Sang Pengikat #21

7.1K 763 31
                                    

Vote sesuai selera,
tidak selera jangan dibaca apalagi dipedomi


》》》》》》》》



Sore itu Jihoon memaksaku pergi ke kantin bersama Jin Go dengan alasan sakit perut kelaparan. Memangnya dia semiskin apa sampai tak menemukan makanan selama tiga hari.

"Aku melihat kecelakaan terjadi di depan mata. Pengemudi motor mati dengan dengan otak berhamburan. Setelah itu selera makanku lenyap. Bahkan minum vitaminpun membuatku mual,"

"Ohh. Jadi sekarang kau kelaparan? Bagaimana kalau kau mual lagi teringat pada ceceran otak itu?" Cetus Jin Go heran.

"Supaya tak mual lebih baik kau langsung memesan menu otak kerbau saja," usulku bersemangat.

Dua pasang mata sipit itu menelanku penuh emosi. Berbahaya.

"Baiklah, maafkan aku terlalu naif."

Namun faktanya Jihoon makan sangat lahap karena di meja lain sesosok Kim Hanbin sedang duduk bersama teman-teman seangkatannya. Justru aku yang kehilangan nafsu gorilaku. Melihat lelaki itu seketika teringat pada drama keluarga Kim seminggu yang lalu. Hanbin sempat menghilang dari kampus tanpa keterangan. Sungguh aku tak ingin kepo tapi kenyataan pahit status Hanbin pasti sangat memukulnya.

Lalu kenapa selera makanku hilang? Itu karena Hanbin tertawa-tawa geli oleh lelucon teman-temannya. Sama sekali tak ada gambaran duka di wajahnya yang telah dikuliti oleh Taehyung. Malah kudengar dari Jihoon, pemuda itu sudah menerima Jihyo teman seangkatannya sebagai kekasih. Aneh sekali bukan? Bukan.

Ah masa bodoh. Awalnya dia yang masuk dalam hidupku. Mendekatiku agar bisa berdamai dengan kakak tirinya. Kemudian setelah tahu statusnya dalam keluarga Kim, bukan urusanku lagi untuk ikut campur. Toh aku bukan kekasih gelapnya. Kekasih yang terangpun sudah mencekik leher dengan seutas tali kebucinan.

"Hei, Hoonie. Kau makan sangat lahap. Apa menumu hari ini daging Hanbin ala kimchi?" Sindirku tajam.

"Tidak, aku hanya memesan sup kepala Jihyo,"

Ada yang sedang patah hati rupanya. Jika aku jadi Jihoon, aku akan melabrak Hanbin dan minta kembalikan semua waktu yang terbuang untuk menarik perhatiannya.

"Eh, Jung. Kau sudah mengambil jadwal kuliah Profesor Lee? Apa kau tidak bermasalah dengan jam malam?" Jin Go melirik sosok lelaki yang baru masuk kantin. Profesor Lee Dong Wook yang terkenal sibuk sehingga hanya menyediakan jadwal malam. Ibarat bioskop penayangan jam terakhir, mahasiswa harus siap melotot dengan senang hati.

"Aku terpaksa mengambilnya karena nilaiku masih dibawah standar,"

Dan aku semalam sudah berdebat panjang dengan Kim Taehyung tentang itu hingga perlu sebundel tissue untuk mengelap liur.

"Kalau begitu kau harus hati-hati karena kudengar ada rumor beberapa mahasiswi yang pingsan di trotoar penuh kissmark di sekujur tubuhnya,"

"Mungkin mereka kuliah di bar,"

"Jung, aku serius."

"Aku juga serius. Terlalu banyak minum akan mabuk. Mereka bisa saja terkapar di selokan yang bau,"

Jin Go hanya mencubitku kesal. Sementara Jihoon masih menyeruput sup kepala Jihyo dengan rakus. Satu notif di ponsel membuatku terkejut.

Jungkook, aku menunggumu di bangku taman kampus. Kita perlu bicara sesuatu.

Saat kutoleh, Kim Hanbin mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan bangkit meninggalkan teman-temannya. Mau apa dia? Aku tak mau berurusan lagi menghindari amukan kerbau beracun. Tapi jika ini tentang kasus keluarganya, kurasa hasrat kepoismeku perlu diperdalam.

SANG PENGIKAT  (taekook GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang