~Playlist : A-Lin : If Heaven Has Compassion~
-----------------------------------------------------------
Author pov.
Lelaki dengan tubuh tegap dan tinggi itu memasuki lapangan Heevana, semua murid berpaling dan menatapnya. Bagaimana tidak, lelaki tersebut mempunyai wajah yang sangat tampan dan juga alumni dari Heevana sendiri. Ada urusan apa dia kemari?
"Dek, kantor kepala sekolah masih di lantai dua kan?"
Adik kelas yang ditanyanya pun mengangguk malu, tipekal anak anak remaja lainnya.
"Terimakasih"
Langkah kakinya terdengar bagai gong ketika dipukul, semuanya akan mendengar suara langkahnya.
Tap.. Tap..
Dan langkah kaki itu pun terhenti saat melihat gadis dengan surai biru laut itu keluar dari ruang kepala sekolah.
"Luna?"
Gadis itu berbalik arah dan tertegun melihat lelaki dihadapannya.
'Seberapa susah pun, pada akhirnya tetap akan bertemu lagikah?'
Luna menunduk dan berusaha pergi dari hadapan lelaki tersebut tetapi segera dihadang dengannya. Kepala tertunduk berusaha untuk tidak membuat kontak mata
"Apa kamu bener bener bakal seperti ini selamanya?"
Pertanyaan itu membuat Luna makin menunduk dan makin tidak berani untuk menatap lelaki didepannya.
"Luna, kenapa kamu berubah seperti ini?"
Luna mengangkat kepalanya, dengan berani ia menatap kakak kelasnya itu, "Untuk kebaikan kita"
Tertegun dengan Luna yang menjawab tiba tiba, lelaki dengan nametag Arnest itu menarik lengan Luna dengan genggaman yang kasar.
"Apa maksudnya untuk kebaikan kita? Selama ini kita berdua sudah tersiksa begitu sakitnya dan kamu bilang ini untuk kebaikan kita? dimana baiknya itu?"
Luna dapat merasakan genggaman dilengannya makin kencang, "Lepasin, kita bisa ngomong baik baik"
Bukannya dilepas, genggaman dilengan Luna makin kencang dan keras. "Kalau gitu mari kita bicara."
Dengan kasar Arnest menarik lengan Luna, hampir membuat perempuan setinggi bahunya itu hampir terjatuh.
Arnest berhenti ketika mereka berada di lorong yang sepi. Tangan Arnest masih memeras lengan Luna, "Jelasin semuanya"
Bukannya menjelaskan, Luna malah terdiam kaku, membuat Arnest kembali marah.
"Kenapa kamu menghindari aku seperti ini?"
Luna mengempaskan tangannya membuat genggaman Arnest lepas, "Apa kau baru menyerah saat kau mati? Berhentilah!"
Arnest kembali memegang tangan Luna "Apa yang kamu rahasiakan dariku?"
Merasa kembali ke titik awal, Luna kembali melepaskan tautan tangan Arnest. Luna tidak berani menatap Arnest membuat lelaki dihadapannya itu mengira dugaannya benar.
"Kamu sebenarnya tau kan kebenaran dari kematian Garnet? kamu sebenarnya juga diincarkan?"
Arnest mendekati Luna membuat gadis mungil itu mundur kebelakang, "Sebenarnya selama ini siapa yang sudah mengawasimu dan mencoba untuk menyingkirkanmu? Rahasia apa lagi yang kamu sembunyikan? Katakan! Jangan buat aku khawatir"
"Apa yang harus aku lakukan untuk membuatmu menyerah? K-"
"Aku tidak akan pernah membiarkanmu pergi!"
YOU ARE READING
Didn't Last Long
Teen Fiction[Budayakan Vote setelah membaca 😊] "Semua kebohongan dan kesalahpahaman akan terbongkar pada waktunya." Update every Saturday night Start = 01-12-2018 End = ??