Senja

494 36 1
                                    

22 Oktober

"Ini kah yang disebut sebuah akhir?"
Amel

10 April

"Wih Mel tumben cantik, warna baju lo sama kayak Bagas, kalian dah yang fashion show wakili kelas," 

"Gila ya? Kagak sudi,"

Amel story.

10 April, hari ulang tahun sekolahku.  Murid-murid diminta memakai baju pesta. Yang sekarang aku pakai gaun merah maron. Di hari itu sekolah ngadain banyak lomba. Aku? Ngga ikut pastinya.

Aku masuk sekolah demi ngelihat satu cowok, Rian.

"Mel! Senja lagi lomba," teriaknya membelakangiku, seolah-olah ia sudah mengetahui bahwa aku menyukai Senja.

Senja itu nama samaran untuk cowok bernama Rian itu.

"Jangan keras-keras ngomongnya Firaa," ucapku sambil memukul penggungnya .

"Kan gaada yang tau Senja itu siapa," ketusnya sambil berusaha mengelus punggungnya yang terkena pukulanku.

"Mel masih berjuang suka sama Senja?" ucap seorang laki-laki dengan sedikit sindiran, Aditya

"Iya lahhh, kayak gatau Amel aja," kata Fira dengan nada agak sewot.

"Kan tanya aja, ntarr kalo kayak Steven gimana?"

Mendengar nama itu pun mengingatkan ku sesuatu. Mantan terbrengsek yang buat aku ga habis pikir. Menghilang empat hari, pulang-pulang langsung minta putus.

"Daripadi ngomong kayak gitu, mending ke kantin, senja juga udah gaada. Nitip ngga?" lebih baik mengalihkan pembicaraan.

Keduanya menggeleng. Aku mengancungkan jempol lalu berbalik meninggalkan mereka.

Baru menuruni dua anak tangga, diriku sudah dikejutkan dengan cowok yang berdiri di anak tangga kelima.

Aku pun lari kembali menuju tempat dimana Aditya dan Fira berada.

"Raaa, Ditt, ayo turun!!" kataku dengan teriak.

"Dih napa dah ni anak," Aditya yang mulai bingung dengan perlakuanku yang kekanakan ini.

"Ada Senjaa di tangga, cepet. Jangan banyak ngomong,"

"Liat sendirii napa," Aditya adalah cowok tipe mager pake banget tapi anehnya pinter.

"Dit lu kan tau Amel itu pemalu," entah Fira mengatakan ini sebagai belaan atau ejekan.

Mau gamau mereka pasrah dan menurutiku.

"Tuh kan Ra dianya ganteng," ucapku sambil melihat Rian tertawa bersama teman-temannya.

"Iyain deh," kata Fira dengan muka malasnya.

Disaat itu juga aku melihat segerombalan anak yang terlihat familiar bagiku.

Gengnya Steven.

Kenapa di saat seperti ini mereka harus lewat di tangga ini? Bukan mereka tapi Steven.

Sialan.




Impossible ✔ (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang