Perpustakaan

169 24 0
                                    

Hari ini Adit ga masuk, katanya sakit. Sakit hati mungkin. Receh deh. Sendirian, berjam-jam aku mengalami hal itu.

Fira ? Jan nanya dulu.

Akhirnya kuputuskan ke perpustakaan dari pada di kelas sedang melakukan tradisi ghibah.

Pelajaran? Hari ini penyambutan murid baru, guru-guru pada bolos ngajar demi nyanyi diatas panggung.

Menelusuri koridor yang sepi, tak lupa juga aku harus menjaga suara langkah kakiku jaga-jaga saja ada guru. Walaupun jam kos pun pasti ada yang namanya tugas. Dan aku sedang menghindarinya.

Setelah beberapa langkah, sampai di perpustakaan. Kupilih bangku paling belakang. Mengeluarkan buku yang kuambil dari rak buku.

"Ehem,"

Dengan refleks aku menoleh "HE! Percuma ga kaget," bentakku padanya

"Yaelah kak manusia ganteng kayak gini ngapain ngagetin orang," gumamnya

Gantengan mantan bego, jan sok keras.

"Ngapain kesini? Emang udah selesai penyambutan siswa barunya?" lanjutku

"Belum," jawabnya

"Lah terus ngapain lu,"

"Kuping lagi sensitiv, dengerin suara emak-emak nyanyi," ucapnya sambil memperlihatkan telinganya yang benar-bena merah.

"Ha? Guru-guru maksudnya?"

"Benar sekali yang mulia ratu,"

"Udah jelas banget sih. Dulu aku juga gitu tapi ga se alay anda yang mulia,"

'Yang mulia' sungguh membuatku tertawa kecil. Hanya karena aku meniru hal yang sederhana seperti itu.

Bernard yang melihatku tertawa, ia pun ikut tersenyum. Ku akui senyumannya mencerminkan seseorang yang penyayang. Mungkin? Itu teoriku saja.

"Kak namanya? Belum kenalan soalnya hehe," tanya Bernard sambil mengarahkan tangannya kepadaku

"Oh iya, Amel,panggil aja Amel," kubalas dengan salaman.

"Bernard ganss hehe," balasnya sambil tertawa kecil.

"Kakak sendiri kalo senyum sama ketawa kelihatan cantik," lanjutnya

Ok gombalnya kumat "Jadi selama ini aku ga cantik gitu?"

"Yah ngga maksudnya tambah cantik. Anda jangan bikin saya serba salah ya," balasnya

"Canda... dek? AHAHAHAHHAHA dek," meremehkannya hal yang seru.

Aku yakin Bernard bahkan ingin sekali menampolku. 

"Kak bantuin pilih novel, yang fiksi-fiksi," ucapnya sambil menatapku

"Cari sendiri napa,"

"Baru pertama kali ke perpustakaan ini loh kak," -Bernard

"Mandiri," balasku

"Kalo diluar satgas gaboleh kebawa galaknya," -Bernard

"Dih,"

"Hayuk-hayuk,"

Duh pengen nampol kan.

Tanpa kusadari tiba-tiba Rian sudah di depanku sambil memilih buku, bersama..... Renata.

Mata kami bertemu kembali, cepat-cepat Rian memalingkan wajahnya dengan cuek, lalu pergi begitu saja.

Gaada harapan, menunggu sia-sia.
Apa aku menyerah saja?

"Kak! Bagus ini ato yang ini?" Bernard meyodorkan dua buku.

"Hmm, coba baca sinopsis nya dulu, kamu lebih tertarik yang mana,"

"dua-duanya hehe," jawabnya sambil cengengesan

"Yaudah pinjem dua-duanya,"

"Yah baca banyak dong jadinya," -Bernard

Woe baru aja mau sedih dah ditambah emosi.

"Repot banget,"

"Males dah, gajadi deh" katanya sambil mengembalikan buku.

"Duh repot!"

Gini aja terus sampai nunggu ayam jantan bertelur.

Napa sih segitu mudahnya Bernard masuk kedalam hidupku.

Lalu kapan kamu juga Rian?

Lalu kapan kamu juga Rian?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Impossible ✔ (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang