Mendengar kabar bahwa Xile hampir diculik hari itu, keluarga Lussac datang ke rumah Lion pada malam harinya. Lussac baru tahu masalah itu saat menelfon Nave menanyakan kenapa Xile belum sampai juga. Setelah tahu semuanya, dengan kesal Lussac datang ke rumah Lion dan memarahi adiknya itu karena tidak mengabarinya apa-apa, untuk kesekian kalinya. Tanpa perlu diminta, Lican langsung mengajak Xile bermain untuk menghiburnya. Rumah itu seketika ramai oleh suara Lican, karena Xile lebih banyak diam sambil menempel pada Lylo yang setia menemani mereka bermain karena Xile tidak ingin lepas darinya.
"Wah..... Xile anak baik ya! Daddy bilang anak yang selalu menempel dan menurut pada orang tuanya itu anak baik. Lican juga anak baik loh..... Tapi Daddy bilang tidak apa-apa Lican lepas dari Daddy jika untuk bermain bersama saudara-saudara Lican" jelas Lican sok tau. Xile hanya memiringkan kepalanya bingung, sementara Dion -adik Lican- hanya menggeleng tak percaya melihat kepolosan kakaknya. Lylo yang melihat ekspresi ketiga anak itu tertawa pelan. Tangannya berusaha memindahkan Xile dari pangkuannya.
"Lican benar sayang. Masa Xile tidak malu Lican saja main tidak ditemani ayahnya sementara Xile ditemani Mama? Dion juga mandiri kan? Mama akan mengawasi Xile kok, bersama Papa dan yang lain disana" Lylo menunjuk ruang tamu yang ramai diisi mereka yang lebih tua. Xile merengut tidak rela. Yang biasa menuntunnya bermain dengan saudara-saudaranya itu Felix. Xile tidak pernah berinisiatif mengajak ngobrol mereka, sepertinya.
Melihat keterdiaman Xile, Lican berinisiatif mengambil papan puzzlenya yang besar lalu menaruhnya didepan Xile. Anak itu mendongkak bingung, sementara Lican malah menunjukan senyuman lebarnya.
"Felix pernah bilang Xile pintar sekali bermain puzzle. Sekarang Xile bantu Lican ya? Bersama Dion juga!" Ajak Lican penuh semangat. Dengan ragu Xile mengangguk, lalu mulai menempelkan puzzle tersebut satu demi satu. Suasana mulai ramai, diselingi teriakan kesal Lican karena Dion sama sekali tidak membantu mereka.
Yang lebih tua hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat keributan itu. Sesekali Vaye memperingati Dion untuk tidak terlalu jahil. Selebihnya, mereka cukup lega Xile baik-baik saja setelah apa yang dia alami.
-
-
"Felix! Bos Muda datang dan mencarimu kini!"
Felix yang baru saja selesai latihan bertarung dan hendak mandi berbalik begitu salah seorang rekan satu baraknya memanggil. Alisnya naik, mengingat Nave tidak pernah datang jika tidak ada yang penting sebelumnya. Dengan cepat dia hanya mengambil handuk kecil untuk mengelap keringat yang masih keluar dari wajah dan lehernya. Keluar, mencari Nave ditengah halaman barak yang lumayan luas.
Dan sosok itu ada disana. Didekat pohon yang rindang, menatap langit dengan wajahnya yang tidak terbaca. Mantel panjang yang digunakan Nave bergoyang saat angin menyapu tubuhnya. Nave menoleh, saat Felix mendekat sambil menatapnya bingung.
"Ada yang salah?" Tanya Felix langsung pada intinya. Nave bukan juga orang yang senang berbasa-basi. Dia mengangguk, lalu menggiring Felix untuk duduk di salah satu bangku yang letaknya tidak jauh dari mereka.
"Adikmu diserang hari ini" jawab Nave. Wajah Felix nampak terkejut sesaat, sebelum wajahnya berubah tenang kembali. Walau lebih serius kini.
"Apa mereka tidak cerita?"
Seakan tahu bahwa Felix terlihat seperti belum menerima kabar ini, Nave bertanya. Felix menggeleng, namun wajahnya masih tetap setenang sebelumnya.
"Mamaku tidak tahu mereka mengincar kami. Mama hanya tahu aku belajar di luar negeri. Dan Xile hanya mendapat kasus penculikan biasa. Alpha elit selalu menjadi sasaran bukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
(END) Running For You [boyxboy]
حركة (أكشن)Disaat kehidupan semakin berjalan, Felix akhirnya tahu rahasia yang selama ini selalu tersimpan rapat. Dia pergi, melupakan adik kecilnya yang mencari sebuah jawaban. Dia lupa, ada berbagai iblis yang mengincar adiknya semenjak itu..... CERITA BOYXB...