Chapter 6

6.1K 253 16
                                    

Pagi hari Charissa bersiap untuk pergi ke kantor. Hari ini adalah hari pertama pemotretan. Ia menyiapkan kamera yang akan ia gunakan untuk sesi pemotretan nanti.

Saat semua sudah siap, Charissa pun keluar rumah untuk berangkat. Setelah mengunci pintu Charissa berhenti sejenak di depan pintu. Hatinya sangat berdegub kencang. Bukan karena ini hari pertamanya pemotretan, namun justru karena kejadian semalem dengan Bryan. Ia tak tau harus bersikap bagaimana dengan Bryan saat bertemu di kantor nanti. Bahkan hubungan mereka saat ini belum jelas apa. Apakah sepasang kekasih? Gebetan? Atau hanya hubungan biasa seperti american style. Ia pun menarik nafas panjang menenangkan jantungnya lalu siap berjalan menuju kantor iSee tempat ia magang.

Saat ia sampai di kantor, suasana kantor sudah cukup ramai karena para pegawai sudah banyak yang datang. Bahkan sebagian dari mereka ada yang sudah menyalakan komputer mereka, dan ada yang sudah memegang berkas-berkas. Padahal saat Charissa melihat jam tangannya, sekarang masih menunjukkan pukul 06.57. Jam kerja seharusnya masih akan di mulai 3 menit lagi. Ya... Jam kerja di iSee di mulai pukul 7 pagi sampai jam 5 sore. Dan apabila harus lembur umumnya sampai jam 8. Namun bisa lebih dari jam 8 apabila terdapat sesuatu mendesak yang harus selesai tepat waktu, misalkan sudah waktu penerbitan majalah. Saat itu sudah pasti banyak karyawan yang lembur hingga larut malam.

Namun, berbeda dengan bagian pemotretan. Bagian pemotretan bisa saja bekerja sepanjang hari, bisa saja suatu hari tidak bekerja sama sekali. Pekerjaan tergantung model dan kebutuhan foto.

Saat Charissa menunggu pintu lift terbuka, tiba-tiba Bryan keluar dari dalam lift dengan beberapa jajaran pegawai penting perusahaan. Charissa pun reflek tersenyum karena bahagia bertemu Bryan sepagi ini. Namun perasaan Charissa harus kecewa karena Bryan sedang berbicara serius dengan para staff yang sedang berjalan beriringan dengannya. Bahkan Charissa tak mendapat senyuman dari Bryan ketika mata mereka saling bertatapan. Mata Bryan masih menunjukkan keseriusannya.

"Waah.. Apakah dia tidak sempat tersenyum karena saking seriusnya?" gumam Charissa. Tiba-tiba ada seseorang yang menggandeng tangannya.

"Aku kan sudah bilang, kak Bryan bukan orang yang ramah" ucap Jessica sambil menarik tangan Charissa masuk ke dalam lift, namun Charissa masih berdiri mematung karena terkejut dengan kehadiran Charissa.

"Kamu gak masuk lift kak?"

"Oh.. Iya, masuk" Charissa langsung berjalan masuk lift.

Di dalam lift.

"Haaah... Aku pasti akan merindukan kak Bryan" ucap Jessica dengan nada sedih yang dibuatnya.

"Memangnya kak Bryan mau kemana?"

"Memangnya kak Bryan gak bilang ke kamu kalau dia mau ada perjalanan bisnis ke luar negeri?"

"Perjalanan bisnis?"

"Iya, perjalanan bisnis. Mungkin dia baru akan kembali 2 minggu lagi."

Charissa langsung diam seribu bahasa karena memang dia tidak tau apa-apa. Namun pikirannya sedang berpikir macam-macam. Kenapa semalam Bryan tidak memberi tahunya? Kenapa Bryan tadi juga tak menyapanya? Kenapa tadi Bryan nyuekin dia? Apa sebenarnya status hubungan mereka sekarang? Apa arti Charissa bagi Bryan sekarang? Kenapa dia tidak tau apa-apa tapi Jessica tau segalanya? Tak ada jawaban atas pikiran Charissa itu. Kini Charissa melamun memikirkan itu semua hingga tanpa sadar pintu lift sudah terbuka pertanda mereka sudah sampai.

"Kak... Ayo keluaar.." Jessica membuyarkan lamunan Charissa.

"A..a..a..ayoo"

Saat mereka keluar lift sudah ada Julian yang menyambut mereka.

"Hai... Selamat pagi..."

"Pagi Jul..." jawab Jessica. Charissa sama sekali tak menanggapi.

"Char... Kok kamu gak semangat gitu?" tanya Julian karena merasa ia di abaikan.

Forbidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang