lylo lega jika melihat Xile dengan mata kepalanya sendiri. Ketiganya bahkan sudah rela mengosongkan jadwal mereka hari ini, namun Xile nampaknya berulah lagi sekarang.

"Baiklah. Kau bawa tas itu, tapi jangan kau gunakan"

Nave harus mengalah lagi saat Xile bersikeras diam di tempatnya jika Nave tidak juga mengijinkannya membawa tas kelinci berisi pistolnya tersebut. Benda itu sudah seperti separuh hidupnya. Jadi saat Nave mengijinkan, Xile segera tersenyum puas lalu memeluk tas berbentuk kelinci itu dengan erat. Kini dia dengan patuh mengikuti Nave turun ke lantai bawah, dimana Steve sudah menunggu dengan raut wajah lelah sementara Al hanya tersenyum canggung.

"Kita berangkat" putus Nave sambil menggengam erat tangan Xile agar selalu berada didekatnya.




-




-




"XILE!!!! PUTRAKU.... PANGERAN MAMA..... AKHIRNYA KAU KEMBALI HM?"

Xile menekuk wajahnya tidak suka saat seorang alpha yang dinyakininya seorang alpha elit tiba-tiba memeluknya erat saat Xile baru saja menginjakan kakinya di rumah besar ini. Dia mendorong alpha itu dengan sedikit kasar, menimbulkan raut keterkejutan beberapa orang yang juga berkumpul disana.

"Um, maaf. Aku tidak mengenalmu. Dan aku tidak pernah ingat menjadi salah satu dari kalian, kaum elit. Jadi jangan memelukku sembarangan dan jangan bertingkah bahwa kita pernah bertemu sebelumnya"

Diluar sikapnya yang sedikit melunak pada Nave, Xile kembali menjadi pribadi yang dingin dihadapan orang-orang ini. Lylo memandangnya terkejut, bahunya segera ditahan Lion tanda bahwa Lylo mungkin harus memberikan Xile waktu untuk mengingat semuanya.

"Xile?"

Suara perempuan itu begitu familiar di telinga Xile. Wajah dingin anak itu berubah, matanya berair saat dia memeluk manja sosok Felix yang baru saja berkumpul dengan yang lain.

"Huuaaaaa! Kakak...... Seorang alpha elit baru saja mengigitku..... A-aku akan mencari cara menghilangkan tanda ini dengan Daddy nanti..... Kakak jangan cemburu ya? Kakak tetap akan menjadi mateku bagaimanapun juga. Daddy pasti akan menemukan cara bagaimana menghapus tanda menyebalkan ini. Aku tidak menyukainya Kak, dia otoriter dan menyebalkan" Xile langsung mengadu sambil bergelayut manja di pundak Felix. Yang lain hanya bisa menghela nafas, sementara Felix dengan lembut berusaha melepas pelukan erat Xile pada tubuhnya.

"Kau pantas bersanding dengannya Xile. Kau mungkin tidak mengingatnya sekarang, namun suatu saat nanti, kakak yakin kau akan sadar bahwa kau mencintainya sejak dulu"

(END) Running For You [boyxboy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang